Dengan perasaan tidak sabar dan jantung yang berdetak cepat, aku hendak membuka pintu mobil, namun dengan segera Daehyun memegang pergelangan tanganku cukup kuat, menahan tubuhku, sehingga aku segera mengurungkan niat untuk melakukannya. Aku pun menurunkan tanganku yang gemetar dengan hati-hati.
Saat ini, bergantung padanya adalah cara terbaik. Aku tidak mempunyai pilihan selain membiarkannya untuk melakukan caranya sendiri pada situasi seperti ini.
Walaupun seberapa besar keinginan hatiku untuk melompat keluar dan berlari menuju gedung itu, kedua mata Daehyun mengandung perintah yang lebih mutlak. Tanpa mengatakan sepatah kata pun sudah menegaskan semuanya. Pandangan itu dominan dan bisa menekan keinginanku untuk pergi.
Aku pun tertegun dan hanya bisa menatap gedung itu dari kejauhan, dengan perasaan tidak sabar yang terus kutekan.