"Bryan, kamu juga tidak tega melihat mama terus menderita. Jadi, Bryan kembali ke sisi mama, benar kan? Terima kasih, terima kasih Bryan bersedia kembali ke sisi mama..."
Jika diperhatikan baik-baik, alis milik Bryan benar-benar terlihat mirip seperti milik ayahnya. Tapi garis besar wajahnya lebih mirip ibunya, begitu halus dan indah, tetapi tidak akan membuat orang lain berpikir anak ini adalah anak perempuan. Karena ia memiliki sepasang mata yang sama heroiknya dengan ayahnya.
Shia Tang tinggal di kamar putranya untuk waktu yang lama, sampai ia tersadar kakinya mati rasa dan ia baru mau meninggalkan kamar untuk berjalan-jalan.
Rumah ini sedikit kosong, tapi tidak membuat Shia Tang merasa asing. Karena rumah ini hampir sama dekorasinya dengan rumah yang ada di Tiongkok. Rumah yang pernah menjadi impiannya. Hanya saja, lampu dinding di sepanjang jalan yang menyala di rumah. Tidak cocok untuk rumah terlalu terang di malam hari.