Chereads / My senior's / Chapter 8 - chapter 7

Chapter 8 - chapter 7

"Bang, anya mau dimsum."

"Yaudah makan dimsum aja ayo." Bama menarik tangan anya dan duduk di tempat penjual dimsum di Mall tersebut.

"El, masih sama rara?" Tanya bama.

"Masih bang kenapa?"

"Gapapa, tetep jagain ade gue ya el."

"Siap bang, anya tuh udah gue anggep saudara kembar gue tau wahaha."

"Sodara kembar anjir wahahaha." Geli anya.

Makanan mereka pun datang lalu mereka memakannya bersama-sama.

Setelah kenyang makan, mereka memutuskan untuk main timezone

"Beli tiket dulu sana bang." Suruh anya pada bama.

"Iya oke." Bama melenggang pergi menuju tempat pembelian tiket.

Anya dan el menunggu di salah satu mainan mirip odong-odong gitu.

Dikejauhan anya melihat papa sama perempuan cantik dan masih muda.

"El itu papa?" Tanya anya datar.

"Iya nya."

Anya hanya ber-oh saja tanpa ada niatan menyapa papa nya itu.

Ia seakan tak perduli ada papa nya.

"Adek? Ngapain disini?" Tegur papa.

"Eh pa, lagi main sama el sama bang bama." Jawab anya seraya mencium tangan papa, begitu juga el.

"Ada abang? Mana dek?"

"Lagi beli tiket pa."

"Oiya dek, ini tante farisya."

"Hai tan."

"Hallo, lucu ya kamu."

"Hehe terimakasih tan."

Setelah berlama-lama berdrama dengan papa dan tante farisya yang ikut-ikutan main timezone juga.

Katanya sih pengen main aja, paling juga modus biar papa luluh sama dia.

Anya, el dan bama pulang.

El pulang ke rumahnya.

Sekarang hanya ada bama dan anya dalam ruang tamu.

"Nya, kalo gue nanti kuliah di luar kota gimana ya nasib lo." Bama memakan cemilan kesukaannya.

"Paling anya ngegembel bang disini." Anya masih terus menggonta-ganti saluran televisi.

"Terus nanti lo tinggal sama papa, terus lo punya ibu tiri, terus ibu tirinya galak kaya di film-film." Bama mulai membuat anya mengalihkan pandangannya ke bama.

"Nanti anya racunin ibu tirinya terus mati, terus anya tinggal sama papa doang deh, disayang banget pasti, kalo mau beli apa-apa bisa." Anya mulai memperlihatkan sisi psikopatnya.

"Nah ini baru ade gue." Anya dan bama ber-highfive tanda setuju.

Terkadang, obrolan-obrolan kecil seperti itu perlu untuk membenahi hati yang rapuh.

Anak-anak seperti anya dan bama hanya perlu dorongan oleh lingkungan sekitar.

Dan beruntungnya mereka, mereka memiliki orang-orang yang mampu membuat lupa akan kesedihan dan kerapuhan yang sedang di alami.

###

DAY 5

"BAMAAAAA."

"Bamaaaaa woiii keluar lo!"

"Bam bam bam bamaaa"

Suara itu terus bersautan di gerbang rumah bama dan anya.

"Berisik anjir, masuk aja si yaelah." Bama membukan pintu gerbang untuk para teman-temannya ini.

"Kita tau adab bam." Sahut maca.

Maca, gian dan ian mengekor bama masuk ke dalam rumah.

"pagi banget kesini, jam 6 juga belom." Bama menaruh tasnya di sofa.

"Gue bawa sarapan bam, mau ga? Nyokap gue bikin banyaaaak banget terus katanya bawain buat lo lo pada, yu makan dulu. Ajakin anya." Ian mengeluarkan kotak bekal yang lumayan besar.

"Yah yan gue ngerepotin ya?" Bama duduk di sofa.

Sedangkan ian berdiri menuju meja makan dan mempersiapkan makanannya.

"Yaelah bam, gue juga ngerepotin otak lo terus kali." Ian masih menata makannya.

