"Kelihatannya benda ini sangat mahal, aku tidak bisa menerimanya!" kata Shia Tang dengan cepat, ia bisa melihat dari kotaknya saja bahwa benda itu sudah terlihat mahal. Ia dengan cepat menolak pemberian itu dengan lembut.
"Shia, bagaimana jika ini kuberikan sebagai hadiah ulang tahunmu? Meskipun sudah terlambat dua bulan, tapi apakah kamu masih menolak hadiahku ini?" tanya Ethan Gu sambil tersenyum lembut, ia merasa sedikit khawatir jika Shia Tang tidak mau menerima hadiahnya itu.
Sebenarnya Ethan Gu sudah tahu hari ulang tahun Shia Tang dari catatan medis, ia juga dengan hati-hati memilih hadiah untuk Shia Tang sehari sebelum ulang tahunnya untuk diberikan kepadanya. Namun, tidak disangka kalau kejadian itu terjadi. Setelah itu, Ethan Gu merasa bahwa jika hadiah itu sudah tidak lagi cocok untuk diberikan kepada Shia Tang. Kali ini, secara tidak sengaja ia melihat benda ini di luar negeri, tanpa pikir panjang ia langsung membelinya. Ia tahu, karena Shia Tang akan menyukainya.
"Senior, aku... baiklah, terima kasih!" kata Shia Tang sambil tidak bisa menolak lagi, ia hanya bisa menerimanya dengan keberanian, namun tetap sedikit canggung.
"Cepat buka dan lihatlah! Lalu, jangan panggil aku senior lagi, ya!" kata Ethan Gu sambil menunjukkan wajah memohon, ia akan menuntut jika Shia Tang menolak permintannya, dan juga akan memarahinya.
"Lalu dipanggil apa? Tuan Gu?" Shia Tang menoleh sambil mengajukan pertanyaan serius.
"Shia, apa kamu baru kenal denganku? Panggil Ethan saja, itu sudah sangat normal, bukankah begitu?" kata Ethan Gu yang langsung mengerutkan keningnya.
Kalau aku tidak memanggil Ethan dengan namanya saja, berarti secara tidak langsung aku setuju kalau diriku ini tidak normal? Jadi aku harus memanggilnya Ethan supaya bisa terlihat seperti orang normal? Baiklah, lagipula aku hanya memanggil namanya, seperti yang lainnya juga. Bukankah itu sungguh normal kan? Kata Shia Tang dalam hati.
"Baiklah kalau begitu, Ethan…" Ia mencoba memanggil nama kecil Ethan Gu, lalu saat sampai di depan mobil ia membuka hadiah yang diberikan Ethan Gu untuknya. Tatapan mata Ethan Gu terlihat membara, penuh dengan kehangatan ketika Shia Tang mengucapkan kata 'Ethan' yang keluar dari mulutnya.
Hadiah itu pelan-pelan dibuka. Shia Tang terlihat sangat tenang, ia tidak terkejut sama sekali dan tetap membuka hadiah tersebut secara teratur. Baru setelah melihat apa yang ada di dalamnya, ia mengeluarkan ekspresi yang luar biasa, "Ya Tuhan! Cantik sekali!" katanya kemudian.
Benda itu adalah sebuah bola kristal, ada sebuah piano di dalamnya, dan di depan piano tersebut duduk seorang perempuan. Jari-jari perempuan di piano itu terlihat sedang bergerak memegang tuts piano, bisa dilihat jika di sana seperti sedang berlangsung sebuah pertunjukan.
Pertunjukan piano dengan pemain solo itu terbuat dari mineral kristal putih yang terlihat berkilauan di malam hari, putihnya seperti salju, seolah-olah gadis kecil yang bermain piano itu benar-benar hidup, dan seperti sedang mendengarkan melodi surga sedang bergema dalam waktu yang lama.
Shia Tang melihat hadiah di telapak tangannya itu sambil menangis, lalu dia berkata, "Senior ..."
"Salah panggil lagi!" kata Ethan Gu sambil mengambil langkah maju, mengoreksi perkataan Shia Tang.
"Maaf aku sudah kebiasaan!" jawab Shia Tang sambil mendongak dan tertawa. "Aku sangat menyukai hadiah ini. Terima kasih. Terima kasih karena sudah begitu memperhatikanku," katanya lagi.
"Aku tahu, bahwa piano adalah mimpi terindah dalam hidupmu. Aku sudah bilang benda ini adalah kesukaanmu. Piano yang sesungguhnya pun juga, entah mengapa mereka bisa terlihat hidup ketika kamu yang menyentuh piano itu dan hadiah dariku ini.." Ethan Gu berkata sambil memuji Shia Tang.
"Kamu terlalu berlebihan menilaiku. Aku tidak sehebat itu padahal." Ketika membahas tentang piano favoritnya, seluruh tubuh Shia Tang terlihat seperti bersinar.
"Di mataku, tidak ada yang lebih cocok dengan piano selain kamu. Kamu terlihat tidak sempurna tanpa piano!" kata Ethan Gu sambil memegang bahu Shia Tang. "Shia, aku tahu kamu masih bisa memainkan piano. Kenapa kamu harus menyerah?" tanyanya kemudian.
Shia Tang yang saat ini sedang melihat bola kristal itu di cahaya malam, terlihat sedang berpura-pura lega, lalu ia berkata, "Karena, piano hidup di dalam hatiku!" Lalu ia membatin, Terkadang antara menyerah dan tidak menyerah bukan diriku sendiri yang akan memilihnya.
"Shia, berjanjilah padaku, jika kamu punya kesempatan, kamu harus kembali tampil, oke?" kata Ethan Gu dengan tulus berharap untuk Shia Tang.
Shia Tang memandang Ethan Gu dengan penuh rasa syukur karena sudah bisa mengenalnya, kemudian ia berkata, "Ya, aku janji!"
Ethan Gu dapat melihat penderitaan dan rasa sakit di dalam hati Shia Tang dengan jelas. Tapi, reaksi atas tindakannya lebih cepat daripada pikirannya saat ini, ia langsung membawa Shia Tang kedalam dekapannya, hal itu murni hanya untuk menghibur Shia Tang.
Pelukan Ethan Gu yang tiba-tiba itu membuat Shia Tang membeku di dalam rengkuhan bahunya. Lalu ia berpikir, seperti ada sesuatu yang salah atas tindakannya ini.
Tiba-tiba, cahaya terang dari jauh datang mendekat dan menyilaukan, kemudian, terdengar suara klakson berbunyi...