Chereads / Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 45 - Menyembelih Ayam

Chapter 45 - Menyembelih Ayam

Setelah mendengarkan kata-kata peramal yang mengatakan bahwa Zhu Haimei adalah Kehidupan Phoenix, ia benar-benar ingin membuat karir putranya menjadi sukses. Ibu mertua Zhu Haimei selalu memiliki reputasi yang baik di desa, tidak peduli bagaimana sikapnya pada menantunya saat di rumah. Tetapi mengendalikan Zhu Haimei dengan menggunakan tongkat kruk untuk berjalan, benar-benar tidak mudah.

Ia tidak pernah berpikir bahwa mengendalikan Zhu Haimei ternyata bukanlah hal yang mudah. ia belum pernah menjalani hidup yang baik sejak Zhu Haimei menjadi menantunya, karena itulah ia memanfaatkan kakinya yang patah untuk menyuruh Zhu Haimei melayani dirinya. Ia mengira bahwa Zhu Haimei pasti akan mengeluh, tetapi ternyata menantunya justru tidak mengeluh sedikitpun.

Beberapa hari ini, Zhu Haimei menunjukkan sikap yang benar-benar mengejutkan bagi semua orang. Jika putra tertuanya tidak membenci Zhu Haimei, maka ia ingin terus seperti ini saja.

Ketika Wang Chunlai datang lagi, Zhu Haimei memintanya untuk memetik sepuluh buah persik kuning yang baru matang. Setelah mengujinya, warnanya ternyata memang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Zhu Haimei lalu meraih tangan ibu mertuanya dan memuji-mujinya lagi. Hal itu ibu mertuanya yang awalnya keberatan dengan ide mereka membuat makanan kaleng, menjadi tidak berkomentar lagi mengenai hal tersebut.

Shen Hualian lalu diam-diam berkata kepada Wang Chunlai. "Haimei menjadi sangat hebat sekarang. Orang yang sangat pintar seperti Ibu ku, sekarang jadi patuh padanya."

"Bukankah jika ia berubah menjadi hebat itu lebih baik?"

"Iya, memang baik. Tapi perubahannya terlalu besar. Orang-orang sampai bertanya padaku tentang apa yang terjadi padanya."

"Aku pikir Adik ipar sangat baik dan tidak memiliki niat jahat sedikitpun. Selama ia baik pada Ayah dan Ibu mertuanya, aku rasa itu bagus."

"Benar. Jika menyebutkan tentang masa lalunya, aku benar-benar merasa kesal. Tapi jika ia seperti sekarang, aku sudah tidak merasa seperti itu lagi."

"Besok aku akan pergi ke kabupaten untuk menemui San, dia adalah seorang akuntan di agen pemasok dan pemasaran. Aku akan bertanya apakah jika kita membuat makanan kaleng, ia bisa memasarkannya atau tidak."

Shen Hualian lalu membalas, "Bagaimana jika kamu tidak usah pergi? Adik ipar San akan merasa tidak nyaman jika ia tidak mendapatkan keuntungan dari orang yang mengajaknya bekerja sama. Sekarang kita membuat ini di bawah perlindungan orang tua kita. Jika kamu mengatakan bahwa kita membuat makanan kaleng kepadanya, mungkin kita tidak akan bisa hidup dengan tenang."

Wang Chunlai juga tidak bisa melakukan apa-apa. "Jika kita tidak meminta bantuan pada San untuk menjualnya, lalu di mana kita harus menjualnya saat produknya sudah jadi?"

"Kurasa aku akan kembali menanyakannya pada Haimei tentang apa yang harus kita lakukan setelah ini."

Ucapan istrinya tersebut, membuat Wang Chunlai merasa malu. "Tentang pemasarannya, aku akan melakukannya sebisa mungkin. Aku akan pergi menemuinya dan memintanya untuk menurunkan harga."

Shen Hualian pun menatapnya. "Apa kamu tidak tahu malu?"

Bukannya menjawab, Wang Chunlai justru mendorongnya ke bawah dan menciumnya. "Menurutmu siapa yang tidak tahu malu? Siapa?" Dan dalam sekejap ruangan itu menjadi hidup.

Zhu Haimei bangun pagi seperti biasa untuk memasak makanan babi, menggembala domba, dan memberi makan ayam.

