10 tahun kemudian...
"Ainsley, sungguh kau akan melakukannya?" tanya seorang gadis berbaju cokelat pada seorang gadis seusianya yang tengah asyik memilih-milih tombak, pedang, dan panahan di gudang bar.
Gadis yang dipanggil Ainsley itu menatap balik gadis yang sudah ia anggap sebagai saudarinya dengan senyum meyakinkan. Ia kembali memilih-milih benda tajam itu dengan santai. Mata hijau cerminan kesejukan itu memindai benda-benda tajam ditangannya seraya menimbang mana yang lebih baik digunakan untuk berburu. Ainsley menjawab, "Tentu saja. Mengapa tidak, Sarah. Sekali-sekali membuat Bibi Ella senang!"
"Aku akan menemanimu!"
"Baiklah!" Ainsley merasa senang karena Sarah bersedia menemaninya berburu di hutan. "Paman Choel!"
Seorang lelaki paruh baya memakai jas dan topi fedora yang tengah duduk mengamati karyawannya melayani pelanggan bar, menoleh menatap Ainsley. "Ada apa?"
"Aku dan Sarah meminta izin paman untuk bekerja sampai siang ini,"
"Kenapa? Apa ada sesuatu? Bibimu tiba-tiba sakit?"
"Tidak paman! Memang benar hal ini ada kaitannya dengan bibi kami, tapi bukan itu? Benar kan, Sarah?"
"Iya paman. Kebetulan hari ini ulang tahun Bibi Ella, jadi kami berencana berburu rusa di hutan North sebagai hadiah untuknya. Bibi Ella sangat suka dengan olahan daging rusa. Karena kami sering pulang kerja malam-malam, kami jadi tidak sempat banyak berbincang ataupun bertatap muka dengannya. Karena itu, Aku dan Ainsley berniat memberi hadiah pada Bibi Ella. Selain karena hari ini, hari ulang tahunnya, kami juga ingin memberi hadiah sebagai ucapan minta maaf karena sering membuatnya sendirian di rumah," sambung Sarah.
"Kau benar. Apalagi ketika kalian berdua sudah menikah nanti. Bibi kalian pasti akan merasa sangat kesepian," Choel menggeleng pelan mengingat putri semata wayangnya yang belum pernah menemuinya setelah menikah beberapa bulan yang lalu. "Pergilah! Jika kalian tidak mendapat hasil buruan, lebih baik menyerahlah. Kalian berdua pulang saja dan memberi hadiah yang lain. Aku kira bibi kalian tetap akan menerimanya. Jangan dipaksakan! Oh iya, jangan lupa berhati-hati. Banyak binatang buas!"
"Terima kasih atas nasihat paman. Kami akan mengingatnya," Ainsley berpikir apa yang Paman Choel katakan memang benar. Di hutan, banyak binatang buas yang bisa muncul kapan pun mereka mau. Apalagi Ainsley dan Sarah seorang perempuan. Ayah mana yang tega membiarkan putrinya berburu di hutan berdua tanpa seorang laki-laki yang bisa diandalkan untuk melindunginya. Namun Choel juga tidak bisa melarang kedua gadis itu begitu saja. Selama ini, ia mengharuskan Ainsley dan Sarah pulang malam untuk bekerja menjadi barista dan pengisi acara hiburan pada malam hari. Tentu waktu kedua gadis itu tersita terus menerus di bar. Mereka hanya sedikit memiliki waktu kebersaman bersama bibinya di rumah.
"Paman, bolehkah kami meminjam senjata-senjata ini?" tanya Ainsley mengangkat sebuah tombak dan panahan.
"Bawa saja!"
"Terima kasih paman. Kami pergi dulu,"
Kedua gadis itu keluar melewati pintu belakang bar. Seorang pemuda dengan pakaian pelayan bar tak sengaja melihat punggung kedua gadis itu yang perlahan hilang dari pandangan. Karena penasaran, lantas si pemuda itu mendekati Choel dan bertanya padanya. "Kemana perginya mereka, tuan?"
"Maksudmu Ainsley dan Sarah? Oh, mereka ingin berburu rusa untuk hadiah bibinya yang berulang tahun,"
"Hanya berdua?"
