Sekitar tengah malam, ketika Wander terbangun.
"Aku lama… tidur?"
"Ya. Durk tadi datang. Ia agak kecewa. Tapi ia titip salam."
Sunyi. Bagai lautan di malam purnama.
"Nalia… Apa kau pikir soal cerita tadi?"
Nalia tidak bereaksi. Ia telah berusaha sekuat tenaga melupakan cerita mengerikan itu dan Wander sekarang mengungkitnya.
"Kau tahu kenapa dia cerita… hal-hal seburuk itu?"
Nalia menggerakkan jarinya, "Ia kelihatan… seakan ia begitu ingin dibenci… Apakah ia bohong?"
Tapi bahkan Nalia pun tahu bahwa cerita demikian tidak mungkin bohong. Itu adalah kenyataan. Juga kebenaran akan ketidak-terbatasan hal yang bisa dilakukan seorang manusia.
"Benar. Mukjizat memang tak pernah tahan lama. Seperti kata Shishou."
"Apa maksudmu?"