Suara dering itu tak kunjung berhenti, malah semakin kencang dan kuat, hingga kepalanya bagai meledak! Ia hampir gila dengan suara dengingan yang menyebalkan dan menyakitkan itu.
Ia berdiri di sana dengan gemetar, darah perlahan membasahi wajahnya, dan menyadari beberapa bagian tengkoraknya retak.
Ia melihat ke wajah paling menyedihkan di dunia sedang menatapnya. Wajah Shishounya tapi bukan Shishou. Wajah gelap yang tadinya begitu merindukan dan menyambut kematian dengan gembira, sekarang telah disaput oleh kedukaan yang begitu mendalam, takjub… dan juga kemurkaan tanpa batas.
"KENAPA??! KENAPA KAU TIDAK MATI SAJA!? KENAPA KAU BIARKAN AKU HIDUP?!"
Teriakan parau dari musuhnya itu menusuk-nusuk hatinya. Ia tidak menghiraukannya.