Sekitar pukul 1.00 malam, Haru baru saja tiba di tempatnya setelah hampir sebagian malamnya ia habiskan di tempat kerja.
Haru membuka pintu yang tidak dikunci, lalu masuk dan menutup pintu kembali. Dengan wajah lesu akibat kepenatan di tempat kerja, membuat Haru juga ingin segera merebahkan tubuhnya.
Ia kemudian melangkah menuju kamar, tetapi pada saat ia hendak membuka pintu kamarnya, seseorang sudah membukanya terlebih dulu.
"Hah!" Mereka berdua tersentak kaget ketika pintu terbuka.
Haru menyentuh dadanya, lalu mendesah lega. "Haaa... Daiki... kupikir siapa..."
"Heh". Daiki berjalan menuju pintu, lalu menguncinya. Sedang Haru masuk ke dalam kamar untuk melepas pakaiannya, lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Kemudian, Daiki kembali masuk ke dalam kamar, lalu merebahkan tubuhnya di atas futon yang sudah disiapkannya sejak tadi dan dengan asik memainkan ponselnya.
Selang beberapa saat kemudian, Haru pun selesai dan segera keluar menggunakan handuk putih yang menutupi bagian bawah tubuhnya, sehingga memperlihatkan dadanya yang bidang dengan otot-otot perut yang samar-samar.
Ia menggosok-gosok kepalanya menggunakan handuk lain dengan warna yang sama, tetapi dengan ukuran yang lebih kecil dari yang membalut setengah tubuhnya. Kemudian, ia menuju lemari di dekat Daiki yang sedang berbaring dan membukanya untuk mengenakan pakaian.
"Haru, kau sudah makan?" Tanya Daiki, tetapi perhatiannya tetap tertuju di layar ponselnya, seakan ponselnya lebih menarik daripada Haru yang bertelanjang dada.
Daiki bersikap acuh tak acuh, begitu pun Haru.
"Hn". Haru meraih kaos hitam dan celana pendek coklatnya, lalu segera mengenakannya.
Setelah itu, Haru membuang tubuhnya begitu saja di atas tempat tidur, dalam posisi tengkurap dengan memeluk bantal di dadanya. "Sejak kapan kau ada disini?"
Daiki berhenti memainkan ponselnya, lalu meletakkannya di dada. "Sejak jam 9 lalu".
"Hmm" Haru terdiam sesaat, lalu menghela napas pelan. "Bagaimana di universitasmu?"
"Haaa... pasti sangat menyenangkan berada di KYODAI..." Lanjutnya.
[ KYODAI (Kyoto Daigaku) = Universitas Kyoto. KYODAI tidak menyinggung universitas manapun di Jepang. Namanya hanya hasil dari pemikiran sendiri. (Jika ada kesamaan, saya benar-benar tidak tahu) ]
Mendengar Haru mengatakan hal seperti itu, membuat Daiki terkekeh kecil. "Sebenarnya, aku tidak masuk di sana".
Haru yang tadinya terpejam pun seketika membelalak kaget setelah Daiki mengatakan pernyataan itu. Dan tanpa menyadari, tubuhnya sudah duduk dengan wajah terpaku. "Hah?! Apa?! Jadi selama ini...?!"
"Hn". Daiki pun perlahan bangun dan ikut duduk di bawah Haru seraya tersenyum, dengan menatap Haru yang terlihat begitu lucu saat ia dengan paras terkejut.
Sedang Haru, ia kembali menjatuhkan tubuhnya dengan lemas karena perasaannya yang... tidak dapat ia mengerti.
[ … ] "Aku tidak mengikuti tes akhir di universitas itu". Daiki memberi jeda beberapa detik. "Tepatnya, aku sengaja untuk tidak mengikuti tesnya".
Haru menoleh ke arah Daiki. "Daiki? Kenapa aku merasa dibohongi?... Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?"
"Kau juga tidak pernah menanyakan hal itu". Singkat Daiki.
"Setidaknya beritahu aku... karena kupikir, selama ini kau berada di sana" Balas Haru dengan lemas.
Daiki kembali dibuat terkekeh kecil. "Bodoh. Jika aku masuk di KYODAI, kaupikir aku punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal bodoh bersamamu? Tidakkah kau mengerti hal itu?"
Setelah Daiki mengatakan hal itu, Haru mulai memikirkannya dengan terpaku menatap langit-langit kamarnya. Dan beberapa detik kemudian, segaris senyum pun mulai muncul samar-samar di wajahnya. "Benar juga..."
"Haaaa... bodoh..." Daiki kembali merebahkan tubuhnya.
Keheningan terjadi beberapa saat. Haru dan juga Daiki terdiam menatap langit-langit kamar dengan masing-masing memikirkan suatu hal di kepala mereka.
[ … ] "Daiki..." Suara berat dan lembut dari Haru memecah keheningan.
Haru menarik napas dalam-dalam, lalu lanjut berkata: "Dulu, sering kali aku berpikir, kenapa aku menyukaimu? Ada banyak wanita yang menyukaiku, tapi kenapa aku tetap melirikmu?"
"Aku juga sudah mencoba mengencani banyak wanita, tapi tidak ada satupun yang membuatku tertarik..." Haru terhenti sejenak karena ingin tertawa, lalu lanjut berkata: "Bahkan, beberapa dari mereka menganggap bahwa aku seorang playboy—suka gonta-ganti pasangan—mengatakan hal itu tanpa mengetahui yang sebenarnya..."
Daiki yang mendengarkan hal itu hanya terus terdiam.
Haru tersenyum. "Hei, Daiki, apa aku normal?"
Pertanyaan itu lantas membuat Daiki terkejut. Walau wajah dinginnya berhasil menyamarkan perasaannya saat ini, kedua matanya adalah hal yang tulus dari hati dan tidak dapat memanipulasi perasaan hatinya saat ini.
Setelah beberapa saat menunggu, Daiki pun menjawab: "Ya..."
Haru menoleh ke arah Daiki yang sedang berbaring di bawah, yang juga sedang menoleh ke arah Haru di atasnya.
Haru begitu bahagia ketika Daiki membenarkan dirinya yang sebenarnya salah. "Daiki, terima kasih".
[ … ]
"Hmm, aku mengantuk. Aku akan tidur lebih dulu karena besok aku ada kelas pagi..." Haru memiringkan tubuhnya; membelakangi Daiki di bawahnya; lalu menarik napas pelan dan memejamkan kedua matanya perlahan. Sedang Daiki di bawahnya, juga melakukan hal yang sama.
Walaupun mereka berdua sudah terpejam, tetapi pikiran mereka masih terus terjaga dengan memikirkan hal yang sama.
'Apakah Aku Normal?'
******