Chereads / Secangkir Teh di Kedai Kopi / Chapter 5 - Cangkir ke-4 : Siapa?

Chapter 5 - Cangkir ke-4 : Siapa?

"Bangun, upacara dah selesai."

Aku tersentak, segera membuka mata untuk melihat siapa yang berbicara tadi.

Mendapati sosok yg saat berdiri disampingku, sedikit membungkuk agar wajahnya menghadap kebawah tepat menatapku, kepalanya menutupi bola matahari yang bersinar terik padaku.

Aku mencoba melihat wajahnya, tapi terlihat samar-samar karena tak semua cahaya matahari dapat ia tahan.

"Siapa? ucapku lirih sambil menutup sebagian mataku dengan tangan.

Dia tidak menjawab, melainkan berdiri dan menegakkan tubuhnya.

Secara cepat cahaya yang bisa ditahan olehnya langsung sekarang langsung membasuh seluruh tubuhku, yang paling parah adalah yang mengenai mataku. Membuatku silau dan harus menutup wajah dengan kedua tanganku dengan cepat.

Aku bergulir kesamping, menghindari cahaya yang masuk kemataku.

Setelah yakin cahaya matahari tak mengenai mata, aku membuka mata secara perlahan, sosok tadi telah berjalan menjauh, aku tak dapat melihat wajahnya, tapi dari baju yang ia kenakan aku menduga ia kak kadiv.

Kini aku aku tak dapat melihatnya lagi, sehingga aku mengalihkan perhatianku ke sekeliling.

Aku melihat ke lapangan, benar seperti suara yang membangunkanku, pidato panjang yang dilakukan oleh petinggi-petinggi kampus telah selesai, dan saat ini para peserta tengah berjalan menuju tasnya masing-masing yang ada di pinggi lapangan.

Karena merasa sudah baikan, aku merubah posisiku menjadi posisi duduk, mencoba mengumpulkan energi alam sekitar untuk menghilangkan pusing yang tersisa.

Aku menggelengkan kepalaku, mencoba memeriksa apakah masih terasa atau tidak. Yah, hasilnya tidak separah saat baru bangun pertama kali.

Aku yang tengah duduk bersimpu, melihat tiap anak memakai tasnya dan berkumpul dengan para kakak fasilitatornya.

Melihatku yang tengah terduduk, ada mbak yang menghampiriku.

"Gimana? udah enakan?" tanyanya padaku sambil ikut duduk denganku.

"Iya mbak." Jawabku singkat.

Aku meminta izin untuk karena memutuskan untuk kembali ke kelompokku.

Aku berdiri sambil merabah-rabah kantong baju dan rokku, mencoba memeriksa keberadaan handphone dan dompetku.

Tidak ada.

Aku tak menemukannya didalam saku,

Aku panik, mencoba melihat sekitar tempat aku tertidur tadi, berharap ada didekatku.

Karena melihatku yang sedangkebingungan, mbak tadi bertanya padaku, apakah ada yang salah?

Aku menjelaskan bahwa aku tak dapat menemukan hpku.

Lalu ia bertanya apa ciri-cirinya, lalu kujawab dengan cepat, sesaat kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari kantong kain yang ada di pinggangnya.

Ternyata itu adalah kumpulan hp. Ia menjelaskan bahwa saat aku pingsan tadi, hpku terjatuh dan diberikan pada mbak yang berjaga.

Aku melihat beberapa model hp yang ia keluarkan, untungnya aku menemukan yang kucari.

Aku berterima kasih padanya sambil mengambil hpku.

Aku segera menuju ke kelompokku sendiri, dan aku disambut oleh kak Nia.

"Udah sehat?" Tanyanya padaku.

"Alhamdulillah, udah kak." Katanya.

Kak Nia tersenyum dan menyuruhku ikut dalam barisan, karena kami akan berpindah tempat.

Kami diarahkan menuju ke tempat lapang yang lain, bedanya disini tidak sebanyak saat upacara pembukaan, karena disini tempatnya terdiri dari kelompokku dan beberapa kelompok lainnya.

Aku mengetahuinya karena kebetulan sekali ada orang bersekolah di sma yang sama denganku dulu dikelompok yang ada di pojok kiri dan kanan.