"Woi bam gue bangunin anya ya?" Ucap gian yang hendak ke lantai atas.

"Eh jangann gi, biar gue aja." Bama berlari menaiki tangga.

Tok tok

"Nya, sarapan dulu."

"Ya bang bentar anya lagi pake kaos kaki."

Bama turun kembali ke lantai 1.

"Bam, mac, gi, ayo makan ni udah siap." Ajak ian yang telah duduk di kursi meja makan.

Bama, maca dan gian ikut duduk.

"Halo abang dan temen-temen abang." Sapa anya lalu duduk.

"Halo anyaa." Jawab semua kompak.

Anya tersenyum. "Seneng deh abang-abang pada kesini, ini pertama kalinya ya kan."

"Iya nya, maaf ya ngerepotin." Ucap gian tak enak.

"Engga lagi bang, eh bang bama masak?" Anya menyuapkan makanannya.

"Ini mama nya bang ian yang masak." Jawab bama.

"Eh serius bang? Yaallah maaf ya bang ngerepotin. Oiya ya sekarang giliran anya yang masak. Maaf ya bang." Ucap anya bersalah.

"Gapapa si nya santuy aja." Jawab ian melihat anya dengan senyuman.

Sekitar pukul 6:45 mereka berangkat menuju sekolah menggunakan mobil maca. Tapi kali ini berbeda, el tidak ke rumah anya untuk berangkat bareng. Aneh.

"Sekarang MPLS nya dimana nya?" Tanya bama yang baru saja memasuki sekolah.

"Katanya di lapangan belakang bang, anya bisa sendiri ko bang." Anya berpamitan mencium tangan bama, maca, gian dan ian bergantian.

"Yaudah hati-hati, pulang sama el kalo gamau sama abang oke." Bama mengelus puncak kepala anya.

Hal tersebut sudah menjadi tradisi bama saat mereka berpisah.

"Ay ay kapten." Jawab anya menirukan suara kartun di spongbob.

Lalu anya berlari menuju lapangan belakang.

"Waw.. primadona angkatan kita nih dateng." Anya melewati geng perempuan yang sedang berdiri di samping tangga lapangan.

Anya hanya menoleh lalu tersenyum dan meninggalkannya pergi.

Menurutnya apa yang perlu di dengarkan omongannya? Mending cari el.

"Anya!" Anya menoleh kebelakang mencari asal suara.

Disana ada el melambaikan tangan yang sedang berteduh.

Anya mendekati el.

"Woi tumben ga ke rumah, udah punya temen baru ya lo?" Anya memukul pundak el.

"Gua liat mobil temen abang lo, jadi gua duluan aja deh." El mengelus pundak nya yang tadi di pukul anya.

"Oiya el, pulang sekolah ke taman kota yuk." Ucap anya lalu duduk di samping el.

"Ayok!" Antusias el.

El dan anya melihat satu persatu eskul yang ada di sekolah ini tanpa kepanasan seperti temen-teman yang lain.

Sekarang, beda dari hari kemarin kemarin. Semuanya berubah, lebih banyak yang baik sama anya. Apa mungkin setelah mereka pada tau kalau anya adik bama?.

Ya semoga mereka baik karena dari hati dia sendiri. "Semoga".

Sepulang sekolah anya langsung menaiki motor el yang terpakir rapi bersama motor-motor lainnya.

"Abanggg anya bareng el ya." El memberhentikan motornya di depan bama dan kawan-kawannya yang tadi sedang jalan di depan gerbang sekolah.

Anya berpamitan dengan mencium tangan bama dan kawan-kawan bama bergantian.

"Hati-hati, jangan ngebut el."

El mengangguk lalu menancapkan gas di motornya.

Bama, maca, gian dan ian melanjutkan jalannya menuju parkiran sekolah.

"Ih lucu, adenya aja di perhatiin apalagi pacarnya ya." Ucap salah satu perempuan yang sedari tadi melihat bama.

Bama tidak menghiraukannya.

"Bam, bagi cewe dong." Ucap ian

"Tuh ambil aja."

"Ogah ah hahaha, macam tante-tante."

Dasar..

Wait this story, oke👌