Part sebelumnya :
"Oh begitu, Mbak! Ya sudah sini kontaknya, Mbak Raya! Nanti aku telepon saja!" balas Handaka.
Akhirnya kedua makhluk beda kelamin ini bertukaran nomor telepon siang itu. Entah apa yang akan terjadi ke depannya dari hubungan yang tidak sengaja terjadi di antara mereka berdua, setidaknya sedikit demi sedikit percikan api cinta itu mulai terlihat.
***
Handaka dan Mang Dirman terlihat mulai berlalu dari show room mobil tersebut, keduanya segera beranjak menuju ke parkiran mobil. Tampaknya urusan tetek bengek mengenai urusan mobil baru ini sudah selesai, tinggal menunggu barang diantarkan ke rumah saja. Handaka dari tadi senyam-senyum sendiri saja memikirkan mobil barunya yang akan datang tidak lama lagi, sedangkan Mang Dirman yang melihat reaksi Handaka tergelitik untuk menggoda sang tuan muda.
"Ciee!! Tuan muda tampaknya senang sekali setelah berkenalan dengan wanita cantik penjual mobil tadi!" ledek Mang Dirman sembari membuka pintu mobil.
"Haha ... ternyata Mang Dirman lihat juga tadi ya?" balas Handaka sembari terkekeh.
"Iya. Bagaimana tidak lihat, kalau cantiknya seperti itu Tuan muda. Saya rasa wanita itu cocok sekali, jika menjadi pacar Tuan muda!" timpalnya cepat.
"Hmm ... kurang tahu ya, Mang! Tapi ... memang anaknya baik dan ramah, soal cinta itu perkara waktu. Aku rasa tidak mungkin baru bertemu satu kali maka akan bilang itu cinta, mungkin hanya perasaan kagum saja!" balas Handaka sok diplomatis.
"Haha!! Atur sama, Tuan muda saja kalau begitu! Ngomong-ngomong sekarang kita mau pergi kemana, Tuan muda? Soalnya di rumah tidak ada makanan, kita belum memperkerjakan pembantu bukan?"
"Iya ... Mang Dirman benar juga! Tampaknya aku butuh seorang Asisten Rumah Tangga untuk mengurusi beberapa keperluanku di rumah terutama makanan."
"Kalau begitu biar Mang Dirman saja yang pesan nanti ke agen Pembantu, pokoknya Tuan muda terima beres deh!" ucapnya sembari mengangkat jempolnya.
"Oke kalau begitu, Mang! Atur saja! Kita pergi ke salah satu tempat makan saja kalau begitu, Mang! Makan dulu baru pulang!"
"Siap, Tuan muda!"
Tidak lama kemudian mobil mulai berjalan ke sebuah tempat makan yang cukup terkenal di kota Palembang. Jalanan kala itu cukup macet, hal ini dikarenakan sudah memasuki jam-jam macet saat itu, sudah menjadi kebiasaan ketika menginjak jam sebelum dan sesudah makan siang maka akan banyak sekali mobil yang berlalu lalang, apalagi kemacetan panjang yang dibuat oleh para supir angkot yang sibuk nge-tem, dengan tujuan untuk mencari penumpang, hal ini tentunya membuat jalanan kota ini menjadi makin macet dan semrawut.
Handaka masih sibuk memainkan handphone kesayangannya yang berwarna putih. Ia terlihat memutar musik dan membaca sebuah cerita di layar handphonenya. Ia tidak terlalu fokus dengan jalanan yang macet, hal itu dikarenakan ia memang malas dengan segala sesuatu yang membuatnya cepat bosan.
Mang Dirman sedari tadi hanya mengeluh saja kerjaannya. Ia meratapi jalanan yang macet cukup lama, dibutuhkan waktu 10-15 menit setiap lampu merah, jarak yang harusnya bisa ditempuh dengan 1 jam saja bisa menjadi 2 jam dikarenakan kemacetan yang terjadi.
Hingga tidak lama kemudian, akhirnya mereka berdua sampai di tempat makan yang dimaksud. Handaka segera memesan beberapa makanan dan juga minuman, rasanya sudah begitu lapar di kala itu, perutnya sudah meraung-raung minta diisi, sedangkan Mang Dirman sedari tadi hanya sibuk memperhatikan wanita-wanita cantik di usia sekitar 35-40 tahunan yang terlihat sibuk berlalu lalang.
"Mang ... kalau suka deketin gih! Mana tau ada yang bisa diajakin kimpoi sama, Mamang!" ledek Handaka sembari tetap memainkan handphonenya.
"Hehe ... tapi jangan bilang-bilang sama Bi Siti ya, Tuan muda!"
"Kalau itu sih masalah Mang Dirman sendiri! Aku sih tidak mau ikut-ikut soal urusan rumah tangga orang lain!"
