Empat tahun telah berlalu. Umurku sekarang 14 tahun, dan dianggap dewasa pada zaman ini. Dan pasanganku sudah diputuskan sejak lahir, tentu saja oleh ayahku. Kurasa ini merupakan pertunangan dengan keluarga kaya lainnya, untuk mempererat hubungan satu sama lain. Nama tunanganku adalah anna dengan selisih umur kami 2 tahun, keluarganya merupakan pedagang kaya. Pernikahan akan dilakukan ketika aku berumur 16 tahun.
Aku dan ayahku pergi ke ibu kota kerajaan. Cukup jauh, sekitar dua minggu dengan karavan.
Hari ini adalah hari persembahan kepada raja. Ia menyebut dirinya dewa, sehingga ia membuat acara persembahan untuknya. Di mana anak anak berumur 10 tahun akan dipilih, dan mereka akan mengabdikan diri di kuil suci. Mereka berjalan dengan dada terangkat, menuju ke kuil suci kerajaan. Semua orang bersorak dan melemparkan bunga kepada mereka.
Kerumunan yang tadinya ribut sekarang diam entah kenapa. Membalikkan tubuhku, aku terkejut!, raja itu keluar. Tubuh setinggi dua setengah meter, rambut emas yang berkilauan karena cahaya matahari, mata biru bagaikan langit, otot tubuh yang sangat kokoh dan kulit putih pucat nya. Hal ini menyebabkan dia berbeda dari semua penduduk negeri ini, yang mayoritas dengan rambut hitam atau coklat dan kulit sawo matang. Dengan senyum mengambang di wajahnya dia menyapa kami semua.
Aku bertanya tanya kenapa dia setinggi itu. Bahkan setelah dia keluar, semua tanaman tumbuh dengan cepat. Burung burung berkumpul di sekitarnya. 'Apakah ini yang disebut dewa?' Semua orang termasuk aku sujud kepadanya.
——————————
Sudah dua bulan berlalu, aku berlatih sedikit jauh di belakang villa yang diberikan ayah untukku. Berpikir tentang peristiwa yang lalu. Raja itu pasti memiliki kemampuan sepertiku, namun dengan tingkat yang lebih tinggi. Dan dilihat dari sejarah, aku rasa dia memiliki umur yang panjang. Ia telah memerintah kerajaan ini sejak awal selama 350 tahun. Dan aku menginginkan kekuatan itu.
Dengan empat tahun berlalu, mengontrol api sudah semakin mudah untukku. Aku bahkan merasakan inti api didalam jantungku semakin kuat. Mengeluarkan api di telapak tanganku dan berfokus untuk meningkatkan suhu nya. Memang butuh energi banyak, tapi api yang awalnya berwarna merah sedikit demi sedikit berubah menjadi kuning. Melemparkan api itu ke pohon, "Boom!" Dalam beberapa menit pohon itu hancur terbakar.
Mengambil pedang di pinggang ku, menyelimutinya dengan apiku. Kemudian mengayunkan nya ke salah satu pohon didekat ku. Pohon itu terbelah menjadi dua dan hangus terbakar. Aku menemukan trik ini beberapa tahun yang lalu. Walaupun pedang itu akan cepat rusak, namun serangan nya kuat dan lebih sedikit memakan tenaga dari pada melemparkan bola api seperti biasa.
Karena itu aku mulai melatih berbagai macam teknik senjata. Baik itu teknik pedang, tombak dan panah.
Setelah lama berlatih dan memusatkan perhatianku pada area bekas pelatihan yang dipenuhi sisa api.
Semua api yang tersisa padam, bagaimanapun aku tidak ingin terjadi kebakaran besar.
Melihat hari semakin gelap, aku pergi menuju villa, Dimana makan malamku menanti. Memang benar, aku sangat lapar. Apalagi setelah melatih penggunaan kekuatan api ini.