Chereads / Bisakah dibilang indigo? / Chapter 2 - Menyentuh kain kafannya

Chapter 2 - Menyentuh kain kafannya

Aku mengawali aktivitas dengan semangat baru, tempat dimana aku menghabiskan sepertiga hariku disana. Yaa tempat itu adalah sekolah. Banyaknya tugas dihari itu membuat ku merasa lelah, lesu dan bahkan lemah, ditambah lagi telepon dari ayah ku. Ayah memberitahu ku kalau hari itu ia tidak bisa menjemput seperti biasa. Yaa terpaksa aku akan pulang dengan berjalan kaki. Untung saja jarak antara sekolah dan rumah lumayan dekat, kira-kira lebih dari cukup untuk membakar lemak yang menumpuk dibadan ku.

Teng.... teng..... teng.....

Bunyi bel sekolah ku seketika lenyap dimakan oleh keramaian derap kaki siswa-siswi yang berlarian keluar dari kelas masing-masing, suara percakapan orang dan ramainya kendaraan didepan sekolah membuat ku mengurungkan niat untuk pulang lebih awal. Aku akan pulang ketika matahari sudah tidak begitu terik. Setelah menunggu beberapa menit, tepat pukul 16.00 WIB aku keluar meninggalkan kelas. Menuju gerbang sekolah dan meninggalkannya. Dari kejauhan aku melihat laki-laki yang tidak asing bagi ku, dia adalah kakel SMP ku. Dhika, yaa aku biasa memanggilnya kak Dhika. Sekilas tidak ada yang berbeda darinya, mengenakan jaket kulitnya yang berwarna coklat muda dan menunggangi motor putih dengan helm abu-abu miliknya. Namun ketika mendekat aku merasakan ada yang berbeda dengannya, mungkin karena dia terlihat lebih berbinar dari biasanya. Dia adalah salah satu laki-laki primadona di SMP ku. Tidak jarang dari teman-teman ku yang mengidolakan Kak Dhika. Aku memang tidak begitu mengagumi Kak Dhika, karena mungkin sikapnya yang sedikit sadis. Sore itu aku hanya bercanda ketika ingin menyapanya, karena sebelumnya aku sama sekali tidak pernah berbicara dengan orang ini.

Aku tersenyum ketika dia mendahului langkah ku dengan menunggangi motor nya itu.

"Ra.. duluan ya, kok tumben jalan kaki?" tanyanya kepadaku dengan penuh senyum.

"Ohh iya kak silahkan, iya ini kak tadi Ayah telpon kalau sore ini ga bisa jemput."

Sedikit memperlambat laju motornya, kemudian berbincang dengan ku disepanjang jalan menuju rumah.

"Ohh gitu ya, gimana kalo bareng aku aja Ra?" ucap Kak Dhika.

"Emm enggak usah kak nanti ngerepotin" Jawab ku yang sedikit canggung karena sebelumnya aku tidak pernah berbincang bahkan pulang bersama dengannya.

Aku kemudian melanjutkan obrolan ku, tanpa sedikit menyinggung kenapa hari ini iya nampak beda dari hari biasa. Apa mungkin aku saja yang jarang melihatnya ? Atau memang dia beda ? Hmm aku tidak tau, yang jelas aku ingin sesegera mungkin sampai rumah dan merebahkan badan ku. Yaa disetiap jalan aku dan Kak Dhika berbincang hingga sampai pada jalan yang merupakan persimpangan antara gang rumah ku dan rumah Kak Dhika. Aku kemudian mempercepat langkah dan berpamitan kepada kak Dhika. Sesampainya dirumah aku segera membasuh kaki, dan menuju kamar untuk merebahkan badan ku yang sudah tak bisa berdiri tegak karena lelah ini. Sore itu aku habiskan untuk tidur sampai-sampai ketika jam dinding menunjukkan pukul 19.00 WIB aku masih juga belum beranjak dari kamar ku. Dengan mata yang masih redup ini, ku ambil handphone di meja terlihat notif WA dari Thea teman kelas ku. Aku sedikit mengabaikan karna mungkin dia hanya mengingatkan ku tentang PR untuk besok. Tetapi alangkah kagetnya aku ketika melihat isi pesannya. Dia memberitahukan ku bahwa baru saja Kak Dhika mengalami kecelakaan tunggal didekat persimpangan jalan sebelah barat sekolah ku.

Mata ku terbelalak seolah tak percaya, jelas-jelas tadi sore Kak Dhika berbincang dengan ku dan dia juga pulang berbarengan dengan ku. Tentu saja aku tak percaya, "Mengapa dia baru sampai di barat sekolah jam segini? Seharusnya dari tadi sore dia sudah sampai dirumah. " Ku baca pesan dari Thea kemudian aku telpon dia. Namun apa ?