"Hehe!!!" Mang Dirman terdiam beberapa saat sembari menggaruk-garuk kepalanya yang memang tidak gatal.
Tidak butuh waktu lama akhirnya makanan datang ke meja mereka. Handaka segera memutuskan untuk makan begitu juga dengan Mang Dirman. Hingga tidak lama kemudian setelah acara makan selesai, mereka segera kembali ke mobil dan berniat untuk pulang. Handaka memutuskan untuk tidur selama perjalanan pulang, sedangkan Mang Dirman sudah tentu harus berkonsentrasi menghadapi jalanan petang mulai berangsur menemui titik macet.
Kedua Harimau penjaga yang sedari tadi mengikuti dari arah belakang kini mulai mengadakan perbincangan sekali lagi.
"Apakah Kakek tadi melihat ada hal aneh sebelum kita keluar dari komplek perumahan?" tanya pria tampan dengan pakaian adatnya yang berwarna kuning.
"Hmm ... maksudmu beberapa hantu penasaran yang menghuni rumah kosong di ujung jalan?"
"Iya Kakek! Aku merasa mereka seperti memperhatikan kita."
"Ya tidak apa-apa, Raden! Toh mereka sekedar memperhatikan saja, mungkin mereka merasa terganggu dengan adanya makhluk lain yang memasuki daerah mereka, bukankah itu adalah suatu hal yang wajar?"
"Benar juga sih, Kakek! Aku hanya khawatir kalau makhluk-makhluk itu mencoba untuk menyerang kita!"
"Haha ... kalaupun itu terjadi, sudah menjadi kewajiban kita untuk melindungi anak ini, Raden! Aku rasa mereka tidak akan menyulitkan kita!" balas Kakek tua dengan pakaiannya yang serba putih ini.
"Hmm ... aku harap juga begitu, Kakek!"
"Sudah tidak usah terlalu dipikirkan, ada baiknya sekarang kita bersantai saja! Menikmati masa tua sembari memperhatikan dunia."
"Kakek ini memang ada-ada saja!"
Raden Kuning terdiam beberapa saat. Ia masih memikirkan perasaan tidak mengenakkan yang tadi sempat menghampiri mereka, perasaan tersebut muncul ketika adanya niat jahat dari para makhluk astral yang berniat untuk mencelakai mereka. Namun Kakek Fatah terlihat begitu santai dalam menjalani ini semua dan memang terbukti selama 18 tahun terakhir semenjak Handaka mulai dijaga oleh mereka berdua, tidak banyak hal gaib yang terjadi.
Tanpa sadar perasaan itu perlahan-lahan timbul dan kian menguat, ternyata yang menyebabkan hal tersebut adalah ketika mobil perlahan-lahan memasuki komplek perumahan. Rumah tua yang berada di ujung jalan memang terlihat menyeramkan dari arah luar. Bagaimana tidak, rumah ini tampaknya sudah lama sekali tidak dihuni oleh manusia, bahkan beberapa cat terlihat sudah berkerak dan beberapa genteng sudah terjatuh dari posisi biasanya.
Raden Kuning yang merasakan perasaan tidak enak itu kemudian memutuskan untuk turun dari dalam mobil. Dengan cepat ia melompat ke arah jalan raya dan memutuskan untuk perlahan-lahan berjalan ke dalam rumah kosong tersebut. Kakek Fatah yang sedari tadi tertidur tidak menyadari bahwa Raden Kuning sudah tidak berada di dalam mobil.
"Aku harus menyelesaikan ini sendiri, tampaknya para penghuni di daerah sini tidak menyukai kedatangan kami!"
Baru saja Raden Kuning menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba langit berubah menjadi hitam dan awan pekat terlihat berkumpul di atas rumah tersebut, disusul dengan munculnya sebuah suara yang menggema dari dalam rumah.
"Hihi ... hihi ... hihi ... sudah lama aku bermukim di daerah ini. Namun baru pertama kali ini, aku melihat ada sepasang Harimau di sekitar kediamanku!" ujar seseorang dari dalam rumah.
Raden Kuning yang melihat hal tersebut dengan cepat melompat ke dalam pagar dan mendekati pintu pertama dari rumah ini. Namun kemudian suara tersebut muncul sekali lagi, "Kau tidak diizinkan memasuki tempat ini, sialan!!!" disusul dengan munculnya ratusan pasang mata yang berwarna merah memancar dari dalam rumah.
Melihat hal ini, bukannya merasa takut malah membuat Raden Kuning makin tertantang. Ia perlahan masuk ke dalam rumah dan berkata, "Mau sampai kapan kau bersembunyi?" timpal Raden Kuning sembari tersenyum penuh arti.
#Bersambung