Wander tidak tahu apa yang baru terjadi. Ia baru bangun dari tidur yang sangat menyegarkan dan sekarang semua musuhnya sudah di depan matanya, semua mengacungkan senjata.
[Betapa cerobohnya! Untung aku masih hidup!]
"B-bunuh ia!" Seorang dari mereka mendadak menjerit!
Wander bangun seketika, setengah bersiap merasakan rasa sakit atau tubuhnya kaku sehabis bangun… Tapi sebaliknya, tubuhnya terasa demikian ringan! Ia segera melompat ke belakang sambil menghimpun Tenaga Khicinya.
Musuh-musuhnya membanjir ke arahnya, meniup peluit, dan segala macam tanda yang bisa dipakai untuk memanggil bantuan! Ia menghitung cepat. Ada sekitar enam belas orang, termasuk empat orang yang tadi bertarung melawannya dan Udina. Kali ini, ia yakin bahwa mereka tidak menyembunyikan tenaga lagi.
Hasil himpunan tenaganya bahkan mengagetkan dirinya! Ia merasakan luapan tenaga membanjiri sekujur tubuhnya! Tenaga pulih! Tapi sudah pulih totalkah?
Tubuh Wander segera mengeluarkan asap dan kabut kelabu. Divaya Ruwaligra tingkat pertama : Kabut Kelabu segera mengalir. Ia menghindari beberapa serangan. Kakinya juga sudah pulih, tidak sakit sama sekali.
Seperti yang ia duga, formasi serangan musuhnya begitu rapat dan rapi. Ia terkepung. Ia mencoba meloloskan diri dengan menembus kepungan. Ketika kekuatannya tepat mencapai titik jenuh, Wander segera memindahkannya ke tingkat berikutnya. Percikan api warna biru dan hijau mulai bermunculan di sekitar hawa tenaganya, makin menebal, menggantikan kabut sampai menjadi selimut dari api dua warna yang menyala-nyala. Meditasi Tenaga Dewata tingkat kedua : Roh Hijau Gunung Biru mengalir kuat dan kencang.
Wander menghantam seorang Rinvea, menumbangkan dua Pemburu Hitam yang mencoba mengincarnya. Ia berhasil mendoncang melewati bukaan di kepungan itu dan berlari ke arah pintu keluar Taman! Yang lainnya mengejarnya dengan nafsu menggelegak.
Wander berhenti mendadak di dekat pintu keluar, ketika ia melihat seratus lebih Pengejar Mimpi berlari kencang ke arahnya. Berpikir cepat, ia berbalik dan menghadapi pengejar di belakangnya.
Titik jenuh tenaga Khici kembali tercapai. Segera cahaya keemasan menyemburat dari tubuhnya seperti benang-benang emas disertai angin lembut menyelimuti tubuhnya, menggoyang baju dan rambutnya seakan ia sedang berdiri di bukit berangin!
Orang yang bisa melihat hawa tenaga dengan Rijil Khici atau Mata Khici pasti akan berpikir dua kali sebelum mendatanginya! Hawa tenaga yang demikian kompleks dan unik merupakan tanda kematangan kekuatan yang begitu luar biasa besar! Memang, Arnoss dan ketiga anak buahnya berhenti mendadak, meski yang lainnya tidak.
Terbuai nafsu mendapatkan hadiah dan kemenangan, mereka bahkan tidak menyadari angin yang menyapu lembut di pipi mereka. Divaya Ruwaligra tingkat ketiga : Putri Angin Emas berhembus dengan begitu anggun dan lembut.
Wander memutuskan untuk menghabisi mereka semua di sini sebelum ia dikepung ratusan lawan. Ia harus mengurangi jumlah musuhnya sebanyak mungkin.
Hawa tenaganya mendadak berubah wujud kembali. Kali ini udara di sekelilingnya bergesekan tajam, menjadi berat bagaikan timah, lalu mulai mengeluarkan bunyi patahan, deruman, serta decitan suara petir. Di mata para pemimpin, mereka melihat figur Wander dikelilingi bulan sabit kecil-kecil berwarna merah, yang mengeluarkan percikan listrik yang menakutkan.
Divaya Ruwaligra tingkat keempat : Sabit Petir Merah.
"Jangan diserang! Bahaya!"
Peringatan Arnoss datang terlambat. Wander dengan mudah menghindari tusukan tombak dan pedang ke arahnya dengan gerakan seperti kilat yang menyambar!
Semua orang mendadak mendapatkan kesan melihat petir dalam wujud manusia baru saja menyambar! Terlalu cepat dan menakutkan!
Wander mendadak telah muncul begitu dekat dengan para penyerangnya. Ia memegang kedua penyerbu terdekat dengan mencengkeram pergelangan tangan mereka. Orang-orang yang malang itu, seorang pembunuh dan satu Rinvea langsung menjerit-jerit, berjingkat dengan tubuh kaku dan kejang… Wajah mereka diliputi rasa sakit dan setruman, sampai ketika Wander melepaskan mereka 3 detik kemudian, mereka langsung tumbang bagaikan gelondongan kayu.
