Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Aku Memilihmu

Maya_Ulfaria
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.8k
Views
Synopsis
"Baik Kek, kami akan menikah" Rivan memberikan jawaban atas permintaan kakek untuk menjodohkan kami kemarin sore setelah kepulangannya dari London. Mendengar itu, Bella hampir saja menjatuhkan gelas air minum ia bawa untuk kakek. Selama Bella mengenal kakek ia belum pernah melihat raut wajah kakek sebahagia ini. Senyum mengembang di wajahnya yang semakin menua. Rivan tersenyum pada kakek, namun Bella menangkap seraut kegelisahan di wajah tampannya itu. Mengapa Rivan tiba-tiba langsung menyetujui perjodohan mereka? Bukankah Bella masih memberinya waktu untuk berpikir? Bukannya tidak senang, hanya saja Bella merasa pernikahan bukanlah sesuatu yg bisa dipaksakan. Baginya pernikahan hanya sekali seumur hidup. Dan Bella ingin selama kehidupan pernikahannya ia juga dicintai oleh orang yang kelak menjadi suaminya. Tak lama berselang, setelah bergurau dan mendengar celoteh dari Rivan, kakek akhirnya terlelap. Rivan dengan hati-hati melepaskan genggaman tangannya pada jemari kakek, agar kakek tak terbangun. Dengan langkah sedikit gontai Rivan naik ke lantai atas. Di roof top, sambil menikmati matahari yang mulai terbenam, ingatan Rivan kembali ke ke pertemuannya dengan Yura pagi tadi. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi. Sorot matanya penuh dengan kebencian dan dendam. Kembali terbayang saat Yura bergelayut mesra di pundak laki-laki yang bernama Rio, yang mengenalkan diri sebagai tunangan Yura. Inikah jawaban dari kesabaran dan penantiannya selama dua tahun setelah Yura mengakhiri hubungan mereka dengan alasan masalah keluarga? Yura memintanya bertahan di London, meminta Rivan menemuinya setelah ia sukses dengan kehidupannya. Rivan tidak pernah menganggap hubungan mereka berakhir. Tapi pagi ini Rivan yang berharap menemui Yura untuk memberikan kejutan dan meminta mereka untuk kembali bersama, justru ia yang mendapat kejutan dari Yura. Kejutan terpahit selama hidupnya.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - ORIENTASI SEKOLAH

Bye momy...." Bella tergesa gesa keluar mobil sambil berlari dan melambaikan tangan setelah mencium ibunya. Nyonya Hans belum sempat mengatakan kata hati-hati tapi sang putri sudah berlalu dari pandangannya. Nyonya Hans hanya menggelengkan kepala dan tersenyum melihat tingkah putri semata wayangnya itu.

"Langsung ke rumah sakit pak" ucap nyonya Hans. "Baik nyonya" , pak Tom supir keluarga Tuan Hans menjawab dengan sopan dan mobil Mercy hitam itu pun berlalu meninggalkan sekolah Bella.

Ini hari pertama Bella masuk SMA. Ia sangat takut terlambat pada hari pertama orientasi sekolah. Dan benar saja, ia hampir saja terlambat. Saat ia masuk ke lapangan tengah sekolah, teman-teman barunya sudah mulai berbaris rapi. Sambil berlari Bella masuk dan berdiri di barisan paling belakang. "Hampir saja" Bella bergumam sendiri dalam hati.

Sementara itu di lantai 3 gedung sekolah, Rivan hanya memperhatikan teman-teman seangkatan dan adik tingkat kelasnya mengecek barang-barang bawaan siswa baru yg mengikuti orientasi sekolah, tanpa berniat untuk turun dan berpartisipasi. Ya, siapa yang tidak mengenal Rivan, sang ketua OSIS yang sebentar lagi melepas masa jabatannya karena sudah berada di tingkat 3 SMA. Sang Idola sekolah, atlet basket yang juga sang juara umum di sekolah. Pembawaannya yang dingin namun penuh kharisma. Siswi di sekolah banyak yang menggilainya. Namun sayang mereka semua harus patah hati karena Rivan sudah mempunyai tambatan hati. Yura yang merupakan teman masa kecil Rivan, sudah 2 tahun ini menjadi kekasih Rivan. Dan mereka 1 sekolah.

