Suara dering smartphone mengusik Dian.
Siapa juga yang menelpon tengah malam begini?Ga tahu orang pada tidur apa enggak?Batin Dian meronta.
Dian melepas Egi dan mengangkat telpon.
" Halo," ucap Dian jutek tanpa melihat ID pemanggil.
" Hmmm galak sekali asistenku," ucap Bara di telpon.
" Eh bos maaf," ucap Dian menutup mulutnya." Bos telpon tengah malam begini dan pakai nomor asing lagi.Mana saya tahu."
Mendengar Dian telponan dengan Bara,Egi berteriak minta tolong namun sebelum ia berhasil berteriak,Dian memukul Egi dengan tangan kiri dan lelaki itu langsung pingsan.Dian menjulurkan lidah mengejek Egi.
" Hape saya bukannya sama kamu? Makanya saya telpon pakai nomor lain."
" Maaf bos saya lupa.Maafkan saya PDI alias Penurunan Daya Ingat," ucap Dian dengan tawa terkekeh.
" Bisa banget kamu ngeles," ucap Bara tersenyum kecil. " Saya langsung pulang ke rumah Dian.Hape saya kamu pegang aja dulu.Saya ga mau mama dan papa curiga saya ga dirumah di malan resepsi saya."
" Okay bos.Hati-hati.Jaga kesehatan.Nanti malam ada penjemputan para sumando di rumah Dila.Selamat malam pertama," ejek Dian terkekeh.
" Hmmm.Jangan mulai Dian." Bara memperingatkan Dian.
" Just Kidding bos.Jangan gampang emosian bos ntar cepat tua.Bos saya ngantuk." Dian menguap.
" Ya.Saya matikan telponnya."
Klik !!! Sambungan telpon terputus.Dian menoleh ke arah Egi yang pingsan.
" Kapan gue bisa tidur? Gue harus beresin virus ini dulu," cebik Dian pura-pura menangis.
💋 💋 💋
Selepas resepsi Dila hanya mengurung diri dalam kamar.Dila masih tak menyangka jika ia telah menikah dengan Aldebaran.
Menikah dengan Bara bukanlah keinginannya.Dila menikah hanya untuk membahagiakan ayah dan bunda.
Mengingat ucapan Naura membuat Dila semakin menyesali keputusannya.Karena ingin menjadi anak yang berbakti Dila mengorbankan perasaan dan masa depannya.Kasihan ayah dan bunda yang merasa sakit mendengar pertanyaan tetangga dan keluarga besar kapan Dila menikah?
Kapan nikah? Mungkin kalimat sederhana namun bikin baper dan merusak silaturahmi.
Andai waktu bisa diulang kembali mungkin Dila akan mengungkapkan isi hatinya jika ia mau di jodohkan asal dengan FATIH.
Fatih adalah kakak senior Dila ketika bersekolah dulu baik SD,SMP dan SMA.Dila dan Fatih selalu satu sekolah karena ayah Dila yang membiayai sekolah Fatih.
Fatih berasal dari keluarga tidak mampu namun ia memiliki otak yang cerdas. Selain itu kedua orang tua Fatih bekerja di rumah keluarga Dila sebagai sopir dan ART.
Fatih kecil banyak menghabiskan masa kecil bersama Dila dan Iqbal.
Semenjak Fatih kuliah dan bekerja barulah kedua orang tuanya berhenti bekerja di rumah keluarga Dila karena mengurus sawah di Solok.Alhamdulilah Fatih memiliki rejeki untuk membeli beberapa petak sawah dan meminta orang tuanya menanam padi dan berladang bahan pokok lainnya.
Diam-diam Dila dan Fatih saling mengagumi.
Dila kagum pada kepintaran dan kesolehan Fatih sementara Fatih mengagumi Dila karena tidak sombong, mau berteman dengan siapa saja dan tidak manja seperti anak majikan yang lain.
Pintu kamar Dila diketuk dari luar.Dila segera bangkit dari ranjang dan berjalan menuju pintu.
Ketika pintu dibuka terlihat sosok Iqbal di depan Dila.
" Uda," panggil Dila datar.
" Boleh uda masuk?" tanya Iqbal dengan tatapan sendu.
" Silakan uda." Dila membuka pintu kamarnya dengan lebar.
Iqbal menutup pintu kamar dan menguncinya.
" Kenapa pintunya ditutup uda?" tanya Dila keheranan.
Biasanya jika Iqbal mengajaknya bicara di kamar pintu selalu terbuka lebar. Dalam adat Minang walau adik kakak, tapi jika sudah dewasa dan menikah harus menjaga batas kesopanan.
" Uda mau bicara serius dengan Dila," ucap Iqbal dengan wajah tegang dan sendu.
" Bicara apa?"
Iqbal bungkam dengan mata berkaca-kaca.Ia memeluk sang adik dan mengelus rambutnya.
" Kenapa Dila ga pernah bilang dek? Sebagai seorang kakak,uda gagal. Seharusnya kamu bahagia dengan pilihanmu," ucap Iqbal terisak tangis.
" Maksud uda apa?" Dila belum paham arah pembicaraan Iqbal.
" Kamu mencintai Fatih bukan dan berharap dia menjadi suamimu?" Ucap Iqbal bergetar dan menusuk relung kalbu Dila.
Dada Dila terasa sesak dan hatinya serasa diremas mendengar ucapan Iqbal.Ia tak pernah cerita masalah Fatih.Darimana Iqbal tahu tentang Fatih? Sejuta tanya bergelayut di dalam pikiran Dila.
Dila bungkam dan tangisnya seolah menjadi jawaban untuk Iqbal.
