Chereads / My Jerk / Chapter 3 - Chapter 3 - Apa katanya?

Chapter 3 - Chapter 3 - Apa katanya?

Genggaman tangan Maxime memang kuat tapi Christine merasa sakitnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan sakit yang dia rasakan di hatinya. Oh ayolah! mereka sudah berpacaran 2 tahun! bahkan lebih.

Christine ingin menangis sekarang dan saat ini juga. Setidaknya untuk mengurangi rasa sakit dan sesak dalam hatinya. Tapi tidak bisa karena ia harus menahannya, ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan lelaki yang sedang menggenggam tangannya sekarang. Lelaki yang mengaku pernah mencintainya!

"Tidak, kau harus men-"

"Hey men, apa kau tidak dengar? Dia bilang dia tidak mau mendengar penjelasanmu." Seseorang dari belakang Maxime bersuara dan membuat mereka menoleh.

Itu lelaki yang tadi, lelaki yang tanpa sengaja ditabrak oleh Christine ketika ia berusaha menghindar dari Max. Yah, meskipun sekarang Max tetap saja berhasil mengejarnya.

'Apa maunya?' pikir Christine.

"Siapa kau?" Singkat, padat dan jelas. Kata yang keluar bersamaan dengan nada tidak suka dari Max.

"Apa? Kau bertanya siapa aku? Apa kau tidak mengenalku? Apa kau miskin? Karena hanya gelandangan yang tidak mengenalku. Itupun karena mereka tidak memiliki televisi dan ponsel." Terdengar sombong dan angkuh. Memang lelaki itu sengaja mengejek Max.

Christine hanya diam. Ia memandangi kedua lelaki yang ada dihadapannya itu tanpa mengeluarkan kata-kata.

"Ya ya ya ya aku tahu siapa kau! Peter Dave Crouch. Apa maumu?! Jangan menggangguku! Menyingkir dari sini!!" Tukas Max kesal karena Peter tetap berdiri diposisi nya. Lelaki itu juga menatapnya dengan tatapan yang tidak ia sukai.

"Lepaskan wanita itu." Peter menatap tangan Christine yang memerah akibat digenggam sangat kuat.

"Kenapa aku harus melepasnya?" Max mulai kesal. Lelaki dihadapannya ini terlalu ikut campur.

"Perempuan itu memiliki utang padaku. Jadi lepaskan dia dan berikan dia padaku." Kali ini Peter beralih menatap Christine tepat di manik matanya.

"Tunggu! Utang?? Utang apa? Dan apa yang barusan saja kau bilang! 'Berikan'?! Kau kira aku barang!!" Christine yang sedari tadi diam akhirnya bersuara dengan emosi. Ia tidak terima dengan kalimat yang diucapkan Peter. Oh ayolah, ia hanya ingin menyingkir secepatnya dari tempat ini.

"Iya, kau masih berutang padaku. Aku tidak menerima maafmu, jadi aku belum menganggap urusan kita selesai." Balas Peter datar.

"Jadi bisakah kau lepaskan dia? Sepertinya kau membuat tangannya lecet." Peter mengalihkan pandangannya pada Maxime.

"Tidak, aku tidak mau melepaskannya. dia pacarku jadi jangan menggangguku!"

"Aku belum tuli. Aku mendengar dengan sangat jelas kalau perempuan itu sudah mencampakkanmu." Peter menatapnya datar. "Jadi lepaskan dia atau kau akan berurusan denganku." lanjutnya, namun kali ini nada Peter berubah tajam.

"Pergi dari sini." usir Peter tajam, begitu Max melepaskan genggamannya dan Christine sudah berpindah ke belakang Peter. Ternyata lelaki itu takut pada ancamannya, pikir Peter tertawa.

"Kita masih belum selesai Christine!" Ucap Max dengan nada dingin pada Christine, lalu melirik tajam ke arah Peter. Setelah itu ia berjalan menjauh meninggalkan mereka berdua.

"Aku tidak mau lagi berurusan dengan mu Max!!" Christine sedikit berteriak sehingga tidak mungkin kalau Max tidak mendengarnya.

Christine mendongak menatap Peter yang sedang menatapnya lekat. Mereka berdiri berhadapan dengan sedikit jarak yang memisahkan mereka. Napas Christine sedikit tercekat namun ia berusaha untuk bernapas normal. Setelah merasa lebih baik ia kemudian berkata dengan lembut sambil berusaha tersenyum.

"Terimakasih atas bantuanmu, bisakah kau melepaskan tanganku sekarang? Aku mau pulang."

Peter menatapnya dengan sebelah alis terangkat. "Apa? Melepaskanmu setelah apa yang baru saja aku lakukan?" Ia menggeleng lalu menatap wajah Christine lekat tanpa berkedip sekalipun. Entah mengapa dia merasa senang bahkan hanya dengan melihat gadis itu tersenyum.

"Tidak, aku tidak ingin melepasmu sekarang." katanya lagi kemudian berbalik dan menarik Christine agar mengikutinya.

