Di dalam Kerangkeng, di dalam Tenda Emas, seruan itu bergema, diiringi gelak tawa merendahkan, "TIDAK MUNGKIN! KAU TIDAK AKAN BISA!"
Memang, apa yang baru saja ia katakan adalah hal yang muskil dilakukan, jika bukannya tidak waras. Menyebrangi lautan prajurit sambil membawa Pangeran Pertama sebagai tawanan, menyusup makin dalam ke wilayah kekuasaan musuh sendiri adalah bunuh diri! Tak terbilang marabahaya, markas-markas musuh, serta ancaman di Barat, apalagi ingin mencapai Persimpangan di antara kota Fru Gar dan Terpolt: Charda Narn!
Tapi pemuda itu tersenyum, "Aku tak perlu kemungkinan lolos. Orang-orang ini yang akan menjamin keberhasilan ini untukku. Lagipula, tidakkah Pangeran adalah perisai yang ampuh?"
Ia menatap ke Pangeran yang masih pingsan di atas karpet.
Tawa sang Jendral Gadungan itu mendadak meletup begitu keras, sampai-sampai berubah jadi batuk-batuk rejan. Mata Sulran palsu sampai berair. Wander bertanya dengan tenang, "Apa yang kau tertawakan?"