"Sepertinya begitu, Krisan. Cepatlah ganti bajumu dan susul mereka! Temani mereka berburu! Entah kenapa aku jadi khawatir. Aku takut terjadi sesuatu pada mereka. Jangan lupa bawa pedangku disana!"
"Baik tuan!" Krisan langsung melaksanakan perintah tuannya dan mengikuti kedua gadis itu dari belakang.
Ainsley dan Sarah bergerak menuju hutan dengan berkuda. Kedua gadis itu memacu kudanya sangat cepat melewati pemukiman padat penduduk. Tak mau tertinggal, Krisan pun memacu kudanya cepat menyusul gadis-gadis itu. Merasa diikuti, Sarah menggunakan kekuatan mata ester untuk memindai benda bergerak dibelakangnya.
"Ainsley, Krisan mengikuti kita,"
"Krisan?" Ainsley menoleh ke belakang dan mendapati pemuda itu memacu kudanya sama cepat dengannya.
"Ainsley, perlukah aku membuatnya agar tidak mengikuti kita?"
"Tidak perlu, Sarah. Biarkan saja. Aku yakin, Paman Choel menyuruhnya untuk menyusul kita,"
Melihat Ainsley menoleh padanya, Krisan semakin bersemangat untuk menyusul gadis itu. Ia menarik tali kekang kuda hingga lajunya semakin cepat. Jarak antara kuda Ainsley dan Krisan semakin dekat. Tak mau kalah, Sarah menarik tali kekakang kudanya dan berkata, "Siapa yang tiba lebih dulu di hutan, dia yang akan makan daging rusa paling banyak!"
Merasa ditantang, Ainsley dan Krisan menambah kecepatan laju kudanya. Ketiganya pun berlomba mengadu kecepatan kuda mereka menuju hutan.
Disisi lain, panji-panji Kerajaan Broughton berkibar mengikuti gerakan arah angin yang meniupnya. Kuda-kuda berwarna cokelat kehitaman yang ditunggangi oleh rombongan Kerajaan Broughoton itu berjalan santai memasuki hutan. Udara segar, pepohonan menjulang tinggi, serta suara kicauan burung yang mengudara kesana kemari membuat pikiran menjadi tenang karena lepas dari hiruk pikuk kota dan permasalahan istana yang setiap hari membebaninya. Seorang pria berusia sekitar 28 tahun memimpin jalannya rombongan ditemani seorang pria yang lebih tua sepuluh tahun darinya tepat di samping kudanya.
"Yang mulia pangeran terlihat menikmati sekali..." kata Albert, salah satu punggawa kerajaan pada seorang pria berambut pirang dan lebih muda 10 tahun darinya. Pria itu tersenyum tipis mengelus kudanya yang berjalan pelan. Pakaian berburunya yang terlihat mewah dan berbeda diantara lainnya, membuat siapapun yang melihat orang itu pasti mengetahui bahwa pria muda yang memimpin jalannya rombongan berasal dari kaum bangsawan.
"Tentu harus dinikmati. Kapan lagi aku bisa seperti ini, Albert? Bisa terbebas dari rutinitas kerajaan. Meski hanya beberapa hari, sangat menyenangkan!" balas pria itu penuh semangat.
"Saya sangat senang melihat Anda tersenyum ceria yang mulia, Aaron. Saya harap, senyum ini akan terus mengembang hingga peresmian hubungan Anda dengan putri Gishelia,"
Begitu mendengar nama itu, wajah Aaron berubah. Ia menatap kesal Albert dan berkata, "Jangan membahas hal itu disini. Aku tidak ingin mendengarnya, Albert!"
"Maafkan hamba yang mulia,"
"Sudah lupakan! Hari ini harus kita habiskan dengan bersenang-senang!"
Pangeran Aaron turun dari kudanya. Ia melihat seklias seekor induk rusa dan rusa kecil berlari di antara semak-semak.
Albert turun dari kudanya dan mengikuti sang tuan, "Yang mulia, ada apa? Apa Anda melihat buruan?"
