Perbincangan kami kala itu sedikit tidak membuat nyaman, Amun dan Usimaree saling menyindir satu sama lain, belum lagi dengan perebutan yang mereka lakukan untuk memenangkan hatiku.
"Moswen, Aku lihat kamu memakai Gelang bermata hitam yang kuberikan itu ? apa kamu menyukainya ? ," Amun sengaja menyindir masalah Gelang yang ku kenakan untuk membuat Usimaree terlihat cemburu.
"Gelang ini ? terima kasih yang mulai pangeran Amun, Aku bertanya-tanya siapa gerangan yang memberikannya. Rupanya seorang dermawan seperti yang mulia, hamba merasa tidak pantas memakainya"
"Bicara apa kamu Moswen, Aku mendesain sendiri gelang itu untuk mu, jika kamu menyukainya itu sudah cukup"
Usimaree nampak tidak senang melihatnya, dirinya mencari-cari sesuatu di tanganku sebelum akhirnya bertanya dengan berbisik.
"Dimana kamu menyimpan gelang Emas dan gelang kaki yang ku berikan padamu waktu itu ?," Usimaree memperlihatkan tatapan tajamnya.
"Gelang Emas ? apa yang mulia pernah memberikannya ? aku hanya pernah menerima Gelang kaki bebatuan itu ? maaf sebelumnya yang mulia putra makhota jika saya lancang "
"Apa kamu menghilangkannya ? ya sudahlah, lain kali Aku bisa memberikan mu lagi yang lain ," wajah Usimaree berubah menjadi lirih.
saat ini aku sama sekali tidak mengharapkan apapun dari kedua pria di hadapanku ini, terjebak di antar mereka sungguh sangat menjengkelkan. Kakiku terasa pegal dan ingin cepat meninggalkan mereka.
namun jangankan pergi, untuk berpindah sebentar saja Usimaree sama sekali tidak mengizinkanku. Dan tanpa sadar aku bersenandung di sampingnya dengan pelan, memainkan sebuah lagu yang menjadi favorit di Era ku.
Usimaree yang mendengar senandungku bertanya dengan penuh penasaran.
"Apa yang sedang kamu lantunkan sayangku ? "
"Ah tidak ! saya hanya sedang melamun, itu hanya keluar dengan sendirinya "
"Suaramu terdengar sangat indah ," Usimaree tersenyum ramah, tapi entah mengapa di balik senyumannya itu aku merasa kedinginan melandaku.
"Ada apa ? ," Usimaree kembali bertanya saat melihat tubuhku gemetar melihat senyumnya.
"Tidak, hamba hanya sedikit merasa bahwa yang mulia putra makhota sangat berkharisma !"
"Wah, bibirmu sangat manis. Bagaimana bisa kamu berubah drastis dari saat kemarin, bukankah kemarin kamu seperti tidak menyukaiku ?"
"Hamba tidak berani, mungkin itu hanya pemikiran yang mulia saja !"
"Pemikiran ku ? benarkah ? ha ha ha "
Usimaree tertawa mendengar ucapanku barusan, Amun yang melihat kami dari kejauhan terlihat tidak senang melihatnya.
Amun mengira diriku kini tengah menjadi dekat dengan Usimaree, dirinya menjadi sedikit cemas. Usimaree yang diam-diam memperhatikan gelagat Amun sedari tadi, menyadari bahwa rivalnya itu sedikit gelisah melihat kedekatannya dengan diriku. Hal itu kemudian di manfaatkan oleh Usimaree untuk membalas kecemburuannya yang tadi.
Usimaree menatap ke arah wajahku dan menarik daguku yang sedari tadi menunduk ke bawah.
"Moswen, bermainlah bersama ku ? bukankah ini menyenangkan ?," Usimaree kemudian mencium bibirku dengan lembut, aku sedikit terkejut dengan hal itu namun tak dapat menolak seorang putra makhota seperti dirinya di hadapan semua para bangsawan.
semua orang terkejut bukan main melihat adegan nekat tersebut, hingga salah seorang mentri menyinggung Usimaree.
"Yang mulia putra Makhota sangat Energik dan bersemangat dengan wanita cantik, bagaimana jika yang Mulia menginap di sini malam ini bersama sang Primadona ?"
"Usulmu juga lumayan, aku akan mempertimbangkannya, sebagai rasa terima kasih ku untuk pendapatmu. aku akan memberikan satu peti emas untuk mu, itu tidak berlebihan kan ?," Usimaree melirik ke arah Amun yang terlihat mengepalkan tangannya mendengar hal itu.
"Moswen, apa kamu keberatan melayani ku malam ini ?"
"Hamba tidak berani menolak anda yang mulia "
aku menggigit bibir bawahku untuk menahan pelecehan tersebut.