Jika diceritakan, para mahasiswa baru dikelompokkan menjadi dua jenis, kelompok besar yang membagi keseluruhan mahasiswa baru menjadi 4 bagian yang disebut batalion, lalu setiap batalion terdiri dari sepuluh kelompok kecil yang bernama unit yang setidaknya berjumlah dua puluh hingga 25 orang.

Aku mengikuti pergerakan kelompok hingga akhirnya aku duduk dibarisan paling belakang.

Yang kami lakukan saat ini adalah menentukan ketua dari batallion, setiap unit disuruh mengirimkan satu perwakilan, setelah ada sepuluh calon pemimpin mereka disuruh memperkenalkan diri dan menunjukkan visi misi mereka.

Dari sepuluh orang yang berdiri, kulihat semuanya cowok kecuali perwakilan dari unit 4, unitku sendiri.

Cewek berambut kuncir kuda, sepertinya lebih tinggi dariku.

"Wah, ada juga ya cewek yang berani jadi pemimpin." Gumamku saat melihatnya.

Satu persatu menyebutkan identitasnya hingga ke orang terakhir tanpa masalah.

Cara pemilihan ketua batalion cukup unik, kami disuruh menutup mata dan mengacungkan tangan ketika nomer kandidat ketua dipanggil.

Dengan cepat prosesi pemilihan ketua selesai, dan pria dari unit 5 terpilih menjadi ketua. Kalau tidak salah, dia memperkenalkan diri dengan nama "Diwan".

Kemudian, Diwan berterima kasih pada orang-orang yang telah memilihnya.

Tak lama kemudian, kami berpindah kembali, menurut dengan unit masing-masing.

Saling berjauhan antar unit, mencari tempat ternyaman untuk duduk. Kami duduk melingkar, sehingga semua orang dapat melihat masing-masing kelompok yang ada.

Tak ada satu orang pun yang kukenal, selain kak Nia selaku fasilitator yang mencari biodata tentang mahasiswa baru, jadi kami diminta memperkenalkan diri masing-masing.

Untuk memudahkan komunikasi, kami diminta membuat group di media pesan instan, kami memilih Lime karena semua orang punya aplikasinya.

Setelah itu, kami disuruh menunjuk ketua unit. Cowok bernama pratama yang terpilih.

Kemudian, kak Nia menjelaskan kepada kami apa-apa saja yang akan kami lakukan selama dua hari kedepan. Diakhir serangkaian acara, ada yang namanya show off, tiap unit menampilkan sesuatu kepada batallionnya, dan katanya ada upaya pemecahan rekor di upacara penutupan, jadi kami diminta membuat sesuatu.

Sisa hari kulalui dengan cepat, diselah-selah acara aku habiskan dengan diajak mengobrol dengan teman-teman yang lain. Untuk menyiapkan showoff dan lain-lainnya, kami sepakat untuk bertemu kembali nanti malam untuk membicarakannya.

Sore pun tiba, dan kami berpencar untuk pulang ke rumah masing-masing.

Selama perjalanan, untuk mengusir rasa bosan aku mengambil handphone dari saku.

Menyalakan data seluler dan mendadak handphoneku bergetar lama karena banyak chat yang masuk.

Aku melihat bagian atas layar dimana ada notifikasi chat dari aplikasi Lime, isinya adalah teman-teman unitku, baru juga berpisah ternyata mereka sudah meramaikan grup.

Aku mencoba membaca sekilas, dan kulihat ada yang mengirim meme-meme lucu yang membuatku tertawa.

Aku menyudahi melihat grup, karena ingin mengirim chat ke temanku, tetapi tiba-tiba ada pesan dari operator dan jariku tepat mengetuknya, tentu saja tidak kugubris karena isinya hanya promosi paket internet, segera ku tekan tombol back.

Menuju ke halaman utama pesan, ada yang menarik perhatianku, bukan pesan paling atas yang dari operator tadi, tetapi dibawahnya ada pesan dari nomer yang tidak kukenal dan telah terbaca,

Kapan aku membuka pesan? Tanyaku dalam hati.

Aku coba membukanya dan membacanya.

".... Menurut catatan kami ternyata Nona Riana Tanisha masih ada tanggungan sebesar Rp 48.352.000,00 sudah lewat 2 minggu maka besar harapan kami agar Nona segera menyelesaikan pembayaran tersebut."

"Mama?!?!?!"

***1