Enjoy Reading.
***
Pagi itu suara alarm yang berbunyi keras dari ponsel mengganggu tidur Jovan yang sedang nyenyak-nyenyaknya.
Ia mematikan alarm dengan sebelah tangan dan tangannya yang sebelah meraba ke samping.
"Zahra ... bangunnnnnnn."
Jovan meraba lagi. Tempat di sebelahnya kosong, tidak ada apa pun di sana. Hanya seprai dan bantal yang rapi tanpa ada tanda-tanda ada orang lain yang menidurinya.
Jovan selalu lupa.
Zahranya sudah tidak ada.
Zahranya sudah pergi.
Zahranya tidak akan pernah terbangun lagi.
Selalu saja seperti ini.
Padahal sudah hampir lima tahun semenjak kematian istrinya. Jovan masih melakukan hal itu. Menyetel alarm dengan suara keras dan berharap bisa membangunkan Zahra untuk sholat subuh berjamaah.
Berharap kematian Zahra hanya mimpi belaka.
Berharap apa yang ia alami hanya halusinasi.
Berharap Javier dan keluarganya sedang mengerjainya lagi.
Sayangnya ia lagi-lagi harus menerima tanpa bisa protes apalagi minta dispensasi.