Ye Yan bergegas masuk ke kamar. Gong Yuyao sedang berbaring dengan lemah di tempat tidur. Pandangannya yang kosong terus menatap ke arah pintu tanpa berkedip. Begitu melihat Ye Yan masuk, dia langsung berguling turun dari tempat tidur dengan sangat gembira dan berlari menerjangnya lalu memeluk pinggangnya dengan erat. Air matanya mengalir deras bagaikan arus sungai.
Ye Yan memeluknya dan mencium lembut helaian rambutnya, "Yuyao, maaf…"
Gong Yuyao terus menangis sambil menggelengkan kepalanya. Air matanya membasahi dada Ye Yan dan menembus hingga ke hatinya sehingga membuatnya sangat merasa bersalah.
Si Qin membujuknya dengan suara pelan, "Nona Gong, Tuan sudah pulang, makanlah sedikit. Anda tidak bisa terus kelaparan seperti ini, tubuhmu pada dasarnya sudah lemah."
"Bawa ke sini." Ye Yan membawa Gong Yuyao duduk di sofa. Pembantu membawa semangkuk bubur yang baru matang dan meletakkannya di atas meja di samping tempat tidur.
Ye Yan lalu memberi kode dengan tangannya, Si Hui dan pembantu itu pun keluar.
Ye Yan mengambil sehelai tisu dan menyeka air mata Gong Yuyao. Dia lalu berkata dengan lembut, "Mengapa menangis sampai seperti ini? Lipatan matamu sampai hilang."
Gong Yuyao tidak tertawa seperti biasanya mendengar gurauan Ye Yan, tetapi dia menatapnya dengan mata berkaca-kaca, lalu berbicara dengan bahasa isyarat, "Apa kamu benar-benar akan menikah dengan perempuan lain???"
"Yuyao, ini adalah kesalahpahaman, dengarkan aku…" Ye Yan hendak menjelaskan kepadanya, tetapi mendadak dia teringat sesuatu, "Bagaimana kamu bisa mengetahui tentang pernikahanku?"
Sebelumnya dia menyembunyikan rencana pernikahannya dengan Shen Ningruo dari Gong Yuyao. Kali ini dia juga tidak mengumumkan rencana pernikahannya dengan Lan Qianyu, bagaimana dia bisa tahu?
"Jangan pedulikan itu dulu, jawab dulu pertanyaanku." Gong Yuyao membuat gerakan bahasa isyarat dengan tangannya sambil menangis, "Benarkah kamu akan menikah dengan perempuan yang bernama Lan Qianyu karena dia telah mengandung anakmu?"
"Bahkan ini pun juga telah kamu ketahui?" Kening Ye Yan berkerut, "Apakah Xiao Han yang memberitahumu??"
Xiao Han pernah menyelamatkan Gong Yuyao sehingga gadis itu sangat mempercayainya seperti kakaknya sendiri. Saat Tuan Besar Ye membawa pergi Gong Yuyao dulu, Ye Yan meminta Xiao Han untuk menjaganya.
"Memang dia yang memberitahuku." Gong Yuyao mengakuinya, dia lalu berkata lagi, "Mengapa kamu menghindari pertanyaanku???"
"Aku bukannya menghindari pertanyaanmu, hanya…" Ye Yan dalam hati telah mempersiapkan penjelasan yang akan diberikannya kepada Gong Yuyao, tetapi saat ini mendadak dia tidak tahu bagaimana mengatakannya. Dia tidak yakin kalau gadis itu bisa memahami dan menerimanya.
Gong Yuyao menatapnya dengan pandangan kabur karena air mata sambil tetap menunggu jawabannya.
Setelah terdiam beberapa saat, Ye Yan berkata dengan wajah serius, "Tidak salah, aku memang akan menikah dengan Lan Qianyu, namun aku tidak mencintainya sama sekali. Tapi kakek terus memaksaku, apalagi dia juga sedang mengandung anakku. Aku benar-benar tidak punya cara lain…"
"Ah…" Gong Yuyao menjerit dan memotong perkataan Ye yan, lalu dia berdiri dengan terguncang dan hendak berlari keluar. Ye Yan bergegas memeluknya dari belakang dan membawanya kembali ke tempat tidur, "Yuyao, dengarkan perkataanku, dengarkan…"
"Ah ah…" Gong Yuyao tidak bisa berbicara, dia hanya bisa mengeluarkan suara tangisan sedih sambil tak hentinya menggeleng dan memberontak.
Ye Yan ingin menjelaskan, tetapi suaranya tenggelam di bawah suara tangisan Gong Yuyao. Di tengah ketidakberdayaannya, Ye Yan tiba-tiba menciumnya…
Gong Yuyao pun segera berhenti menangis lalu diam dengan pasrah di bawahnya. Ciumannya sangat lembut dan penuh perasaan, begitu berhati-hati seolah-olah dia takut menyakitinya.
Setelah beberapa saat, Ye Yan baru menghentikan ciuman hangatnya itu. Dia lalu memegang wajah Gong Yuyao dengan penuh kasih dan menyeka air matanya sambil berbicara, "Yuyao, aku melakukan semua ini demi dirimu. Kita memiliki hubungan darah, tidak bisa menikah dan mempunyai keturunan. Jadi aku harus mencari seseorang untuk dijadikan tameng. Dengan begitu kakek tidak akan menyulitkanmu, dan aku pun juga bisa bersama denganmu…"