Chereads / Merantau meraih Sarjana (Pajak) di Jakarta / Chapter 1 - 1. Di ujung akhir masa SMP

Merantau meraih Sarjana (Pajak) di Jakarta

Yosua_Zega
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. Di ujung akhir masa SMP

Merealisasikan mimpi dan cita-cita sebagian orang dimulai ketika berada di bangku akhir SMP. Sebagian melakukannya dengan belajar lebih semangat ataupun berlatih dengan keras. Ketika saya berada di tingkat akhir itu, beberapa teman mulai khawatir dan sebagian merasa percaya diri menceritakan kemana mereka melanjut. Jauh dari ibukota dan merupakan daerah terpencil menjadikan kata 'melanjut' adalah hal yang tak diharuskan. Tidak menjadi beban adalah prinsip saya sejak berada di bangku SMP dan mungkin sebagian dari prinsip suku orang nias. Sejak memasuki bangku SMP saya dibiasakan untuk mandiri, bekerja mengangkut pasir dari sungai untuk dikumpulkan dan dijual ataupun menjadi penyadap karet. Saya melihat beberapa orang yang saya kenal sudah memulai kerjaan tersebut ketika masih di bangku SD.

Membagi waktu antara belajar dan bekerja adalah hal yang wajib bagi saya dan semua itu memberikan hasil yang positif. Sampai akhir bangku SMP, saya selalu dibebaskan dari uang komite dan itu sangat cukup berarti buatku dengan segala keterbatasan keuangan. Diujung masa SMP saya mendapatkan tawaran beasiswa di daerah pulau Jawa. Direkomedasikan oleh salah seorang guru dan setelah proses yang lama semua persyaratan telah saya siapkan. Tetapi setelah diceritakan detail beasiswanya lagi, test dilakukan di pulau jawa dan apabila tidak diterima makan biaya transportasi ditanggung peserta. Dan ini cukup menghancurkan semangat saya dan akhirnya membatalkan niat. Ya, mimpi untuk bisa memperoleh beasiswa menjadikan saya sadar bahwa hanya bisa dimiliki oleh mereka yang berani mengeluarkan sedikit uang.

"Ina, saya ngk bisa ikut beasiswa kemarin" jelasku ketika sampai di rumah. Ina adalah sebutan untuk ibu yg biasa dipakai oleh orang nias.

"ohw.. lgian kau masih SMP kalau kesana juga kau masih kecil" jawabnya.

percakapan yang biasa kami pakai 100% bahasa nias, terjemahannya kurang seperti itu.

"Baik Ina," Jawabku

Tak perlu memaksa kehendak untuk mencapai sebuah cita cita, melewati jam demi jam saja adalah cita cita terkecil karena berapa orang ingin bertahan lebih lama melewati hari2 nya.

Sebaring menunggu jadwal pendaftaran SMA, saya mendengar adanya beasiswa yang diadakan pemda yang merekrut beberapa lulusan SMP untuk melanjut SMA dan menjadi contoh untuk SMA lainnya. setelah mendapatkan info detail, beberapa hari kemudian saya mendaftarkan diri.

"Ina, saya mendaftar ya di SMA Unggulan yang diadakan Pemda" tanyaku

"Itu kan jauh, kau tinggal dimana nanti? Kalau tinggal sama kakak kau yg disana, itu masih jauh sekitar 4 KM" tanyanya dan sekaligus jawabnya

"ngk apa apa ina, aku nanti jalan kaki lagian kalau bisa masuk uang komite gratis ina" balasku dengan semangat

"kalau ngk masuk gimana?"balasnya

" paling disini aja ina, lanjutnya"imbuhku

Ibu adalah pribadi yang sangat mendukung secara moril dan material jika ada. Tegas dalam segala hal yang buruk dan tidak baik..