Chereads / Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 26 - Menangkap Pencopet

Chapter 26 - Menangkap Pencopet

Keesokan harinya, Zhu Haimei tampak mengenakan baju dan celana terbaik yang ia miliki, lalu keluar dari kamar dengan semangat. Akan tetapi nyalinya langsung menciut begitu melihat Shen Dongyuan. Lelaki itu tampak mengenakan satu set pakaian olahraga berwarna biru tua yang Zhu Haimei belikan. Satu set pakaian olahraga itu terdiri dari kaos lengan pendek dan celana panjang. Zhu Haimei baru sadar kalau suaminya memiliki tubuh yang tegap. Karena selama ini ia selalu melihat Shen Dongyuan memakai baju kamuflase, jadi ia tidak bisa melihat tubuh tegapnya. Zhu Haimei memiliki tiga kata yang bisa menggambarkan sosok Shen Dongyuan yang kini ada di hadapannya, yakni: Benar-benar tampan.

Zhu Haimei lalu berjalan di belakang Shen Dongyuan dalam diam. Ia merasa minder saat berjalan berdua dengan suaminya, karena merasa bahwa penampilan mereka sangatlah berbeda. Kalau tahu akan seperti ini, Zhu Haimei tidak akan mau pergi keluar bersama Shen Dongyuan. 

Saat mereka sampai di tempat pemberhentian bus, mereka bertemu dengan Zhong Yan. Wanita itu mengenakan gaun berwarna merah dan sandal hak tinggi, serta membawa sebuah tas kecil berwarna biru. Ketika Zhong Yan melihat mereka berdua mengobrol sambil tertawa, ia pun datang menghampiri mereka. "Apakah kalian pergi bersama?"

Zhu Haimei lalu tertawa dan berkata, "Ya, hari ini Dongyuan libur, jadi kami pergi ke kota bersama." Semakin sering kamu bertemu dengan musuhmu, maka kamu akan semakin hebat dalam mengahadapinya.

Zhong Yan juga tertawa dan berkata, "Kapten Shen dan Istrinya benar-benar pasangan yang sangat serasi, pasangan fenomenal."

Zhu Haimei hanya tersenyum lalu meraih lengan Shen Dongyuan. "Benar sekali, semua orang juga bilang begitu."

Pasangan fenomenal? Orang bodoh juga tahu kalau itu adalah sindiran bagi Zhu Haimei dan Shen Dongyuan.

Sebenarnya, sang pemilik tubuh asli memiliki postur tubuh yang tinggi, hanya saja ia terlalu gemuk. Ketika Zhu Haimei berdiri di hadapan Zhong Yan, ia terbukti lebih tinggi beberapa sentimeter daripada Zhong Yan. Namun, Zhu Haimei sudah terlanjur memiliki reputasi yang buruk.

Di sisi lain, Shen Dongyuan sebenarnya merasa tegang saat Zhu Haimei menggandeng lengannya, tetapi ia berhasil menguasai dirinya saat bus yang mereka tunggu telah tiba. Lelaki tersebut kemudian berkata, "Ayo pergi."

Sementara itu, Zhu Haimei juga menyadari perubahan sikap Shen Dongyuan saat ia menggandeng lengannya. Zhu Haimei menghela nafas dalam hati saat tahu bahwa ia harus naik bus yang sama dengan Zhong Yan. Sebenarnya, ia sangat enggan jika harus naik bus yang sama dengan Zhong Yan, tetapi ia tidak punya cara lain untuk menghindarinya.

Naik bus bersama Zhong Yan sudah seperti siksaan bagi seorang Zhu Haimei. Ia dan Shen Dongyuan duduk di belakang, sementara Zhong Yan duduk di depan mereka. Zhu Haimei duduk di dekat jendela bersama dengan Shen Dongyuan yang ada di sampingnya. Lelaki itu terlihat menundukkan kepala karena merasa canggung.

Zhu Haimei mengerti kenapa Zhong Yan selalu melihat ke belakang. Perempuan itu ingin melihat interaksi yang terjadi di antara Zhu Haimei dan Shen Dongyuan. Sementara itu, Zhu Haimei hanya bisa memaki dalam hati saat melihat kelakuan Zhong Yan. Ketika mereka turun dari bus, punggung Zhu Haimei sudah basah kuyup. Ia tidak tahu apakah itu karena panas atau gugup karena ada Shen Dongyuan di sampingnya, tetapi yang jelas, pergi berbelanja di cuaca yang panas seperti hari ini adalah sebuah keputusan yang salah.