"Aku melihat ada target kita disekitar sini. Tadi berlari disekitar sana!" Aaron menunjuk semak belukar dibelakang pohon yang menjulang tinggi. Pria itu mengambil busur dan arrow tube berisi beberapa anak panah yang menggantung di kudanya. Aaron berjalan menuju semak belukar yang ia tunjuk bersama Albert yang mengikuti dibelakangnya.
"Yang mulia, Anda harus berhati-hati! Banyak semak belukar dan tumbuhan berduri disini,"
"Aku tahu, Albert! Lebih baik kau diam dan jangan ikuti aku sampai berhasil membidik rusa itu," balas Aaron cepat. "Nah, itu dia!"
Aaron mengambil anak panah dari arrow tube dan bersiap membidik rusa jantan yang tengah berdiri didepan pohon yang menjulang tinggi. Ia menarik tali busur perlahan dan melepaskannya tepat ke arah rusa itu. Dengan gerakan cepat seolah tahu sebelumnya keselamatannya terancam, rusa itu berlari ke arah timur menghindari anak panah Aaron. Anak panah itu menancap di pohon. Aaron berdecak kesal. Ia berlari ke kudanya lalu mengejar sang rusa dan meninggalkan rombongannya. Albert segera mengejar sang pangeran dengan kuda yang lajunya tak kalah cepat.
Sarah sampai di bibir hutan terlebih dahulu diikuti Krisan dan Ainsley digaris terakhir. Tiga jalur bercabang biasa dilalui para pemburu, membuat mereka terpaksa menghentikan kuda dibibir hutan. Sarah tertawa puas karena memenangkan perlombaan yang dia adakan sendiri. Ia berkata, "Aku yang beruntung. Kalian berdua tidak akan aku beri bagian nanti. Akan aku habiskan semuanya, hahaha!"
Ainsley hanya terdiam menatap sekitar. Mencari wilayah yang kiranya bisa mereka pilih menjadi jalur awal perburuan mereka. Krisan tersenyum mendengar kesombongan Sarah dan berbalik berkata, "Iya iya kau yang menang. Semua akan menjadi milikmu nanti. Tapi kau harus ingat, kita baru saja tiba di hutan dan belum memulai perburuan. Entah sampai sore nanti. Belum tentu kita mendapatkan buruan? Benarkan, Ainsley?"
Mendengar sapaan Krisan, Ainsley menoleh, "Ah iya. Kau benar Krisan. Lagian, rusa itu kan hadiah untuk bibi Ella. Apa kau lupa, Sarah?"
"Maafkan aku, saudariku yang paling cantik sedunia..." kata Sarah dengan nada menggoda.
"Sarah, apa yang kau katakan? Jangan berlebihan seperti itu!" Ainsley tersenyum tipis menatap Sarah. Rasanya ia ingin mencubit pipi gadis itu.
Krisan menatap Ainsley perlahan. Melihat gadis bermata hijau disampingnya tersenyum, entah mengapa hatinya merasa sangat senang. Senyuman itu. Senyuman yang membuatnya pernah tidak tidur selama beberapa hari. Senyuman yang ia rindukan ketika Ainsley tiba-tiba tidak berangkat ke bar selama beberapa hari karena sakit. Bagi Krisan, senyuman gadis itu bak owase yang didalamnya terdapat air surga yang dapat memuaskan dahaganya di gurun yang suhu panasnya sangat ekstrem.
"Baiklah. Kita mulai saja perburuannya. Ada tiga jalur disini. Aku akan menyusuri jalur kedua. Sarah, jalur yang pertama dan Krisan jalur yang ketiga. Jika langit sudah terlihat berwarna jingga masing-masing dari kita harus keluar dari hutan dan bertemu bagaimana?" kata Ainsley.
"Ainsley, aku rasa kita pergi bersama-sama saja. Kau tentu tahu resiko ketika masuk ke hutan kan? Aku tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan jika kita memilih jalur perburuan sendiri," saran Krisan yang langsung Sarah angguki.
"Iya Ainsley. Aku setuju dengan Krisan. Lebih baik kita bersama."
