Plaaakkkk...
"PERGI!! Aku bilang pergi dari hadapanku, aku tidak ingin melihatmu lagi.." teriak Abhi
kepada bulan
Bulan tertegun sejenak, apa yang dia dengar atas ucapan dan tindakan mas Abhi suaminya. Bagai tersambar petir d siang bolong, Bulan yang hanya memandang suaminya dengan pandangan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, kenapa suaminya tiba-tiba begitu marah samapai-sampai berkata kasar padanya.. monolog Bulan
"MAS.." dengan menaikkan nada suara Bulan berteriak pada mas Abhi
"kamu sedang mabuk ya? atau kesambet setan mana?" tanya bulan dengan sarkas
kesalahan apalagi yang aku perbuat, sebab yang mana sehingga seperti ini..
"Pergi Bulan aku bilang kamu pergi dari hadapan ku, pergi dari kehidupan ku jauh dari pandangan mata ku" jawab Abhi
Sambil berurai air mata bulan tetap bertanya.."tapi apa kesalahan ku kali ini? kenapa kamu seperti ini lagi dan lagi, ini juga bukan pertama kalinya kau menamparku.."
Dengan hati yang begitu kecewa bagai karang yang d hempas sang ombak, seperti sebuah belati yang menghujam jantungnya Bulan sangat tersakiti.
"Hiks..hiks..hiks.. beri aku sebuah jawaban" dengan nafas yang tidak teratur bulan masih bertanya
"Aku sudah tidak menginginkanmu, aku sudah tidak mencintaimu lagi aku juga sudah bosan" jawab Abhi dengan wajah datar dan rumit.
Dengan berat hati Bulan menghela nafas kasar.."Baiklah jika itu mau mu aku akan pergi"
Saat Bulan melangkahkan kaki keluar sambil menggendong anak nya terdengar suara "BERHENTI"
Dalam hati bulan merasa senang, ternyata mas Abhi tidak benar-benar menyuruhnya pergi. Ada seberkas harapan didalam hatinya.. sebelum melanjutkan perkataan.."Tinggalkan dia? Dia milikku kau tidak bisa membawanya.." ucap Abhi
"Tetapi dia juga anak ku? dia milikku, aku yang mengandung dan melahirkannya.." jawab Bulan tidak mau kalah
"Ingat Bulan dia keturunan keluarga ini" Sarkas Abhi yang tak terbantahkan sambil mengambil Fazar dari Bulan..
****
Dimalam hujan yang lebat sambil menangis Bulan berjalan keluar dari komplek perumahan yang selama ini dia tempati beberapa tahun bersama keluarga kecilnya yang ia bangun dengan cinta dan kasih, sekarang tiba-tiba runtuh seperti diguncang gempa bumi.
Dengan langkah gontai terus menusuri jalan, tidak ada taksi yang lewat pada malam itu hingga setengah berjalan Bulan duduk d bangku yang tersedia di pinggir jalan lrna lelah sambil meratapi kesedihan nya menangis dalam hujan.
Yang tidak disadari Bulan ada sepasang mata yang memperhatikan nya tidak jauh dari situ.