Ia tersentak. Rupanya ia kembali di hadapan ketiga Gerbang itu lagi. Dua terbuka, tinggal satu yang belum terbuka.
Basah. Bau sengit itu kembali menusuk-nusuk hidungnya. Darah. Ia melihat potongan tangan yang rengkah dan darah yang bercucuran. Anbelle kini telah kehilangan kedua tangannya demi dirinya...
"Kau tidak kembali lagi. Jadi aku menarikmu."
Betapa mengherankannya saat hatinya menjadi dingin, telah terbiasa dengan kenyataan mengerikan itu. Betapa mengerikannya angkara murka di hatinya, "MENGAPA KAU MENARIKKU! AKU… AKU BARU AKAN…! BEGITU BANYAK YANG MASIH INGIN…!"
"Kekuatan. Kekuatan lagi! Terakhi kali kau memohon dikembalikan ke alam ilusi, masa silam yang tidak terjadi, kini kau minta dikembalikan ke alam yang mungkin terjadi di masa mendatang. Sampai kapan kau meminta dan meronta?"
Ia terdiam.
Anbelle menggeleng, "Dua kali. Dua kali kau tidak kembali. Dua kali pula aku harus menarikmu. Jika tidak, kau akan lenyap."