Begitu Shen Dongyuan memasuki rumah, ia melihat Zhu Haimei membungkuk di pagar kandang ayam untuk memberi makan ayam-ayam dengan mengenakan atasan hijau muda, celana biru tua, dan sepasang sepatu kain bermotif bunga. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai di punggungnya.

Zhu Haimei seperti anak kecil. Awalnya, ayam itu makan di sebelah kanannya, lalu ia melemparkan makanan ayam ke sebelah kirinya. Dan saat ia melihat ayam di sekitarnya saling bertabrakan, Shen Dongyuan yang berdiri di gerbang rumahnya pun bisa mendengar suara tawa dari mulut Zhu Haimei.

Shen Dongyuan mau tidak mau harus mengakui bahwa Zhu Haimei kehilangan banyak berat badan setelah dua puluh hari tidak bertemu dengannya. Kalimat 'Aku tahu kamu membenciku' kembali muncul di benaknya. Ia lalu tidak bisa menahan diri untuk tersenyum, sepertinya kata-kata itu juga tidak terlalu mengganggunya.

Suara Ibunya kemudian terdengar dari dalam rumah. "Haimei, apa kamu bermain-main dengan ayam lagi?"

Zhu Haimei lalu mengangkat sendok dengan marah. Apa ayam-ayam ini benar-benar bisa bertelur? Pikirnya dalam hati. Ibu mertuanya selalu berkata kalau ayam-ayam itu bisa bertelur, tetapi Zhu Haimei tidak pernah percaya.

Shen Dongyuan sama sekali tidak berhenti tertawa setelah mendengar ucapan ibunya barusan. Tampaknya Zhu Haimei baik-baik saja bersama ibunya di rumah.

Begitu Zhu Haimei membalikkan badannya, ia amat terkejut saat melihat sosok tinggi besar yang berdiri di ambang pintu. Setelah ia melihatnya dengan teliti, ia tidak bisa menutupi kegembiraan yang ada di dalam hatinya. Zhu Haimei bersumpah, perasaan itu bukanlah miliknya, melainkan milik sang pemilik tubuh asli.

Shen Dongyuan mengenakan seragam militer hijau yang tidak biasa. Tubuhnya tinggi dan penuh energi, hanya saja ia tampak kurus dan wajahnya juga terlihat lebih tirus.

Zhu Haimei merasa bahwa wajahnya sendiri sekarang sedang tersenyum kaku. Ia lalu memarahi sang pemilik tubuh asli di dalam hatinya, baru kemudian sedikit menghilangkan senyum di wajahnya.

"Kamu sudah kembali?"

Shen Dongyuan mengangguk. "Mereka memberiku libur dua belas hari."

Zhu Haimei lalu berseru karena terkejut. "Lama sekali, tapi itu bagus, Ibu mengomel sepanjang hari. Saat kamu kembali, semuanya pasti berjalan lancar."

"Berjalan lancar, terima kasih."

"Terima kasih untuk ap—" Shen Dongyuan belum menyelesaikan kalimatnya, tetapi ibunya sudah keluar dan berkata, "Kamu bicara dengan siap—" Kemudian ia terkejut dan berkata lagi, "Ah, Putra tertuaku sudah kembali!"

Begitu Shen Dongyuan melihat ibunya berjalan dengan menumpu pada tongkat kruk, ia segera melangkah maju. Tentu saja ada banyak hal yang mau dibicarakan oleh pasangan ibu dan anak saat mereka saling bertemu, karena itulah Zhu Haimei segera pergi ke dapur untuk membuat sarapan, agar ia tidak menjadi pengganggu mereka berdua.

Ibu mertuanya yang masih berada di luar kemudian berteriak untuk memerintahnya. "Putra tertuaku mau makan puding rebus telur, rebuskan dua."

Zhu Haimei menjawab 'ya' dengan singkat, tetapi di dalam hatinya ia sedang mengumpat. Ini sangat tidak adil. Mengapa orang lain tidak boleh makan telur, tetapi Putra tertuanya boleh. Benar-benar pilih kasih.

Ibu mertua Zhu Haimei lalu berbisik pada putranya, "Kamu telah mengajarinya dengan baik, ia telah berubah."

