"Dan setelah kamu mencintaiku, apakah aku bisa menikahimu Zee? agar aku bisa menjadi Ayah dari anak Justine sebelum bayi Justine lahir?" Tanya Daniel dengan tatapan serius.
Dhenisa menatap wajah Daniel dengan tatapan mata yang berkabut.
"Bagaimana aku harus menjelaskan padamu Paman Daniel? tanah pemakaman Justine masih basah dan belum kering. Dan sekarang Paman Daniel sudah berniat menikahiku. Bagaimanapun aku harus menjaga perasaan keluarga Justine." Ucap Dhenisa dalam hati menundukkan wajahnya.
"Hai.. kenapa aku harus membuatmu jadi bingung? lupakan saja ucapanku Zee, aku akan menunggu sampai kamu siap menerima lamaranku." Ucap Daniel dengan tiba-tiba mengangkat wajah Dhenisa yang terlihat sedih. Sungguh Daniel mendengar suara hati Dhenisa.
"Jangan bersedih lagi Zee, maafkan aku...harusnya aku membuatmu tersenyum dan merasa nyaman bukan malah membuatmu dalam masalah." Ucap Daniel seperti suara serak.
