Chereads / mawar merah layu dikala musim hujan / Chapter 1 - suatu sabtu yang cerah

mawar merah layu dikala musim hujan

🇮🇩ayong_tesa12
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - suatu sabtu yang cerah

hari ini aku sangat gembira, hal itu karena peter kekasihku sudah melamar ku. aku tidak dapat mengungkapkan kata-kata lagi, yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum geli sendiri mengingat saat peter melamarku di depan orang tua dan teman-temanku. sudah beberapa jam sejak kejadian itu aku mengingat momen yang sangat membahagiakan itu. "Tasya, aku mencintaimu dengan segenap jiwa ragaku, maaf aku selama ini egois, hal ini kulakukan karena aku sangat mencintaimu, aku takut kehilanganmu. hari ini aku ingin memintamu menjadi seseorang yang spesial di hatiku untuk sekarang dan selama-lamanya, hal ini juga telah ku sampaikan kepada orang tua mu. " aku begitu terkejut, aku tidak dapat memikirkan bagaimana peter dapat melakukan hal yang seserius itu. tapi tak apa, yang aku tahu aku akan hidup bahagia bersama peter.

"Tas, turun sayang!" mama memanggilku dari bawah nembuyarkan lamunanku tentang kejadian tadi sore yang akhirnya membuat aku kagok.

"iya ma." jawabku sambil berlari menuruni tangga. setelah sampai di tempat mama aku melihat dia sedang mengerjakan sesuatu, kutanyakan hal apa yang sedang dikerjakannya. "ma, mama buat apaan tuh?" mama tersenyum manis dan sambil mengedipkan sebelah mata dan menjulurkan lidah mama berkata, "kepo kamu tas." aku hanya bisa diam sambil melihat mama mengerjakan sesuatu tersebut. aku menanyakan mengapa mama memanggilku, mama bilang padaku bahwa aku dimintai oleh peter untuk melihat-lihat baju pengantin untuk acara pernikahan kami dan memilih foto pre-wed yang cocok untuk acara itu. acara dijadwalkan tiga bulan lagi.

aku sangat gugup dan senang, Karena akan merasakan menjadi seorang istri dari orang yang aku cintai.

di saat-saat seperti itu tiba-tiba teman terbaikku menelpon ku dan memberikan kabar gembira juga.

"tas, kamu udah mau nikah?" tanyanya dengan nada tak percaya.

"iya ka. aku dan peter berencana menikah pada bulan November ini, bertepatan dengan hari lahir peter. ngomong-ngomong kamu dapat kabar ini dari siapa? padahal aku akan mengabarimu lewat diriku tanpa perantara, yah gagal dong, padahal aku mau surprise buat kamu vika."

ucapku dengan nada agak sedikit kecewa.

"hehehe aku tau dari kakakmu, dia sangat antusias menceritakan kepadaku tentang rencana pernikahanmu itu."

aku mulai tak percaya bahwa kakak lah yang telah mengabari vika tentang rencana pernikahanku itu, yang aku tahu sejak awal kakak dan vika adalah dua orang yang sangat bertolak belakang, oleh karena itu mereka saling merendahkan satu sama lain.

"serius?" tanyaku pada vika. "iya, aku serius, seribu rius malahan, hmm btw kakakmu itu gak sengeselin yang aku bayangkan ternyata, dia bisa mengerti aku." tep!!! jantungku serasa berhenti dan syaraf-syarafku serasa menerima sengatan hangat dari aliran listrik kecil, tiba-tiba pelupuk mataku telah di basahi oleh air yang tak kusadari menetes dari mataku. aku pun tersenyum sendiri dan menggoda vika.

"ohhh jadi gitu, kalo aku gak ada kamu telpon mas ari ya. cieeee bilangin mama lo kamu mau jadi menantu mama, hehe sahabatku dapat jodoh juga. kakak ipar tolong jaga kakakku ya." sembari tertawa aku berkata demikian, dan dijawab oleh vika dengan nada yang gugup seperti seseorang maling yang ditangkap basah, aku hampir tak bisa menahan tawa hingga membuat aku sakit perut. "bu,bu, bukannya begitu tas... aku hanya berteman kok sama mas ari, gak lebih."

aku terus menggoda sahabatku yang sudah kuanggap saudara kandung ini.

"waduhhh, mas ari sedih tar loh gak kamu anggap vik, aku bilangin loh ke orangnya."

"ja,ja,jangan dong tas!". pinta vika dengan nada memelas. "iya, aku cuma bercanda kok vik. gak apa-apa dong kamu sama mas ari. lagian kalian tuh cocok, saling melengkapi kok."

jelasku. akhirnya aku lega kalau sahabatku yang tomboi itu akhirnya dapat pasangan,dan itu adalah kakakku.

malam hari di kamar tasya:

"aduh, udah malam ternyata. aku ingin tidur! aku ingin mengucapkan selamat tidur untuk peter di sna! " hanya itu yang keluar dari mulutku. dan itu kata-kata yang membuat aku tertidur tenang.

pada keesokan harinya, aku dibangunkan dengan tergesa-gesa dan suara panik yang amat sangat, mama membangunkan aku dengan sesegera mungkin. dan setelah aku turun aku melihat sesuatu terjadi, sesuatu yang seharusnya tidak terjadi saat ini....