Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

KAMAR MAYAT

🇮🇩rocketmary
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.6k
Views
Synopsis
Hai, aku Cindy. Berkat dia, aku bisa kerja secepat mungkin! "Thanks loh Lan. Loe sudah bantu gue gawe disini.", kataku. "Noprob, Cindy.. Selagi gue bisa bantu loe. Gak usah nervous lah. Santai aja kali.", sahut Lana. "Yah namanya juga dapat kerjaan secepat ini. Apalagi semenjak kejadian yang kemarin. Loe tau kan.. Jadi gue butuh kegiatan yang super extra.", kataku lagi. "Aman.. Nanti loe temuin manager di sini. Namanya Pak Jacob.","Tuh ruangannya.", katanya sambil menunjuk arah ruangan Manager Rumah Sakit. "Oh. Okay, Lan." Percakapan yang kuakhiri dengan Lana mempertemukanku dengan manager pengelola rumah sakit. Jam kerja yang cukup buatku untuk melupakan masa laluku.

Table of contents

Latest Update1
#15 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - #1

Aku mendengar suara gaduh dari kamarku. Pintu yang terbuka sedikit dan tidak terkunci.

Ceklek.

Aku hanya bisa mengucapkan kata yang pantas saat ini..

"Pergi.."

"Tega loe ya.. Loe begini di belakang gue..ck.. PERGI LOE BEDUA! BANGSAT! DENGER GAK!"

Tanganku tanpa sadar mengarah ke pipi kanannya yang tegas.

PLAK!

Hantaman yang luar biasa ku keluarkan sekuat tenaga. Mungkin tamparanku di wajahnya tidak membuat dirinya terluka. Itu hanya sebatas tamparan.

"PERGI GAK LOE!!! MUAK GUE LIAT MUKA LOE!! NAJIS!", teriakku lantang.

Ia hanya diam, membisu, berdiri tanpa satu patah kata. Tak lama Ia beranjak, meninggalkanku.

Brakk!!!

(Suara pintu di banting)

Terlihat di depanku, wajah yang tidak asing dan tidak akan bisa ku lupakan seumur hidupku.

"LOE JUGA BANGSAT!!! PERGI! NGAPAIN LOE MASIH DISINI??!! MAU GUE BUNUH LOE!!? PERGI SEKARANG JUGA!!!", ancamku pada wanita yang masih menutupi badannya dengan sehelai kain sutra milikku.

Ia ketakutan melihatku yang berteriak layaknya wanita yang sedang kesurupan. Jikalau saat itu aku khilaf, aku akan merobek perutnya dan mengeluarkan usus beserta jeroan busuk miliknya.

Ia bergegas sambil membisikkan ke telingaku.

"..Ma..ma..maaf..ciin..", katanya yang pelan mengeluarkan air mata buaya berjalan menuju pintu.

Ceklek..

Klak.

Aku menahan tangis. Berjalan ke arah dekorasi dan gaun pernikahan. Merobek dan menghancurkan seluruh pernak pernik yang akan dilangsungkan esok hari.

Air itu sudah tidak bisa aku tahan. Meluap bak bendungan runtuh.

"Huwaaa....aaa..!! ANJING LOE BEDUA!!! BANGSATTT!!! Huwaaa....Hikss..Hu..hu..hu..."

Aku meronta, menjerit. Rasa sakit yang ku alami tidak tertahan.

Aku masih tersudut melihat pemandangan nian indah rusak tidak berbekas.

Aku menyesali, apa yang sudah aku lakukan bersamanya dulu. Kedua orang tua yang saling mengenal, berjalan bersama sedari kecil, saling menjaga satu sama lain, kini hanya sisa memori ingatan masa lalu. Kenangan itu sungguh tidak bisa di ungkapkan dengan sukacita dan kebahagiaan. Hanya duka dan kesedihan. Sungguh menyakitkan.