Ombak bergerak dengan lambat dan angin bertiup dengan pelan. Matahari pun mulai tenggelam diujung laut sana. Pemandangan laut saat ini sangat indah sehingga ada banyak orang yang mengabadikannya.
Tampak seseorang sedang berdiri di tepi pantai sambil melihat matahari terbenam.
"Indah bangat!"
Orang itu kemudian berbaring di atas pasir putih. Memandang langit yang mulai gelap. Ia memejamkan matanya, meresapi ketenangan yang ada disekitar seolah-olah ia menemukan tempat ternyaman dalam hidupnya.
"Sudah lama sekali, bolehkah aku merindukanmu?" ujarnya sambil membuka kedua matanya.
Saat ia hendak menutup kembali matanya, seorang pria tua menghampirinya, "Tuan Dio, ini sudah malam. Mari saya antar ke rumah, tuan juga pasti butuh istirahat."
Sosok yang bernama Dio tersebut segera bangun dari tidurnya. Ia menganggukkan kepalanya dan tanpa berucap segera pergi.
Setalah hampir 30 menit dalam perjalanan, Digo akhirnya sampai dirumah. Rumahnya sangatlah besar dengan taman luas yang tertata rapi, desain bangunan yang detail beserta ornamen-ornamen yang indah membuat rumah ini sangat mewah. Dio langsung masuk ke rumah dan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Kediaman rumah Dio tampak sepi dan tenang, hanya terdengar suara gemercik air terjun buatan yang berada di belakang rumahnya.
"Bibi.. Bibi..", Dio melangkah turun sambil memanggil orang yang bekerja dirumahnya. Ia berjalan menuju ruang bagian belakang yang langsung mengarah ke air terjun.
"Iya, ada apa tuan?", tanya sang bibi.
"Bi, tolong buatku aku bubur ya.."
"Tuan Dio sakit?"
"Tidak bi, aku cuma lagi ingin makan bubur"
"Baik tuan, akan bibi buatkan."
Setelah hampir 30 menitan, bubur yang diminta Dio pun datang.
"Tuan, papa tuan berpesan bahwa besok tuan sudah mulai masuk kuliah."
"Terima kasih, bi."
Dio pun memakan buburnya dengan tenang sambil memandang langit. Dia hanya diam tanpa mengatakan apapun setelahnya.
Dio adalah anak dari salah satu konglomerat di Indonesia. Dio baru saja kembali ke Jakarta setelah tiga tahun menetap di Singapura sejak kelas 3 SMA. Saat ini ia kembali atas permintaan sang ayah karena mereka akan menetap di Indonesia, namun dikarenakan sang ayah ada urusan bisnis di Amerika dan ibunya juga mengikuti sang ayah, Dio kembali ke Indonesia sendirian sedangkan sang adik akan menyusulnya di semester depan.
Dio merupakan sosok pria yang jutek. Ia mempunyai wajah yang tampan dan senyum yang manis. Ia juga senang bernyanyi dan pandai main alat musik terutama gitar. Ia mengambil jurusan bisnis saat di Singapura, sebenarnya ia ingin mengambil jurusan seni namun kedua orangtuanya melarangnya dan harus mengambil jurusan bisnis karena ia adalah pewaris utama, karena adiknya adalah seorang perempuan.
"Apa besok kita akan bertemu, Sea?"