Kepalanya seperti terasa dipukul-pukul palu besi. Bertubi-tubi. Hingga akhirnya di siang bolong itu mereka akhirnya berhenti juga, Saat darah keluar bercucuran dari hidungnya dan ia hampir terguling dari kuda. Mereka cepat beristirahat di belakang bayangan gosong pasir.
Kondisinya aneh… Tubuhnya seakan bukan miliknya. Kadang terasa begitu berat, kadang seperti melayang. Kadang begitu bertenaga hingga membuat kepalanya sakit dan badannya membara, kadang demikian lemas hingga serasa tak bertulang.
Ia menghela napas lewat mulut, mencoba membersihkan hidungnya dari sisa-sisa gumpalan merah berbau anyir logam. Ia kembali menenggak air dari kantung kulit. Keringatnya membanjir.
"Ada baiknya juga kita tidak buru-buru," tanggap Barjan setelah mendengar Wander berulang kali minta maaf. "Yang mengejar kita toh belum terlihat."
Tapi pasukan pengintai lawan telah hampir menyusul mereka tadi pagi…