Qiao Qing dan Shen Xin pergi keluar. Lan Qianyu mandi, makan sedikit, lalu tidur. Pikirannya kacau, sebentar dia memikirkan Ye Yan, sebentar Xiao Qi, dan sebentar kemudian memikirkan Xiao Han…
Wajah tiga orang dengan tiga ekspresi yang berbeda tak hentinya muncul di pikirannya, kepalanya menjadi sakit seperti akan terbelah dua, perasaannya pun sangat bingung dan kacau.
Tiba-tiba dari luar terdengar suara bel pintu berbunyi. Lan Qianyu membenamkan dirinya semakin dalam ke balik selimut dan tidak ingin memedulikannya, tetapi suara bel itu tidak juga berhenti. Dia pun terpaksa bangun dan pergi membuka pintu.
Xiao Qi berdiri di luar sambil membawa dua kantong besar berisi makanan enak, dia lalu berkata dengan wajah yang dipenuhi senyuman, "Qianyu, siang tadi kamu hanya makan sedikit, jadi aku membelikanmu makanan."
"Bukankah kamu tadi sudah pulang?" Lan Qianyu menyuruhnya masuk lalu menutup pintu.
"Di tengah jalan tadi Mami meneleponku dan mengatakan ada sedikit hal yang harus diselesaikan, jadi aku kembali lagi." Xiao Qi mengatur makanan itu di atas meja makan, "Aku membelikan bubur ikan, sup ayam dan angsa panggang kesukaanmu…"
"Aku sudah makan, kamu saja yang makan." Lan Qianyu berjalan menuju ke kamarnya, "Aku mengantuk, mau tidur. Kamu urus sendiri ya, jangan lupa tutup pintunya ketika kamu pergi nanti."
"Qianyu…" Xiao Qi bergegas mengikutinya. Lan Qianyu hampir menutup pintu ketika Xiao Qi menahannya. Dia hendak mengatakan sesuatu namun ragu-ragu, "Aku…"
"Ada apa?" Lan Qianyu menatapnya sambil mengerutkan kening, "Kalau ada sesuatu katakan saja, kamu sendiri tahu aku suka terus terang dan tidak suka berputar-putar dalam berbicara."
Xiao Qi menggigit bibirnya, lalu dia menggenggam tangan Lan Qianyu dan memohon dengan suara pelan, "Qianyu, bantulah aku, bantu aku ya?"
"Membantumu apa?" Lan Qianyu bertanya dengan kebingungan.
Xiao Qi menundukkan kepalanya dan berkata dengan nada putus asa, "Kamu sudah tahu kalau perusahaan keluarga Xiao hampir bangkrut, Daddy dan Mami setiap hari menekanku, aku hampir gila rasanya…"
Xiao Qi mengatakan kesulitannya, namun Lan Qianyu tidak memahami kata-kata yang diucapkannya belakangan. Dia mengira Xiao Qi panik karena khawatir kalau hubungan cinta lamanya dengan Xiao Han akan mengacaukan pernikahan mereka, tapi Lan Qianyu sama sekali tidak menyangka Xiao Qi akan mengatakan hal lainnya.
Sebenarnya Lan Qianyu sudah lama menduga kalau Xiao Qi akan meminta bantuan kepadanya. Ibu Xiao Qi, Zhu Min, adalah seorang munafik yang bermulut manis, senyumannya tidak tulus dan juga egois. Dia pernah menemui Lan Qianyu secara diam-diam dan dengan penuh basa-basi memintanya untuk mencari Leng Ruobing agar dia mau memberikan dana kepada perusahaan keluarga Xiao. Lan Qianyu menolaknya, bahkan dia sangat tidak menyukai ide itu dan meminta Zhu Min untuk tidak membahasnya lagi.
Zhu Min terpaksa mengiyakan, namun diam-diam dia masih selalu memaksa Xiao Qi untuk meminta Lan Qianyu melakukannya. Xiao Qi selalu menuruti perkataan Zhu Min, tetapi dia lebih sayang kepada Lan Qianyu. Mempertimbangkan perasaan Lan Qianyu, Xiao Qi selalu menunda permohonannya itu. Namun sekarang Xiao Han telah kembali, dia sangat kebingungan sehingga tidak peduli akan apapun lagi.
Beberapa saat kemudian, Xiao Qi akhirnya mengatakan semuanya kepada Lan Qianyu. Dia menatapnya dengan wajah menyedihkan, "Qianyu, aku tahu sebagai seorang pria seharusnya aku tidak mengajukan permohonan seperti ini kepadamu. Mami terus saja mendesakku, tetapi setiap kali aku selalu membatalkan niatku itu. Kamu tahu aku tidak suka memohon kepada orang lain. Aku lebih rela kalau aku sendiri yang sibuk kesana kemari dan diabaikan orang di luar daripada menyulitkanmu. Tapi sekarang sudah tidak ada jalan lagi, aku benar-benar tidak punya cara lain dan hanya bisa meminta pertolonganmu. Bantulah aku ya? Ya?"
Melihat Xiao Qi seperti ini, Lan Qianyu mau tidak mau merasa sedikit kasihan. Dia lalu menasihatinya dengan berat hati, "Xiao Qi, sebenarnya masalah pada perusahaan keluarga Xiao bukan baru terjadi dalam sehari dua hari saja, walaupun kamu mendapatkan suntikan dana, memangnya bisa bertahan berapa lama? Bagaimana kalau nanti ada masalah lagi? Bagaimana caramu mengatasinya? Kamu masih sangat muda, semestinya kamu belajar lagi mengenai bisnis dan tidak seharusnya menuruti Mami yang menyuruhmu langsung mengurus perusahaan begitu lulus kuliah. Kamu hanya memiliki niat tetapi tidak memiliki kemampuan, hal itu tentu saja akan menyulitkanmu. Masalah pun tidak mendapat penyelesaian…"