Aksi itu bahkan begitu mengejutkan bahkan yang paling berani di antara mereka sekalipun! Wander tidak menghabiskan waktu. Ia langsung menyambar lagi dan kali ini mengunci sebuah ayunan pedang, sambaran bola besi di masing-masing tangannya!
Dua orang korban lagi tersengat sampai berdiri dengan ujung jari kaki mereka meskipun mereka bahkan tidak menyentuh Wander langsung, sebelum mereka juga bergabung dengan dua korban sebelumnya.
Wander menyambar lagi, mengantarkan kekacauan dan korban jiwa. Kurang dari 30 detik, hanya tertinggal empat dedengkot utama kelompok itu….
Tinju Wander mengeluarkan bunyi lecutan listrik, dan para pimpinan yang cukup mumpuni itu bisa melihat bagaimana sabit-sabit kecil itu perlahan berkumpul dan mengitari tangan Wander makin cepat, sambil bertukar arus listrik dan petir di permukaan mereka.
Wander tidak meremehkan mereka sama sekali. Ia tahu mereka bukan musuh biasa, dan ia mengasumsikan bahwa setiap orang paling tidak sekuat Gluka. Ia harus menyelesaikan laga ini secepat mungkin. Ia tidak punya waktu lagi… Dan ia juga ingin menghajar mereka sampai lumat untuk membalas pengkhianatan mereka terhadap Udina.
Ia mendengar suara bala bantuan yang berbondong-bondong datang. Agog, Weraf, Kumbang, dan Arnoss berpencar mengurung lalu menyerangnya dari 4 arah! Mereka menggunakan semua jurus dan tenaga mereka! Arnoss dengan jurus tombak Rinvea, Agog dengan tenaga luar campur Chinya yang luar biasa mengayunkan bola besi, Weraf dengan ilmu ringan tubuhnya dan energi Chinya yang sedingin es, dan yang terakhir adalah serangan kuku beracun Kumbang dan senjata rahasianya!
Lebih dari 42 serangan maut berkumpul ke arahnya! Bagaikan semut-semut mengerumuni setumpuk gula!
Wander mengambil napas dalam, merapal.
[Datanglah sahabat sejatiku dan pendukungku. Khici Listrik dan petir… Jadilah…]
Dengan kecepatan fantastis, ia berputar dengan poros salah satu kakinya sambil menghantam empat kali pukulan Khici jarak jauh ke setiap penyerangnya! Udara bagaikan terpanggang dan bergeliat oleh gelombang petir dan bunyi ledakan bergemuruh, empat kali, ketika Wander meraung dalam hatinya, "Pukulan Unggas Petir!"
Gemuruh ledakan akhirnya mereda, diikuti suara lecutan listrik dan bunga api! Asap dan bau terbakar dari panggangan listrik bisa tercium. Tapi semua serangan ke arahnya telah berhenti. Wander melihat Weraf dan Kumbang yang terkapar di satu sisi, Agog yang masih berusaha merayap di tanah, dan Arnoss yang masih berdiri tapi hanya berkat sandaran ke tombaknya.
Suara Arnoss begitu parau, "K-kau… s-setan…"
Caci maki Agog tidak terdengar jelas. Wander bisa melihat arus listrik liar yang masih keluar masuk tubuh korbannya.
Wander menyambar. Ia sudah menempelkan tangannya di dada Arnoss, dan satunya lagi di pundak Agog. Wajah mereka memucat seketika, dipenuhi rasa takut dan ngeri!
Wander berkata dalam hati, "Ini akan mengajari kalian… jangan pernah mengkhianati rekan sendiri! Badai Unggas Petir!"
Keduanya melolong kesakitan, jeritan mereka membelah udara, sampai mendadak hilang seketika.
Mereka berdua rubuh di tanah dengan bunyi keras. Butir-butir keringat membanjiri dahi Wander, tapi ia puas dengan apa yang baru ia lakukan.
Ia merasakan sebuah rasa sakit menyambar dada dan kepalanya sesaat. Ekspansi energi akhirnya menyentuh batas kemampuan tubuhnya. Kembali ia merasakan rasa sakit berdenyut-denyut di pelipis dan lehernya.
Ia telah membalaskan kekesalan Udina. Ia setidaknya telah pulih 80%. Ketika ia melihat posisi matahari, ia memperkirakan bahwa sekarang sudah jam 4 sore. Untuk satu jam istirahat saja, penyembuhannya terasa bagaikan istirahat dua hari!
*
Taman sunyi menjadi saksi
Kala yang tak kasat bangkit
Di tengah kepungan puluh demi puluh
Ia menaklukkan mereka semua
Tanpa ampun
Ia terdesak waktu, mengkhawatirkan emban tugasnya...