" Kenapa tak pernah cerita sama uda?" tanya Iqbal penuh penekanan.
" Jika kamu bilang dari awal tentang Fatih pasti uda akan meminang Fatih untukmu dan uda akan menikahkan kalian.Jika sudah begini uda harus bagaimana Dila?"
" Darimana uda tahu ?" tanya Dila datar.Ia tak bisa lagi menahan kesedihannya dan air matanya pun tumpah menganak sungai.
" Darimana uda tahu itu tidak penting.Ini masa depanmu Dila.Bagaimana kamu bisa main-main dengan hidupmu? " Kata Iqbal memegang kedua pipi Dila.
Dila dan Iqbal saling memandang.Dari mata Dila Iqbal bisa melihat kekecewaan, kesedihan dan kesakitan.
Andai Iqbal tahu sejak awal jika Dila menyukai Fatih mungkin ia yang menjadi orang pertama yang menolak perjodohan Dila dengan Bara.
" Apa uni Naura yang bilang sama uda? " tanya Dila emosional.
" Tahu dari siapa itu tak penting.
Jujur saja uda sangat marah pada kalian. Kenapa tidak jujur pada kami?"
" Dila takut jika bilang jatuh cinta pada Fatih kalian akan menolaknya karena Fatih tidak sederajat dengan kita karena dia hanya anak mantan ART dan sopir kita."
Iqbal memegang kepalanya yang tak sakit.
" Astagfirullah Dila.Kenapa kamu sampai bicara seperti itu?Keluarga kita bukan seperti itu.Jika kamu suka dan Fatih juga suka sama kamu kami akan menikahkan kalian.Keluarga kita tidak pernah memandang status sosial.Pernahkah kamu melihat ayah dan bunda memperlakukan Etek Halimah dan Pak Hendra seperti pembantu? Tidak Dila! Ayah dan bunda malah menganggap mereka saudara.Kenapa kamu sepicik itu?"
" Bukan begitu uda.Contohnya sudah banyak.Anak majikan dan anak ART tidak akan pernah bisa sama karena status sosial.Aku ga mau Fatih mendapatkan hinaaan dan cemoohan keluarga besar kita."
" Tega kamu nilai keluarga kita kayak gitu Dil.Keluarga kita tak pernah memandang status sosial.Ingat memilih pasangan yang dilihat pertama kali AGAMAnya bukan STATUS SOSIAL. Jika agamanya bagus Insya Allah rumah tangga kalian akan bahagia dunia dan akhirat.Fatih dia lelaki sholeh,berilmu dan sopan.Dia ibarat Fahri di dunia nyata.Suatu kehormatan uda bisa menjadi kakak iparnya.Uda merestui kalian jika dari awal Dila cerita sama uda.Uda sangat suka sama Fatih.Tidak ada lelaki seperti dia di dunia ini.Dia tampan,sopan,sholeh,hafiz quran dan pintar.Dia yang selalu mendirikan sholat lima waktu.Ingat mengerjakan sholat subuh menjadikan kita kaya karena dunia dan seisinya milik kita.Itulah hakikat kaya yang sesungguhnya Dila."
Tangis Dila semakin keras dan ia terduduk di lantai.Kerongkongannya kering dan lidahnya terasa kaku untuk bicara.Dila tak punya kata lagi untuk disampaikan pada Iqbal.Semua sudah terlambat untuknya dan Fatih.Andai ada sedikit keberanian dalam diri Dila menyampaikan suara hatinya mungkin ia akan bahagia menikah dengan Fatih.
" Jika ayah dan bunda tahu sejak awal mungkin mereka akan sangat bahagia.Bunda pernah bilang mau punya menantu kayak Fatih."
Dila seakan tak bisa bernapas mendengarkan ucapan Iqbal.Ya Allah kenapa takdir tak berpihak padaku dan Fatih?Batin Dila menangis pilu.
Iqbal membantu Dila berdiri dan mengajak sang adik duduk di ranjang pengantin Dila.Dengan penuh kasih sayang Iqbal menghapus air mata Dila.
" Dil.Kelahiran,jodoh dan kematian kita sudah ditentukan oleh Allah.Mungkin Fatih bukan jodohmu.Bara jodoh yang diberikan Allah untukmu.Menikah itu hanya sekali seumur hidup.Belajarlah jadi istri yang baik untuk Bara.Dia suamimu sekarang.Ingat Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan memberikan yang kita mau.Sekarang kamu belum mencintainya namun seiring berjalan waktu kalian akan saling mencintai.Pacaran setelah menikah itu lebih indah.Jagalah hati dan perasaanmu hanya untuk Bara.Walau ini berat tapi uda yakin kamu bisa jalani. Setidaknya uda sudah memberimu nasehat.Biarlah waktu berbicara ke depannya antara kamu dan Bara."
Dila menangis dalam pelukan Iqbal.Ia menumpahkan segala perasaannya pada sang kakak.Baru kali ini Dila bisa berbagi perasaan dengan sang kakak karena Iqbal terlalu sibuk mengurus kedua istrinya yang kadang kala bertengkar karena masalah sepele.
" Dila jika boleh tahu apakah Fatih juga mencintaimu?"
" Dia tidak pernah bilang mencintaiku uda.Cuma Fatih pernah bilang.Aku akan memantaskan diri untukmu dan aku akan segera melamarmu.Tunggulah aku Dila.Itu yang Fatih ucapkan ketika pamitan ke Mesir."
Suara Iqbal tercekat mendengar ucapan Dila.Fatih benar-benar serius dengan sang adik.Fatih merasa minder dengan status sosialnya dan ia ingin menjadi SESUATU baru berani melamar Dila.