Austin mengemudikan mobil ke sebuah padang rumput yang indah. Pemandangan indah itu memperlihatkan hembusan angin di rerumputan, ada kambing, domba, juga ada hamparan bunga tulip yang tiada habisnya.
Austin menarik Fey keluar dari mobil dan berlari di padang rumput tak berujung, menyambut angin yang sejuk dan menghirup udara segar. Suasana hatinya sangat baik.
Fey agak linglung. Sepertinya pria di sampingnya ini hanyalah seorang anak kecil yang terluka. Sesungguhnya, Austin juga memiliki hati yang murni. Hanya saja kesedihan menusuk hatinya terlalu dalam sehingga membuatnya lebih menderita daripada mati. Jiwanya kosong, jadi dia selalu memprovokasi dirinya sendiri dengan menyakiti orang lain. Maka dia pun melakukan terlalu banyak kesalahan, lagi dan lagi…
"Mengapa memandangku seperti itu?" Austin tiba-tiba bertanya kepadanya.