"Melayani mu, jangan bermimpi !," ucap batinku tak terima.
"Baiklah kalau begitu, aku rasa saat ini aku sudah selesai berada disini. aku akan kembali ke istana, saat malam aku akan kembali untuk di layani ," Usimaree mengusap pipiku dengan jemarinya sekali lagi.
"Hamba akan menunggu paduka yang mulia !"
"Persiapkan dirimu nanti malam Moswen, aku tidak akan melepaskan mu kali in," Usimaree berbisik di telingaku.
aku hanya bisa menggertakan gigi dan menunduk di hadapannya saat ini, padahal aku sangat ingin memukulnya.
Usimaree pun akhirnya beranjak dan pergi meninggalkan Harem, Amun terlihat tidak baik, dirinya terus meneguk gelas berisikan Alkohol tersebut. Aku memutuskan untuk pergi istirahat sejenak dan berjalan menuju ruangan ku.
saat berjalan menuju ruangan ku dan berhenti di taman yang berada di tengah-tengah Harem, Amun memanggilku.
"Moswen, apa kamu mendengarku ?"
Amun sedikit terlihat mabuk saat ini, dan terus berjalan mendekatiku.
"Ada apa pangeran memanggilku ?"
"Moswen, apa kamu benar-benar melupakan cintamu padaku sekarang ?"
"Maafkan hamba yang mulia, yang mulia sudah mabuk, sebaiknya hamba mengantarkan yang mulia ke ruangan untuk istirahat sejenak "
"Tidak ! jawab pertanyaanku Moswen ? apa kamu masih mencintaiku ?"
"Hamba tidak mengerti apa yang mulia bicarakan !"
"Jadi begitu ? pantas saja, aku mengerti sekarang. Kamu tidak lagi menginginkanku, kamu menyukai Usimaree sekarang !"
"Anda salah yang mulia, hamba tidak memilih siapapun di antara yang mulia !"
"Heh, apa kamu pikir aku bodoh Moswen ? barusan Usimaree tersenyum padamu begitu lembut !"
"Apa yang salah yang mulia dengan itu ?"
"Apa kamu tidak ingat, Usimaree tidak pernah tersenyum Moswen !"
"Anda hanya salah menduga yang mulia pangeran Amun"
"ha ha ha, mungkin saja. Bagimu mungkin aku tengah salah paham, mana mungkin kamu menyukai pria Dingin dan kaku itu !"
Amun terus melangkah menghampiriku.
"Jika kamu memang benar-benar tidak memiliki hati kepadanya, lakukan sesuatu untukku ?"
"Apa itu yang mulia ?"
"Malam ini jangan tidur bersamanya !"
seketika itu juga aku sedikit terkejut dengan ucapan Amun.
"Aku mohon Moswen, jangan biarkan dia menyentuh mu, kamu adalah milikku dan selamanya hanya akan menjadi milikku "
"Anda sudah terlalu banyak minum yang mulia, izinkan aku mengantar anda untuk istirahat"
"Kau harus berjanji padaku !" Amun semakin tidak terkendali, langkahnya tertatih, dan aku membantunya untuk berjalan.
Sesampainya di ruangan khusus miliknya, Amun terjatuh ke atas kasur dan tak sadarkan diri akibat terlalu mabuk. Akhirnya aku bisa membereskan satu orang dan sisa satu orang lainnya.
pikiranku berkecamuk saat itu, bagaimana bisa dia memintaku untuk tidur dengannya malam ini, Aku bahkan belum pernah melakukan hubungan intim dengan siapapun sebelumnya.
ditubuhku yang sebelumnya aku adalah seorang perawan yang tidak pernah tersentuh oleh siapapun, aku membenci saat pria berusaha mendekatiku, dan malam ini orang itu memaksaku dengan wewenangnya.
aku menatap ke arah Amun yang mengigau, menyadari sesuatu bahwa entah mengapa hatiku merasa sakit melihat dirinya seperti ini. Hatiku bertanya-tanya, apakah tubuh ini merasakan apa yang dirasakan oleh jiwanya terdahulu.
tapi aku adalah wanita yang tak memiliki perasaan, di besarkan tanpa perasaan cinta. aku tentu saja akan mengacuhkan hal menggelikan seperti itu.
Aku berjalan keluar dari ruangan Amun, menarik selendang sutra kemerahan milikku yang menyapu keramik Harem, nampak seseorang bersembunyi di balik pilar kokoh di belakangku.
"Apa kamu tidak lelah membuntuti ku ?"
menyadari aku sudah mengetahui keberadaannya, gadis muda tersebut menampakan dirinya, berdiri gemetar seraya menggumamkan sesuatu.
