Aku menulisnya dengan penuh kehati hatian, aku hampir tak menginginkan ada kesalahan pada ceritanya, aku berusaha agar semua berjalan baik baik saja mencoba dan terus berusaha memperbaiki setiap kesalahan yang pernah aku lakukan pada tulisan itu. aku mengingin cerita ku memiliki ahir yang indah indah saja, sebab itulah aku selalu berhati hati dalam menulis dan memerankan tokoh dalam ceritanya. hingga pada ahirnya aku di tinggalkan begitu saja dengan cerita yang ku anggap belum selesai, kamu memaksa ku untuk menyelesaikan ceritaku pada ahir yang tidak aku inginkan. terpaksa aku menyudahi buku itu, aku menutupnya perlahan sambil sesekali membuka lembaran lembaran indah yang pernah aku tulis di dalamnya, ada hati yang terus meronta memaksa ku terus berjuang menulis cerita yang berahir bahagia.
Buku itu telah ku tinggalkan begitu lama, aku menutupnya paksa dan menganggap buku itu telah selesai ku tulis, meski ahirnya tidak sesuai dengan skenario yang ku inginkan. sampai pada suatu waktu dia kembali, kembali pada cerita ku pada buku yang berbeda. sekuat tenaga aku berusaha menghempasnya untuk tidak datang kembali merusak apa yang telah ku tulis dengan begitu indahnya. aku benci pada peran mu yang dulu, aku tidak ingin kamu merusaknya lagi.
kamu terus saja mengingatkanku pada buku yang dulu pernah kau tutup paksa. mau tidak mau memori ku kembali pada baris demi baris cerita yang ku anggap telah selesai dahulu. dengan ragu aku mengambil buku itu kembali membukanya perlahan, membacanya, hingga tak sadar aku mulai hanyut dalam baik bait cerita yang sudah lama ku anggap mati. logika ku tak mampu menahan tangan ku untuk kembali menulis tentang mu pada buku yang telah lama ku anggap mati itu, aku meneruskannya dengan kamu masih sebagai tokoh utamanya.