"Hanya karena itu saja???" Tuan Besar Ye menatapnya tajam.
"Kenapa… melihatku seperti itu?" Ye Yan sedikit merasa bersalah. Sesungguhnya, saat itu hanya instingnya saja yang mendorongnya untuk melindungi Lan Qianyu, dia sama sekali tidak berpikir panjang. Dia mengatakan bahwa dia melakukannya karena Lan Qianyu sedang mengandung anaknya hanyalah sebuah alasan yang sengaja dibuatnya.
"Aku berharap tidak hanya itu saja alasanmu melindunginya." Tuan Besar Ye tersenyum penuh arti. Dia berharap Ye Yan dapat seperti orang-orang lainnya yang bisa menyukai seorang gadis secara normal. Asal bukan Gong Yuyao, siapapun boleh.
"Tuan Besar, Tuan Yan, Nyonya Leng sudah datang." Terdengar suara seorang anak buah dari luar.
"Persilakan dia masuk." Tuan Besar Ye menjawab.
Anak buah itu membuka pintu dan Leng Ruobing pun berjalan masuk. Dia melihat Ye Yan sekilas, lalu berbicara kepada Tuan Besar Ye dengan sopan, "Tuan Besar Ye, Anda sudah berjam-jam berada di pesawat, tentu sangat lelah. Aku sudah menyiapkan sebuah vila di tepi pantai, bagaimana kalau Anda beristirahat dulu di sana?"
"Tidak usah terburu-buru. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Tuan Besar Ye menatapnya sambil tersenyum, "Aku ingin bertanya mengenai pendapatmu tentang hubungan Ye Yan dengan kedua putrimu."
Leng Ruobing tertawa datar, "Sebenarnya aku ingin berbicara empat mata dengan Ye Yan mengenai masalah ini. Tetapi karena ternyata Anda sudah mengetahuinya dan juga bermaksud untuk ikut campur tangan, maka bagus juga kalau kita bicarakan bersama-sama." Leng Ruobing mengalihkan pandangannya kepada Ye Yan dan berbicara dengan nada dingin, "Qianyu tidak melakukannya dengan sukarela kan?"
"Apa dia mengatakan kepadamu… kalau aku memperkosanya?" Ye Yan tersenyum santai seakan-akan dia sedang membicarakan sesuatu yang tidak penting.
"Tolong serius sedikit." Wajah Leng Ruobing terlihat sangat muram.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tuan Besar Ye mengerutkan keningnya dan menatap Ye Yan dengan sorot mata tajam, "Aku mendapat kabar kalau kamu menghamili seorang gadis, tapi aku tidak tahu masih ada cerita lain di baliknya. Jelaskan dengan jujur kepadaku!"
"Iya, dia tidak melakukannya… dengan sukarela!" Ye Yan hanya berbicara singkat saja, jawabannya itu pun terdengar santai.
"Jadi, kamu benar-benar memperkosanya?" Wajah Leng Ruobing menjadi kelabu karena marah.
"Kamu boleh… menganggapnya begitu." Ye Yan berkata dengan acuh tak acuh.
"Kurang ajar!" Tuan Besar Ye mendadak berdiri, "Kau benar-benar keterlaluan, bagaimana bisa kau melakukan perbuatan tidak bermoral seperti itu?"
Leng Ruobing mengepalkan pergelangan tangannya dan menekan api amarah yang berkobar di dadanya. Dia berusaha bertanya dengan tenang, "Mengapa kau melakukannya? Mengapa kau harus menyakiti Qianyu?"
Ye Yan menatapnya dalam-dalam lalu menjawab dengan sungguh-sungguh, "Aku menyukainya, malam itu… aku tidak bisa menahan diri."
Dia tidak akan secepat itu mengatakan kepada Leng Ruobing tujuannya yang sebenarnya. Cintanya kepada Gong Yuyao adalah suatu hal yang tabu bagi keluarga Ye sehingga orang luar tidak ada yang mengetahuinya. Leng Ruobing juga tidak mengetahuinya, dengan demikian dia pun juga tidak mungkin mengaitkan semua yang telah terjadi ini dengan sebuah peristiwa di masa lalu.
"Tapi kau akan segera menikah dengan Ningruo…" Leng Ruobing menjadi sedikit emosi, "Kau hanya pernah bertemu satu kali saja dengan Qianyu, bagaimana kau bisa menyukainya? Apa kau bukan hanya sedang mencari-cari alasan saja?"
Mata Ye Yan memancarkan sinar dingin. Tepat pada saat dia hendak mengamuk, tiba-tiba dilihatnya sebuah bayangan tubuh seseorang yang dikenalnya sedang berdiri di luar pintu kamar yang sedikit terbuka. Dia pun dengan sengaja berkata dengan penuh perasaan…
"Kakek yang mengatur… pernikahanku… dengan Ningruo. Aku tidak mempunyai perasaan apa-apa kepadanya, aku menerimanya… karena terpaksa. Aku dan Qianyu… bukan baru bertemu sekali saja, kami sebelumnya… sudah saling mengenal. Lebih dari sebulan… sebelumnya, aku diserang gangster… di Hotel Crown Prince. Secara tidak sengaja… dia terlibat di dalam keributan itu, dan dia bersama-sama denganku… lolos dari maut. Kami melewati malam itu… dengan sehidup semati. Lalu dia… dengan tidak memedulikan nyawanya… menggunakan dirinya sebagai tameng untukku… sehingga dia tertembak. Aku sangat terharu, sejak saat itu… aku… jatuh cinta kepadanya."