Chapter 108 - Jatuh pada Pesona Max (3)

"TIDAK berdasarkan keinginan murniku!" pekik Milena tertahan, kedua matanya memanas, ingin rasanya air matanya merebak seketika itu juga. Tapi jika meneteskan setitik air mata sekarang maka ia akan kalah di mata Max. "K-Kau seperti bangsa peri jenis lain!"

Mendengar kata peri, tubuh Max menegang hebat, raut wajahnya seperti baru saja melihat hantu, tapi Milena tidak memperhatikannya, sibuk melampiaskan amarahnya.

"Ada aura yang memabukkan dari dalam dirimu! Itu paksaan! Kau juga pasti menghipnotisku dengan cokelat itu! Obat apa yang kau masukkan ke dalamnya?" tuntut Milena.

Mendengar teori itu, kedua bahu Max merosot, terlihat lega. Ia kembali pada mode jahatnya.

"Tak ada. Kalaupun iya, harusnya yang lainnya juga kena pengaruh." Ia tersenyum licik.

"Bohong!"

"Sudah kubilang, Milena! Jauhi David, tapi kau sama sekali tak mendengarkanku!" Ia mencengkeram

rahang Milena, mendongakkannya hingga mata mereka kembali terkunci satu sama lain.

Tatapan Max begitu arogan, dan lagi, Milena kembali mengalami gelombang ketakutan yang merayap masuk ke seluruh tubuhnya.

"DAN! Aku juga tak suka diperintah!" desisnya galak, tak mau kalah

"Menarik..." Max menyeringai lebar, ia mendekatkan bibirnya, kemudian menyapu permukaan bibir sang peri dengan lembut.

Milena tertegun, hasrat itu mulai kembali lagi, cepat-cepat ia mencegahnya dengan berkata. "Apa kau sudah bosan dengan laki-laki dan ingin main-main dengan perempuan? Atau kau memang manusia yang gampang bosa, huh?! ledek Milena sarkastik.

Amarah Max memuncak, ia mencengkeraman kedua pipinya hingga bibir sang peri membulat maju. Mata lelaki itu berkilat berbahaya.

"AKU!" Suaranya menggeram tertahan. "Tak pernah bilang menyukai laki-laki!"

Milena mengabaikan jawaban Max, matanya sibuk melirik ke arah pintu. Was-was jika David terlibat dalam suasana menegangkan itu, lelaki itu bisa terluka karenanya.

"Kemana kau melihat, huh? Takut David melihat kita?" ledeknya.

Perkataan itu otomatis membuat mereka saling bertatapan marah.

"Apa alasanmu melakukan ini, Max?" tanyanya gelisah, suara percakapan antara David dan dokter Chris yang bersitegang di lorong semakin dekat dan jelas.

"Sudah kubilang berulang kali, bukan? Tapi kau keras kepala dan menyebalkan!" Ia melepas cengkeramannya, menuruni tempat tidur secara perlahan dengan gerakan anggun dan hati-hati seolah tempat tidurnya akan roboh jika ia melakukannya secara biasa.

"Kau sangat tidak jelas, Max! Apa ini hobbimu? Mengganggu orang? Mempermainkannya?" suara Milena nyaris melengking, namun ia merendahkanya secepat mungkin. Tahu David dan pamannya bisa saja mendengarnya.

"Hmm..." Max bergumam seraya tersenyum menyeringai, kepalanya dimiringkan bosan, matanya terpaut tajam pada Milena, "kau bisa menjadi permainan yang menarik."

"Jangan coba-coba, Max!" ancam Milena memperingatkan.

"Aku hanya berusaha melindungi temanku, melindungi dirimu, kalian berdua... Tapi kau keras kepala..." kepalanya masih dalam posisi miring.