Tampaknya tidak ada tempat selain pasar Jinjiang yang bisa dikunjungi di Kota Jiang. Mereka membeli perlengkapan rumah tangga, lalu berjalan ke sebuah toko pakaian. Setibanya di depan toko pakaian, Shen Dongyuan lalu berhenti dan menunjuk ke dalam toko untuk memberi isyarat pada Zhu haimei agar perempuan itu masuk ke dalam toko.

Mereka berdua pun masuk ke dalam toko tersebut, lalu Shen Dongyuan pergi ke bagian yang menjual kain. Ketika pegawai toko melihatnya, pegawai tersebut segera menghampirinya dan menjelaskan berbagai macam kain yang ada di sana.

Zhu Haimei pun mengikutinya, ia berpikir bahwa Shen Dongyuan mungkin akan membeli kain dan mengirimkannya kepada orang tuanya.

Lalu, tangan Shen Dongyuan berhenti pada kain putih yang mempunyai motif bunga kuning berukuran kecil di atasnya. Ia kemudian berkata, "Berapa meter kain yang dibutuhkan untuknya?"

Zhu Haimei langsung terkejut setelah mendengar ucapan Shen Dongyuan barusan. Apakah Shen Dongyuan membeli kain tersebut untuknya?

Si pegawai toko juga terkejut setelah mendengar ucapan barusan, apalagi saat ia melihat sosok Zhu Haimei. 'Rupanya mereka berdua datang bersama. Ya Tuhan, mereka sangat tidak serasi.' Ujar pegawai tersebut dalam hati. Ia kemudian menjawab pertanyaan Shen Dongyuan. "Untuk ukuran tubuh seperti dirinya, setidaknya membutuhkan satu meter kain."

Zhu Haimei memutar bola matanya karena merasa kesal setelah mendengar ucapan pegawai barusan. Saat ia ingin menarik Shen Dong menjauh dari tempat itu, tiba-tiba terdengar tangisan ketakutan di luar toko. "Tangkap dia, tangkap pencopet itu, tangkap pencopetnya." Lalu tiba-tiba Shen Dongyuan bergegas keluar dengan langkah besarnya.

Ketika Zhu Haimei hendak menyusul Shen Dongyuan, laki-laki itu sudah berlari begitu jauh demi mengejar pencopet tersebut. Saat Shen Dongyuan sudah semakin dekat dengan pencopet tersebut, ia tiba-tiba melompat dan menjegal pencopet itu dengan kaki kanannya hingga pencopet itu berteriak kesakitan. Pencopet itu lalu berbalik dan mengambil pisau yang ada di pinggangnya, kemudian menghampiri Shen Dongyuan.

Di sisi lain, Zhu Haimei tidak bisa menyaksikan apapun karena terlalu banyak orang yang berkerumun. Ketika ia berlari menghampiri kerumunan tersebut, pencopetnya sudah diinjak-injak oleh Shen Dongyuan. Lalu wanita paruh baya yang dicopet itu berterima kasih kepada Shen Dongyuan. Tidak jauh dari sana, ada beberapa polisi yang datang untuk menangkap pencopet yang sudah dibekuk oleh Shen Dongyuan.

Setelah itu, kerumunan orang tersebut pun perlahan-lahan membubarkan diri. "Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Zhu Haimei seraya menghampiri Shen Dongyuan yang lengan baju bagian atasnya sobek karena terkena pisau.

"Aku baik-baik saja." Jawab Shen Dongyuan sambil menarik lengan bajunya dan mengajak Zhu Haimei pergi.

"Tunggu sebentar." Cegah Zhu Haimei yang ingin melihat lengan baju Shen Dongyuan yang sobek.

Tetapi Shen Dongyuan menepis tangannya. "Apa yang ingin kamu lakukan?"

Zhu Haimei pun tak bisa menyentuh lengan Shen Dongyuan. Ia hanya ingin melihat apakah Shen Dongyuan terluka atau tidak, tetapi lelaki itu malah pergi meninggalkannya. Hati Zhu Haimei merasa begitu sedih saat melihat punggung Shen Dongyuan berjalan semakin jauh. Zhu Haimei hanya ingin menunjukkan kepeduliannya, tetapi Shen Dongyuan justru bersikap demikian.