Shen Dongyuan termenung sejenak. "Ia sendiri yang berusaha untuk berubah. Aku tidak punya waktu luang untuk mengurusnya."

Tetapi ibu mertuanya tidak mempedulikannya dan enggan berdebat dengan anaknya itu. Ia lalu secara rinci menceritakan apa saja yang terjadi di rumah selama anaknya itu tidak ada.

"Istri mu bersikeras membuatku melakukan operasi kaki, dan itu menghabiskan biaya sekitar lima ratus yuan. Paman keduamu hanya memberi dua ratus yuan, sisanya ditanggung semua oleh istrimu."

Shen Dongyuan pun terkejut. "Apa? Zhu Haimei yang membayar sebanyak tiga ratus yuan?"

Ibu mertuanya itu lalu mengeluh. "Mengapa? Apakah kamu merasa menyesal karena ia telah menghabiskan uangmu untuk biaya tagihan rumah sakit Ibu?"

"Jangan bicara begitu Bu, mana mungkin aku seperti itu."

Shen Dongyuan pun mulai menghitung dalam benaknya, jangankan tiga ratus yuan, bahkan dua ratus yuan pun ia tidak memilikinya. Zhu Haimei sudah mengirimkan uang ke rumahnya beberapa waktu lalu, dan kali ini ia mengeluarkannya lagi untuk uang berobat ibunya. Shen Dongyuan khawatir kalau uang sebanyak tiga ratus yuan itu adalah seluruh harta yang dimiliki Zhu Haimei.

Ia pun tidak bisa menahan diri untuk pergi dan melihat Zhu Haimei di dapur. Melalui layar jendela berwarna hijau gelap itu, Shen Dongyuan hanya bisa melihat sosoknya yang sibuk memasak. 'Zhu Haimei benar-benar berbeda dari sebelumnya,' pikirnya dalam hati.

Setelah sarapan, Shen Dongyuan naik ke atas kasur untuk tidur. Begitu ia kembali ke kota Jiang setelah menyelesaikan misinya, ia mendapat berita tentang masalah yang terjadi di rumah, dan langsung kembali ke kampung halamannya dengan menaiki kereta malam itu juga. Dan saat melihat bahwa ibunya baik-baik saja, ia merasa lega. Sekarang ia ingin beristirahat untuk mengusir rasa lelahnya.

Sekarang Shen Dongyuan sudah terlelap, tetapi Zhu Haimei sedang menderita. Ibu mertuanya menyuruhnya untuk menyembelih ayam, tetapi ia tidak bisa. Ia hanya tahu cara untuk memasak ayam.

"Aku benar-benar tidak bisa menyembelihnya, Bu. Tidak bisakah Ibu menyuruh Ayah untuk menyembelihnya?"

"Kita akan menunggu terlalu lama kalau menyuruh Ayahmu. Setelah kamu menyembelihnya, cepat rebus ayamnya. Jika suamimu sudah bangun, kamu harus segera memberinya semangkuk sup ayam. Apa kamu tidak lihat betapa kurusnya Anakku sekarang? Hatiku benar-benar terasa sakit saat melihatnya kurus seperti itu!"

Zhu Haimei kemudian memandang induk ayam besar yang ada di depannya, lalu mengambil pisau dengan tangan yang gemetar. Akhirnya, ia membuang pisau itu dan memegang ayam tersebut. "Aku akan kembali ke rumahku dan meminta Ayahku untuk menyembelihnya." Ujar Zhu Haimei yang benar-benar tidak bisa menyembelihnya.

Sebelum ia meninggalkan halaman rumah, kakak ipar dan suaminya masuk.

"Apa yang akan kamu lakukan dengan ayam itu?" Tanya kakak iparnya.

"Shen Dongyuan sudah kembali, dan Ibu menyuruhku untuk menyembelih ayam, jadi aku mau membawanya pulang dan meminta Ayahku untuk menyembelihnya."

Kakak iparnya pun terkejut. "Adik tertuaku sudah kembali? Biarkan Chunlai yang menyembelihnya. Di mana Adikku?"

Zhu Haimei lalu menunjuk ke dalam kamar. "Ia lelah, dan pergi tidur. Sebaiknya Kakak tunggu sampai ia bangun saja."