"Maaf nona Moswen, aku adalah wanita baru di Harem. tidak pantas menarik perhatianmu"
"Apa aku menakutimu ? "
dirinya menggelengkan kepalanya pelan,
"Lalu mengapa tubuhmu gemetar di hadapanku ?"
"Aku, aku ingin mengatakan sesuatu Nona "
"Ya, katakanlah !"
"Nona aku menyukai pangeran Amun saat melihatnya pertama kali ketika masuk di harem, aku mengetahui bahwa pangeran Amun adalah pemilik mu, aku berfikir mengapa yang mulia sangat mencintaimu Nona ? sejak saat itu aku terus mengikutimu tapi akhirnya aku mendapatkan sesuatu ! bahwa putra makhota juga terpikat oleh mu. Bisakah kamu melepaskan pangeran Amun untuk ku Nona ? aku menyadari sesuatu, bahwa dirimu tidak memiliki perasaan kepadanya ".
"Naif sekali, tapi aku suka dengan gadis yang berani sepertimu. Kamu jelas tau posisiku di hati mereka, tapi kamu berani bicara di hadapanku. Apa karena kamu berfikir sebelumnya aku adalah wanita yang mudah di tindas ? kamu mengetahui hal itu !," mataku menatap tajam ke arahnya.
"ti tidak Nona ! aku hanya ingin seperti Nona yg di cintai pangeran istana, terutama pangeran Amun !"
"Jik kamu berfikir aku adalah wanita yang lemah, dugaanmu salah. Tapi ada satu yang benar ! aku memang tidak memiliki perasaan pada mereka, Jika ingin memiliki mereka ! mulailah dari caramu bersikap ! para lelaki tidak suka wanita yang terlalu merendahkan martabatnya, jangan bertindak murahan "
"Baik Nona aku akan mendengarkan saranmu, bisakah Suatu saat aku meminta nasehatmu kembali ?"
"Kamu bisa datang ke kamar ku, kapan pun kamu mau. Tapi ingat jangan berfikir untuk bermain-main denganku !"
"Terima kasih Nona !"
"Sekarang pergilah, siapkan air untuk pangeran Amun, pastikan dirimu mengurusnya sampai dirinya bangun. jika dia bertanya, katakan bahwa kamulah yang membawanya saat tak sadar, jika dia bertanya tentang diriku, katakan aku sedang beristirahat dan tidak ingin di ganggu walau seorang pangeran mengeluarkan perintahnya !"
"Aku akan mengingat pesanmu Nona !"
"Bagus ! aku akan kembali ke kamarku !."
Gadis itu masih sangat belia, mungkin usianya masih 16 tahun saat ini, tapi pikirannya sangatlah lucu, di usia itu dia mengejar seorang pria.
sesampainya si ruanganku, aku duduk menyender di tiang ranjang, melepaskan perhiasan di tubuhku perlahan. Beberapa pelayan memanggilku dan mengatakan banyak pria bangsawan yang ingin aku menemani mereka, tapi aku menolak hal itu dengan alasan menunggu Usimaree.
setelah berganti pakaian, ku langkahkan kaki ramping ku ke arah balkon. Menatap langit yang begitu cerah, semilir angin menerbangkan helaian rambut hitamku. Tiba-tiba aku melihat seekor burung Elang tengah terbang ke arahku dari kejauhan, hingga akhirnya hinggap di pagar balkon yang terbuat dari bebatuan granit.
Dikakinya terikat secarik kertas kecil entah untuk siapa, tapi mengambil kertas itu dan membukanya.
ku teliti tulisan di hadapanku, sunggu ajaib yang ku pandang. Tulisan asing yang tak terbaca berubah seketika menjadi tulisan di era ku yang mampu ku tafsirkan.
Ku dapati isinya sebuah pesan singkat untuk bertemu di sebuah penginapan kecil di pinggir sungai Nil. dan tidak tercantum siapa pengirimnya, hal ini memberikan pertanyaan dalam benakku. Akhirnya kuputuskan untuk pergi sebelum Usimaree kembali ke Harem.
Awalnya aku kesulitan mencari tempat tersebut, rupanya penginapan itu hanyalah sebuah kedok untuk tempat persembunyian para kriminal. Aku bertanya-tanya siapa yang bersembunyi di tempat ini. Saat masuk ke aula penginapan itu, semua mata menatapku tajam dan tanpa melepaskan tatapannya.
Lalu seseorang menghampiriku, dirinya memakai topeng dan jubah kecoklatan serta rambut blonde yang sangat tidak asing dalam pandanganku, dari balik topengnya tampak sepasang mata berwarna hijau begitu cantik. Dirinya memanggil Namaku yang lain lebih terdengar asing lagi bagiku.
"Joy bagaimana kabarmu ? sudah 2 bulan kita tidak bertemu, bagaimana kabar mu ? aku mendengar sebuah insiden kemarin, aku berfikir apa wanita yang di beritakan itu adalah dirimu ?"