Rivan mengalihkan pandangannya memutar pada semua siswa di lapangan tersebut. Manik matanya yang tajam tertuju pada Bella yg baru saja masuk barisan. Meski berdiri di bagian belakang, karena tubuhnya yg mencapai 165cm, Rivan bisa melihatnya dengan jelas. Bella tampak ngos-ngosan setelah berlarian dari luar pintu gerbang sampai ke lapangan tengah sekolah. Ia mengeluarkan perlengkapan yg harus dibawa untuk kegitan orientasi. Karena gugup dan tubuhnya cukup lelah setelah berlarian, beberapa kali ia menjatuhkan perlengkapannya sambil sesekali menyeka keringat di dahinya. Bella mengerucutkan bibirnya setengah kesal dan merapikan kembali barangnya. Ia berusaha tetap tersenyum dan bergumam "Semangat Bella, ini adalah masa SMA yang sangat kau nantikan"♡♡

Rivan terlihat fokus, tiba-tiba tersenyum melihat tingkah Bella. Entah apa yang ia pikirkan. Sesaat kemudian ia tersadar, lalu menggelengkan kepala. Sepertinya ia sendiri bingung kenapa ia tersenyum sendiri.

Bella melewati hari pertama orientasi sekolah dengan lancar, tidak ada hambatan yang berarti. Karena Bella anak yg supel dan ceria, teman-teman maupun senior banyak menyukainya. Terlebih lagi Bella memang jauh menonjol dibandingkan teman seangkatannya. postur tubuh yang tinggi, kulit putih halus bersinar, ditambah wajah yg sangat imut, siapa yang tidak akan senang ataupun terpesona bila melihat Bella. Tingkahnya yang lucu dan mudah bergaul membuat Bella sudah memiliki banyak teman dihari pertama sekolah😊

Masa orientasi hari pertama selesai. Bella tampak sumringah berjalan keluar gerbang sekolah. Di pinggir jalan tampak pak Tom sudah berdiri di smping mobil, "Silahkan masuk Non" ia berseru sambil membukakan pintu mobil. "Terima kasih pak Tom" Bella tersenyum lalu berujar "Pak Tom lupa lagi kan?? Jangan membiasakan membukakan pintu mobil untukku, aku akan melakukannya sendiri". Pak Tom tidak menjawab, hanya menunduk dengan sopan. Ia tahu nona Bella tidak suka dan beberpa kali di tegur oleh olehnya karena masih saja membukakan pintu mobil, hanya saja pak Tom terlalu sungkan pada keluarga Tuan Hans.

Sepanjang jalan Bella tampak senang, membuka jendela mobil sambil sesekali bersiul.

ia bergumam "aaaaah... bahagia sekali rasanya...". Pak Tom sedikit menoleh ke belakang "Nona kelihatan senang sekali, Ingin jalan-jalan dulu Non? atau langsung pulang??" sambil tersenyum melihat tingkah Bella.

"Langsung pulang saja pak, Bella butuh istirahat untuk mengisi energi ke sekolah besok, hmmmm... rasanya ingin cepat- cepat besok. aku sudah merindukan teman-teman ku..."

Pak Tom mengangguk dan melajukan mobil ke arah pulang menuju kediaman keluarga Tuan Hans.

Di ruang OSIS Rivan masih sibuk dengan setumpuk kertas agenda yang harus ia selesaikan menjelang akhir jabatannya. Sambil menghela nafas panjang, ia meregangkan tubuhnya agar sedikit rileks. Rivan tertegun, ia teringat pada Yura. Sudah jam setengah 4 sore, seharian ini memang Rivan absen untuk bergabung mengurus kegiatan orientasi siswa baru. Para guru memaklumi karena banyak tugas lain yang harus ia kerjakan. Lagipula teman-temannya sangat membantu dan cukup bisa diandalkan. Bisa dilihat kegiatan orientasi hari ini hampir tidak ada kendala dan berjalan sesuai perkiraannya.

Mungkin karena kesibukannya itu juga hari ini Rivan bahkan tidak menghampiri Yura kekasihnya itu. Biasanya setiap hari ia paling tidak tahan untuk tidak melihat tingkah manja atau menjahili kekasihnya.