"Bukankah aku sudah berterima kasih padamu?" Christine berusaha menarik tangannya dari genggaman Peter. Tapi genggaman lelaki ini ternyata lebih erat dibandingkan Max. Erat dan hangat. Eh!

"Sudah seharusnya kau berterima kasih padaku karena aku sudah menyelamatkanmu dari pacarmu, maksudku mantan pacar mu itu. Lagian kau masih punya utang padaku jadi jangan berharap kau akan lepas dariku!" Ucap Peter santai sambil berjalan di depan Christine dan menarik tangannya.

"Apa?? Bukankah tadi aku sudah minta maaf padamu!" Kali ini Christine sedikit memberontak dengan menghempas-hempaskan tangannya agar terlepas dari genggaman Peter, namun gagal genggaman lelaki itu terlalu kuat.

"Ya, kau memang meminta maaf karena sudah menabrakku." Peter berhenti berjalan dan berbalik menatap Christine datar.

"Tapi apa kau tidak ingat kalau kau juga sudah menginjak kakiku dan kau belum minta maaf atas itu dan malah pergi?" Lanjut Peter dengan nada datarnya. Dan seketika Christine hanya bisa terdiam.

"Sepertinya kau memang tidak ingat telah menginjak kaki ku. Kau juga merusak sepatuku, membuatku tidak akan pernah memakai sepatu ini lagi." Kali ini Peter berbicara dengan nada santai lalu menoleh ke bawah ke arah sepatunya.

Christine terdiam dan mematung. Ia lupa kalau tadi ia memang menginjak kaki Peter. Tapi itu karena ia terburu-buru pergi agar Max tidak mengejarnya. Lagian siapa suruh lelaki ini tidak membiarkannya pergi?

"A-aku miinta maaf karena sudah menginjak kakimu dan merusak sepatumu. A..aku akan mengganti sepatumu." Christine menatap Peter dengan tatapan memohon.

"Kau tidak akan sanggup untuk mengganti sepatuku. Kau kuliah juga karena beasiswa, bukan? Jadi tidak mungkin kau bisa menggantinya." Peter kembali berjalan tanpa menoleh ke belakang lagi. Sedangkan Christine hanya bisa pasrah mengikuti lelaki itu yang membawanya kembali lokasi pesta.

"Jadi apa maumu? Kau tahu aku tidak bisa mengganti sepatu mu, apa yang akan kau lakukan padaku?!" Tanya Christine panik.

"Kumohon lepaskan aku!! Le-"

Ucapan Christine terhenti karena Peter sudah berbalik dan membungkam mulut Christine dengan bibirnya. Melumatnya sedikit kemudian melepaskannya dengan lembut.

"Kau berisik sekali, aku tidak akan melukaimu kita hanya akan bersenang-senang." ucapnya santai. "Ngomong-ngomonh aku suka bibirmu, manis." Peter tersenyum sambil menatap Christine yang membeku karena kaget atas apa yang baru saja dilakukan Peter kepadanya.

Tapi sedetik kemudian Christine tersadar dan mulai berteriak. "Apa yang baru saja kau lakukan!!! Kenapa kau menciumku!! You Jerk!!!

Peter tidak menghiraukan teriakan Christine dan terus berjalan memasuki lokasi pesta masih dengan menggenggam tangan Christine. Ia terus berjalan sampai ia berada di dalam lokasi pesta. Orang-orang melihat ke arah mereka. Christine yang sadar akan hal itu hanya diam dan terus berjalan mengikuti Peter sambil menunduk. Ia malu.

Peter kemudian berhenti. Ia melepas genggaman tangan Christine yang masih menunduk. Ia mengambil gelas dan mengetuk gelas dengan sendok sehingga semua perhatian tertuju padanya. Begitu juga dengan Christine yang mendongak ke arah Peter.

'Apa lagi sekarang?' batin Christine kesal.

"Perhatian semuanya, aku ingin menyampaikan kabar bahagia." Peter tersenyum.

Orang-orang terlihat mulai penasaran dengan kabar bahagia yang disebutkan oleh Peter. Christine juga penasaran dengan kelanjutan kalimat lelaki pemaksa itu. Peter tersenyum melihat orang-orang yang sudah menunjukkan ekspresi penasarannya, begitu juga dengan Christine.

"Mulai saat ini, wanita yang ada di sebelahku ini, Christine Haliane adalah kekasihku! Jadi jangan ada yang mengganggunya. Sekian." Ia berkata dengan datar, kemudian berjalan ke arah Christine dan meraih pinggang perempuan itu agar mendekat padanya. Tanpa aba-aba Peter langsung mendaratkan bibirnya diatas bibir Christine. Melumatnya dengan penuh kelembutan selama beberapa saat, lalu melepaskan tautan bibir mereka dengan senyum puas.

Semua orang yang menghadiri pesta terdiam beberapa saat namun sedetik kemudian semuanya bertepuk tangan. Sangay meriah. Ada yang membuat siulan, ada juga yang berteriak memberikan selamat.

Christine terdiam kaku berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan dan dilakukan Peter padanya. Tapi tidak menunggu waktu lama karena sedetik kemudian ia tersadar dan ikut berteriak, "APA KATAMU BARUSAN?!!!"