Wen Mo menghela nafas beberapa saat, kemudian memberikan pernyataan, "Aku memberimu kompensasi."
Ucapannya tidak memiliki makna yang mendalam dalam hal ini. Meskipun hubungannya dengan Wen Mo akan membawa beberapa keuntungan baginya, tetapi rumor dan gosip tidak bisa dihindari dan perlu adanya kompensasi untuk mengimbangi situasi.
Ekspresi wajah Chi Wan tiba-tiba berubah.
Chi Wan telah mendengar begitu banyak rumor tentangnya, sehingga ia bereaksi dengan sangat reflek.
[Xiao Wan, aku tidak akan pernah membiarkanmu tidur denganku. Aku akan memberikan kompensasi kepadamu!]
(Xiao Wan adalah panggilan kesayangan Chi Wan)
Chi Wan benar-benar bosan dengan kata-kata semacam itu.
"Berhenti."
Ekspresinya dingin, dan ia juga berbicara dengan nada yang sangat tegas dan acuh tak acuh, dengan ekspresinya yang sekarang membuat orang yang melihatnya menjadi takut.
Qin Yu kaget, terlihat dalam cermin, ekspresi matanya sepertinya sangat terkejut. Bahkan dia mendadak menginjak rem secara tidak sadar!?
Chi Wan menarik pintu dan meninggalkan mobil tanpa ragu-ragu, sambil berkata, "Tuan Wen, kompensasi anda, saya tidak membutuhkannya!"
Selesai bicara, ia dengan memakai sepatu hak tingginya pergi tanpa pamit.
Pandangan Wen Mo yang ramah, sedikit mengungkapkan keanehan.
Apa yang dia katakan salah?
"Tuan Muda, kamu berbaik hati membantunya, tapi apa yang telah ia lakukan kepadamu?"
Ekspresi Qin Yu dengan jelas menunjukkan ia masih terkejut dengan apa yang dilakukan Chi Wan.
Dunia hiburan ini begitu rumit dan membingungkan.
Ada rahasia besar yang ditutupi oleh Tuan Muda Wen Mo, dan Chi Wan tidak perlu mengkhawatirkannya.
Chi Wan tidak hanya menolak, tetapi ia juga diejek. Mengejek?
Pembohong!
Berbakat ya jadi pembohong! Suka berbohong!
Mata Wen Mo menatap sosok langsing dengan pudar kemudian matanya berkedip.
Apakah dia membenci orang kaya?
Chi Wan tidak sadar bahwa ia telah memberikan persepsi yang buruk pada orang lain tentang dirinya. Hanya karena perkataan Wen Mo, Chi Wan secara reflek kembali teringat tentang kejadian kemarin malam. Wen Mo kira bahwa Chi Wan ingin membuat kesepakatan mengenai kompensasi atas hilangnya harga dirinya yang telah ia jaga selama ini.
Setelah ia turun dari mobil, sebenarnya ia sangat menyesalinya.
Baiklah, jalan ini tidak lagi jauh…..
Tapi ia sangat mengerti, emosinya membuat dirinya seakan-akan ingin mati!
Ia dengan enggan menoleh dan kembali kepada pria itu. Dengan langkah kaki yang mulai berat karena sudah terlalu lelah, ia melangkahkan kakinya menyusuri sepanjang jalan. Ia takut orang-orang akan mengenalinya dan dengan sengaja mengotori wajahnya dengan kotoran.
Ia sudah menunggu sangat lama, menunggu hingga ada taksi tiba. Ketika Chi Wan menaiki taksi ia tidak memperhatikan sudah berapa jauh jarak yang ia tempuh, ia hanya mengikuti bentley hitamnya namun kemudian ia mengubah arahnya setelah melihatnya dari kaca.
Chi Wan sebelum pergi ke hotel yang kemarin. Ketika petugas kebersihan sedang bersih-bersih di kamar tersebut, Chi Wan menyelinap masuk sambil mengeluarkan ponsel, dompet dan beberapa benda.
Ketika keluar pintu, ia mendengar dua orang bibi petugas kebersihan membawa tumpukan sprei kotor sedang mengobrol.
"Eh, ketika aku baru saja membersihkan kamar, aku melihat darah di seprai! Jaman sekarang, masih ada yang masih perawan, benar-benar hal langka!"
"Iyakah? Kamar yang mana!"
"1818, sepertinya aku ingat kamar yang itu."
Chi Wan berhenti, 1818.....
Itu bukan lah kamar tempat Wen Mo menginap....
Benar saja, dia dan Wen Er Shao itu, telah melakukan semuanya....
Chi Wan berdiri pucat dan terlihat linglung. Ia mengenakan kacamata hitam dengan perlahan kemudian pergi.
"Hei? Sprei 1818 tidak ada disini, kamu lihat di bagian atasnya ada nomor yang di bordir!"
"sepertinya aku sudah salah melihat…."
Chi Wan sudah berjalan jauh, ia belum mendengar percakapan mereka yang terakhir. Dia menghentikan taksi dan kembali ke apartemennya.
Langit sudah malam, Chi Wan bersantai di sofa dan meringkukkan tubuhnya dengan perlahan.
Ini adalah apartemen kecil berukuran kurang dari 70 meter persegi. Ia membeli dua kamar apartemen, satunya di pusat kota tempat bibinya tinggal, tetapi Ia jarang pulang ke sana.
Sebuah kamar yang tenang, cukup intensif, ketika hatinya tidak tenang atau ketika ia menghadapi masalah ia biasanya pergi ke sini. bersembunyi dan menyendiri di tempat ini.