"Bisakah aku bertanya sesuatu sebelum aku menjawab pertanyaanmu ?"
"Baiklah, apa yang ingin kamu tanyakan ?," Aku menatap serius ke arahnya.
"Siapa dirimu dan siapa diriku ?"
"Pertanyaan itu seolah membuatnya kebingungan,"
"Aku dan kamu ? ternyata berita itu benar, kamu kehilangan memori mu, aku berfikir itu adalah hal yang sangat serius, kita harus menemukan cara untuk segera kembali dan mengobati kepalamu !"
"Apa maksud pembicaraanmu tuan ?"
"Seharusnya sejak awal aku tidak mengajakmu untuk uji coba experiment yang kulakukan !."
Aku semakin bingung dibuatnya, "Experiment ? uji coba ?"
"Apa sekarang aku harus menjelaskan semuanya dari awal lagi untuk mengisi ingatanmu ?"
"Kamu harus menjelaskannya sekarang juga !,"Aku menarik jubah pria bertopeng tersebut.
"Hei, kenapa dirimu jadi kasar seperti ini ! lepaskan tanganmu ! aku akan menjelaskannya !"
"Jangan berlama-lama, aku tidak punya banyak waktu !"
"Oke, tapi sebelum itu kita harus mencari tempat tertutup untuk membicarakan hal ini !"
pria asing tadi berjalan memintaku mengikutinya, sampai di sebuah kamar. Dirinya menutup pintu dan jendelanya rapat-rapat.
"baiklah aku akan menjelaskannya dari awal ! pertama-tama aku akan mengatakan namaku terlebih dahulu, Namaku adalah Mark Callister, Aku adalah seorang ilmuwan dan seorang profesor muda di keluarga Callister. Dan kamu adalah Joy Callister kamu adalah anak perempuan satu-satunya dari John Lucas Callister seorang konglomerat di inggris dan berprofesi sebagai penulis dan arkeolog."
"Lalu, mengapa kita ada di sini ?"
"ceritanya akan aku persingkat ! aku sedang menjalankan riset dan berhasil membuat sebuah Experiment yang menghasilkan alat untuk berteleportasi ke waktu yang berbeda !"
"Apa itu sebuah mesin waktu ?"
"Betul ! lalu aku memberitahukan hasil uji coba ku kepadamu !"
"Apa hubungan kita sebelumnya !?
"Apa kamu tidak menyadari bahwa kita memiliki marga yang sama ? Aku adalah sepupu mu yang sama-sama berasal dari keluarga Callister, kita tumbuh bersama !"
"baik, lanjutkan !"
"Singkat cerita, kamu tertarik untuk menulis hasil uji cobaku kedalam sebuah buku dan ikut membantuku menyempurnakan mesin waktuku, saat telah sempurna dan siap aku ingin mencoba alat tersebut dan menulis report dari hasil perjalanannya , kamu menawarkan diri untuk pergi bersamaku, kamu juga ingin mencari bahan tulisan mu mengenai historical kerajaan dan kehidupan jaman dulu ! kita berdua memilih tempat yang memiliki banyak reruntuhan misterius untuk membongkar banyak aset kuno di dalamnya, itu karena kamu juga seorang Arkeolog yang sangat ambisius !"
"Sepertinya aku mulai paham ceritamu"
"Akhirnya kita memiliki Mesir sebagai tujuan dan memasukan tahun yang akan kita kunjungi !, uji coba itu berhasil ! kita sampai di Mesir dengan sukses dan menulis report untuk ini tapi sialnya kita sampai di gurun pasir yang sangat luas dan tanpa penghuni ! karena hal itu kita memutuskan untuk kembali ke inggris. Namun saat mencoba kembali ke Inggris entah kenapa tiba-tiba saja mesin uji coba itu mengalami kerusakan akibat gesekan ruang dimensi dan membuatnya tidak berfungsi kembali"
"Aku sedang berfikir kesialan apa yang akhirnya kita temukan ?"
"Selama seharian kita berusaha mencari jalan keluar ! tapi di tengah gurun pasir, apa yang bisa kita temukan ? selama 3 hari kita terjebak di sana menunggu seseorang lewat pun tak ada gunanya, sampai kita berdua mengalami dehidrasi parah dan pingsan di tengah gurun !"
"lalu apa yang terjadi, mengapa aku bisa hidup di Harem para bangsawan ?"
"saat sadar, ternyata kita sudah berada di tenda karavan milik seorang bangsawan yang tengah melintas, mereka menolong kita tapi dirinya menyadari sesuatu, warna kulit dan mata kita serta rambut kita berbeda itu alasan mereka memungut kita dan mencoba untuk menjual kita dengan harga tinggi di pasar budak !"
to be continued