Bara membawa Dila ke kamar untuk mengemasi barang-barang mereka. Dila masih menangis terisak-isak mengingat perkataan sang ayah. Dia tak bisa mencari jodoh sendiri, telat menikah kesuburan berkurang hingga sampai kini belum hamil. Ia tak menyangka ayah kandung sendiri mencibirnya.
Bara mengambil segelas air dan memberinya pada sang istri.
"Terima kasih," jawab Dila terisak-isak.
Bara menunduk menghapus air mata sang istri.
"Sudah. Jangan menangis. Jangan pikirkan ucapan ayah. Ayah hanya emosi."
"Kau tidak mengerti Bara. Bagaimana perasaanku karena kau pria. Selalu dalam pikiran masyarakat jika pasangan belum dikaruniai anak pasti yang disalahkan perempuan. Selalu perempuan yang disudutkan."
"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri."
"Kau bisa berkata seperti itu karena kau pria. Aku tidak bisa."
"Sudahlah. Hari masih pagi. Jangan cari ribut, tidak baik. Cepat kemasi barang-barangmu."