"Baiklah. Kita pilih jalur kedua,"
Ketiga orang itu mengemudikan kudanya ke jalur yang ditentukan. Ainsley memilih di depan memimpin jalannya rombongan. Sarah tepat di sampingnya sementara Krisan berada dibelakang mengawasi keadaan sekitar. Pedang panjang yang terbuat dari baja ringan ia siapkan meminimalisir resiko serangan binatang buas.
Gugusan pepohonan pine yang menjulang tinggi bercampur dengan tanaman perdu hijau menambah keindahan North Flores. Cabang-cabang dipenuhi daun dan bunga-bunga yang melingkupi langit, menambah aura kesejukan dan ketenangan. Di kaki pohonnya membentang rumput hijau yang berpadu dengan semak belukar dan tanaman rambat yang dipenuhi buah kecil seperti cherry.
Suara benda bergerak terdengar dari semak-semak di bawah pohon pine. Sarah menggunakan mata esternya untuk memindai benda dibalik semak. Benda itu ternyata rusa kecil yang tengah memakan dedaunan bersama sang induk disampingnya. Sarah memberikan isyarat anggukan pada Ainsley. Ainsley bersiap mengambil busur dan turun dari kudanya. Diambil sebuah anak panah dari arrow tube dipunggungnya. Ainsley melangkah menghampiri sumber suara tersebut dengan amat hati-hati. Menyadari suara mendekat, rusa itu kabur bersama induknya. Ainsley melesatkan anak panah dan meleset dari target. Gadis itu kembali ke kudanya dan mengejar buruannya dengan busur panah yang ia genggam kuat ditangannya.
"Aku harus mendapatkan rusa itu! Cepat Hors!" kata Ainsley menarik kekang kuda itu supaya lajunya semakin cepat.
"Ainsley, tunggu!!!"
***
"Dimana rusa itu?"
Aaron turun dari kudanya mencoba memeriksa jejak kaki di lumpur tak jauh dari kudanya berdiri. "Tapak kaki rusa. Pasti tidak jauh dari sini,"
Aaron mengikat kudanya di pohon dan memutuskan mengikuti langkah kaki membawanya.
Sisi lain, Albert bersama anggota rombongan lainnya berkeliling memutari hutan mencari sang pangeran. Albert merasa bersalah karena tidak bisa mengejarnya. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan pangeran? Binatang buas menyergap? Atau pangeran tersesat dan tidak tahu arah keluar hutan?
Albert dan yang lainnya tetap berusaha mencari sang pangeran dengan membabat semak belukar dan meneriakan namanya. Berharap sang pengeran mendengar panggilan itu dan menemukan jalan kembali.
"Ainsley, dimana kau?" teriak Sarah menggema di langit-langit hutan.
"Ainsley!!!" teriak Krisan tak kalah kerasnya dengan Sarah.
"Ainsley!!!"
"Kita tidak bisa kembali sebelum menemukan Ainsley," kata Krisan mengembuskan napas berat.
"Jika kita tidak bisa menemukannya... terpaksa aku akan menggunakan ke..." Perkataan Sarah yang menggantung membuat Krisan penasaran. Kenapa gadis itu tidak menyelesaikan perkataannya?
"Ke...?"
Sarah terdiam memikirkan apa yang harus ia katakan. Tidak mungkin jika dirinya mengatakan akan menggunakan kekuatan supernaturalnya, bukan?
Sarah tersenyum menatap Krisan yang raut wajahnya nampak kebingungan. "Ke... kekuatan warga. Salah satu dari kita akan berada sini. Dan yang lainnya akan keluar hutan meminta bantuan warga. Itu maksud dari perkataanku,"
"Jika harus meninggalkanmu, aku tidak setuju, Sarah. Dan jika kau yang pergi, aku pun tidak setuju. Akan ada banyak hal berbahaya disana. Aku tidak ingin mengambil resiko besar untuk keselamatanmu dan Ainsley. Kita harus tetap bersama!" kata Krisan menatap Sarah lekat. "Apapun yang terjadi,"
"Krisan..."
"Kita cari Ainsley lagi..."
Ainsley mengikat kudanya. Telinga tajamnya mendengar suatu objek berkaki empat bergerak ke timur. Gerakan cepat, Ainsley menyiapkan persenjataannya. Ternyata ada seekor rusa jantan terbaring dibawah pohon.
