Ternyata lagi-lagi Damian yang sukarela menghajarnya di leher. Wander mengerang beberapa saat, sebelum ia merinding lalu memuntahkan isi perutnya lagi. Tapi hanya sedikit yang tersisa selain rasa asam dan ketegangan yang sekarang merayapi seluruh tubuhnya. Semangatnya juga luluh bagaikan telah termuntahkan keluar. Sejenak kelegaan menyapunya, namun sejenak kemudian ia merasa panas dingin. Luar biasa menderita rasanya.
"D-di-di mana kita…?" Tanyanya.
Barjan menjawab dengan lembut, kembali ke sikapnya yang sangat menjilat. Wander yakin ia mendengar suara tawanya barusan, "Kita sedang melewati Distrik Barat sekarang, Master Wander. Sudah cukup jauh kita meloloskan diri dari pasukan Jendral Kaju… Kita juga telah melepaskan salah kedua tawanan kita…"
Itu penyebabnya Sulran maupun Pangeran gadungan tidak nampak lagi. Tapi tidak apa. Malah kebenaran akan menyebar semakin cepat di antara musuh. Tapi juga bahaya yang mengejar mereka.