Lalu, tiba-tiba ingatan dari sang pemilik tubuh asli terbesit di dalam pikiran Zhu Haimei. Ia kemudian tertawa pahit dan tidak menyalahkan sikap Shen Dongyuan barusan.

Zhu Haimei lalu bergegas mengikuti Shen Dongyuan dalam diam. Lelaki itu ternyata pergi ke toko pakaian yang lain. Setelah melihat sekeliling, ia menunjuk ke sebuah baju atasan bermotif bunga-bunga. "Pilihkan ukuran yang tepat untuknya."

Zhu Haimei pun tersenyum dan merasa tersipu setelah mendengar ucapan Shen Dongyuan barusan. Ternyata Shen Dongyuan benar-benar membelikan baju untuknya. Kemudian ia melihat senyum di wajah Shen Dongyuan, Zhu Haimei pun terkejut, ia pikir lelaki itu adalah pria tangguh yang tidak tahu bagaimana caranya tersenyum.

Zhu Haimei kemudian mengambil baju tersebut. Kini koleksi bajunya yang bermotif bunga pun bertambah satu lagi. Baju berupa atasan tersebut memiliki motif bunga osmanthus berwarna kuning muda. Bunga tersebut mengingatkannya pada sosok bibinya. Bibinya memiliki dua baju yang mirip dengan baju tersebut, namun benangnya sudah banyak yang keluar, dan kerutan di lengan bajunya juga tidak bisa rapi saat disetrika. Meskipun baju tersebut sudah tidak terlalu bagus, tetapi bibinya selalu tersenyum setiap kali melihat baju tersebut. Hal itu karena baju tersebut adalah pemberian dari paman yang dibeli dengan hasil bekerja keras di ladang. Bibinya sangat menyayangi baju tersebut.

Zhu Haimei lalu menggenggam baju tersebut dan menghela nafas lagi. Pegawai tokonya berkata, "Baju dengan model seperti ini sedang menjadi tren. Kamu bisa mencobanya."

Setelah Shen Dongyuan membayar baju tersebut, mereka berdua pun keluar dari toko. Lalu, tiba-tiba mereka mendengar suara 'klik'. Ternyata ada seorang gadis cantik yang mengenakan gaun berwarna putih seputih salju dan memegang kamera, sedang tersenyum pada Shen Dongyuan dan berkata, "Pahlawan, bolehkah kami mewawancarai mu sebentar?"

Shen Dongyuan tampak mengernyitkan keningnya setelah mendengar ucapan barusan. "Maaf, tapi aku tidak bersedia untuk diwawancarai." Jawab Shen Dongyuan lalu menarik Zhu Haimei untuk bergegas pergi.

Sementara itu, Guan Tongtong tampak berdiri tertegun dengan membawa kameranya setelah mendapat penolakan seperti barusan.

Keesokan harinya, Zhu Haimei membereskan barang dagangannya lalu bergegas pulang. Sesampainya di lantai tiga, ia bertemu dengan Chunlan. Perutnya belum terlihat membuncit meskipun sedang hamil. Begitu Chunlan melihat Zhu Haimei, ia lalu mengajaknya untuk datang ke rumahnya dengan ramah.

Akan tetapi Zhu Haimei merasa begitu lelah setelah berjualan, ia pun menolaknya dengan sopan. "Maaf, aku baru saja pulang dan sekujur tubuhku penuh dengan keringat. Aku akan pergi ke rumahmu saat ada waktu luang nanti."

Sebelum Zhu Haimei melangkah pergi, Chunlan segera menghentikannya dan berkata, "Datanglah dan main sebentar ke rumahku. Di rumahku juga sudah dipasang kipas angin, jadi di dalam sangat sejuk."

Ucapan tersebut tiba-tiba membuat Zhu Haimei tersadar bahwa Chunlan sengaja memintanya untuk datang karena alasan tertentu. Zhu Haimei pun segera berkata, "Wah, rumahmu ternyata juga sudah memasang kipas angin. Aku harus pergi untuk melihat seberapa besar ukuran kipas yang sudah kamu beli."

Chunlan tersenyum setelah mendapatkan respon yang ia inginkan. "Mari mari, di dalam sangat sejuk."

Setelah itu, Zhu Haimei pun masuk ke dalam rumah Chunlan. Di tengah-tengah ruang tamunya memang ada sebuah kipas putih berukuran besar yang tergantung di atapnya. Selain itu, ada satu set sofa dan juga sebuah meja teh. "Rumahmu sangat rapi." Kata Zhu Haimei.