Semak belukar yang dipenuhi tumbuhan rambat, Ainsley pilih sebagai tempat untuk mengintai. Ia meletakan anak panah dan menarik tali busur perlahan ke arah target.
Setelah lama berjalan mengikuti jejak, akhirnya Aaron berhasil menemukan buruannya. Seekor rusa jantan yang tengah terbaring di bawah pohon. Tak ingin melewatkan kesempatan, Aaron menyiapakan anak panah dan menarik busurnya ke arah target.
Harus tepat... jangan sampai lolos. Oh rusa buruanku, tetaplah ditempat itu...
Ada orang lain disini. Dia bukan Sarah atau Krisan. Dia seperti pemburu... bangsawan. Apakah dia juga mengincar rusa itu? Tidak! Aku harus lebih dulu mendapatkannya!
Ainsley semakin menarik tali busur ke belakang. Begitu pula dengan Aaron.
Guguran daun pohon yang menguning menjadi aba-aba bagi keduanya melesatkan anak panah. Seketika daun jatuh tak jauh jaraknya dari sang rusa terkoyak. Panah Ainsley sampai terlebih dahulu di tubuh rusa, diikuti oleh panah sang pangeran. Rusa tersentak tak dapat melarikan diri karena terpanah oleh dua anak panah. Hewan itu tumbang.
Dugaan Ainsley tepat. Ada seorang lain yang mengicar rusa itu. Tak ingin jeri payahnya sia-sia, Ainsley segera menghampiri rusa itu. Dan mengaku bahwa rusa itu miliknya. Aaron begitu terkejut melihat seorang gadis dengan pakaian pemburu kelas rendah menghampiri rusa yang ia panah. Berani sekali gadis itu. Begitu pikirnya. Tak ingin buruannya menjadi milik orang lain dalam sesaat, Aaron pun mendekati gadis itu.
"Rusa yang besar," Ainsley mengelus rusa yang mulai terdiam itu. Ia melihat anak panah berlambang Kerajaan Broughton disamping panahnya. Gadis itu menguat setelah melihat benda itu.
"Nona!"
Suara sapaan pria mengejutkannya. Ainsley berdiri dan memberi hormat pada pria dengan pakaian berburu yang terlihat mewah dari pada pemburu pada umumnya.
"Rusa itu milikku. Lebih baik, Nona kembali mencari buruan yang lain,"
"Tuan yang terhormat, panah yang saya lesatkan lebih dulu mengenai hewan ini. Dan juga, saya yang terlebih dulu menghampiri hewan ini. Jadi, hewan ini milik saya. Tuan tidak berhak untu mengambil hak saya. Saya tidak akan memberikan secuil daging hewan ini untuk, tuan," kata Ainsley tegas.
"Begitu ya," Aaron tidak habis pikir kenapa gadis didepannya begitu emosional. Ia mulai berpikir mungkin dengan memberi sekantung uang, gadis itu bisa merelakan hewan itu untuknya, "Nona, bagaimana dengan sekantung uang ini? Apakah cukup mengubah pemikiranmu agar mengizinkanku membawa rusa ini?" Aaron melemparkan sekantong uang pada Ainsley.
Dengan sekali lempar, Ainsley mengembalikan uang itu. Ia berkata, "Maaf tuan, saya tidak menginginkan uangmu. Tidaklah segala sesuatu yang ada didunia ini dapat dimiliki dengan uang! Kebahagiaan, kebersamaan, cinta yang tulus, murni, dan suci. Tidak dapat dibeli. Termasuk rusa yang saya buru ini. Alasan untuk membahagiakan
orang lain menjadi alasan kuat saya memburu rusa ini. Agar orang lain senang dan bahagia,"
"Jika pembelaanmu seperti itu, maka izinkan aku untuk membela diriku, nona. Aku melakukan semua ini, semata-mata untuk kebahagiaan dan kesenangan ayahku, ibuku, teman-teman dan sahabatku, serta diriku sendiri. Apa aku salah jika mengklaim hewan ini sebagai milikku? Lihatlah anak panah ku. Dia juga menancap di tubuh rusa. Bukankah tidak adil jika rusa itu sepenuhnya menjadi milikmu? Panah yang aku lesatkan membantu panah mu dalam menaklukan hewan ini. Jadi aku mohon kebijakanmu,"
Apa yang dikatakan tuan itu ada benarnya juga. Jika hanya panahku saja yang menancap ditubuhnya mungkin rusa itu bisa kabur. Aku tidak dapat memburunya dan hadiah untuk Bibi Ella, pasti gagal...
"Bagaimana jika hewan ini kita bagi menjadi dua? Apakah tuan setuju?" tawar Ainsley.
"Baik!"
***
"Aku belum memberi kabar apapun pada Sarah, pasti dia khawatir mencariku. Hari semakin gelap, dia sudah kembali atau belum?" kata Ainsley mengikat hasil buruannya di atas kuda.
Malam hari sebentar lagi tiba. Peluang Ainsley menemukan jalan keluar hutan semakin tipis. Selain itu banyak binatang buas yang keluar sarang di malam hari. Ainsley melihat kumpulan kunang-kunang di bawah pohon. Ia menuntun kudanya mendekat kunang-kunang untuk meminta bantuan jalan keluar.
"Hi! Mr. and Miss. Firefly, boleh aku meminta bantuan?"
"What? Ada manusia yang bisa berbicara dengan kita!" heran seorang kunang-kunang. Ia berteriak lalu mengumpulkan semua kawanannya. "Apakah kau, Ledina? Jika kau Ledina, aku mohon biarkan kawananku melewati hutan ini. Jangan bunuh kami,"
Ainsley terkejut. Bagaimana kunang-kunang ini bisa mengenal ibunya? "Saya bukan Ledina. Saya Ainsley dari suku Abracad. Saya memiliki kekuatan untuk berbicara dengan hewan,"
"Syukurlah. Saya Kit. Saya pemimpin kelompok ini. Dan mereka semua kawanku. What can i help you, miss?"
"Bisakah tuan menuntun saya keluar dari hutan?"
"Of course. Please..."
"Thank you, Mr. Kit!"
Kelompok kunang-kunang pimpinan Kit membimbing Ainsley keluar hutan.
"Ainsley!!!"
"Ainsley!!!"
Teriakan suara Sarah dan Krisan menyeruak keras di hutan.
"It's my friends. Pasti mereka sudah lama mencariku. Tuan Kit, bisakah kau membawaku pada mereka?" pinta Ainsley.
"No problem,"
Samar-samar Sarah melihat bayangan Ainsley mendekat bersama kunang-kunang. Hewan yang menuntun jalan Ainsley pergi. Sarah dan Krisan segera menghampiri Ainsley.
"Kau kemana saja? Aku khawatir kau terluka atau,-
"Sarah," potong Ainsley cepat. "Aku baik-baik saja sekarang. Kau tidak perlu mencemaskanku lagi. Ini, aku berhasil membawanya," Ainsley menunjukan daging rusa. Mata Sarah berbinar melihat daging rusa di kantong rotan.
"Syukurlah kalau kau baik-baik saja, Ainsley. Ayo kita pulang." ajak Krisan.
"Ayo!"
Ketiga orang itu naik ke kuda dan keluar dari hutan. Sang kunang-kunang, ikut menemani disamping Ainsley.
***
"Pangeran! Dimanakah kau?"
Mendengar teriak Albert, Aaron berlari kearah sumber suara seraya berteriak, "Aku disini!"
"Yang mulia, Anda baik-baik saja?" tanya Albert begitu menghampiri tuannya.
"Aku tidak apa-apa, Albert. Lihat ini, aku berhasil membawa buruan!"
Mata Albert terfokuskan pada sebuah ikat sapu tangan berwarna hijau di telapak tangan Aaron yang bercampur dengan darah. "Yang mulia, telapak tangan Anda..."
"Tak apa, Albert. Hanya luka kecil,"
Aaron menatap sapu tangan hijau di telapak tangannya. Ia mengingat gadis yang ditemuinya di hutan membalut luka belatinya dengan benda itu.
"Gadis itu... siapa dia..."