Setelah mendengar pernyataan dari Shia Tang, Yami langsung mengomentarinya, "Kafe ya, apa baik jika istri seorang presdir grup Li membuka kafe? Jika tidak hati-hati bisa terendus media massa, itu tidak hanya akan merusak reputasi perusahaan, bahkan kepribadian suamimu pun akan ditanyakan!" tanpa ia sadar menganalisis apa yang sudah dilakukan Shia Tang.
Wajah Shia Tang menjadi suram, lalu ia menjawab dengan acuh tak acuh, "Suamiku tidak mengatakan apapun, aku pikir mungkin tidak akan ada masalah."
"Aku harap juga begitu! Tetapi terakhir kali aku mendengar kasusmu yang berpura-pura sakit yang kebetulan dimuat di media massa, langsung membuat saham grup Li merosot tajam! Aku sarankan kamu, untuk memperhatikan baik-baik apapun yang akan kamu lakukan!" Setelah selesai berbicara, Yami pergi dengan pinggul yang bergoyang.
Wajah Shia Tang memucat. Wanita itu bahkan tahu tentangku yang berpura-pura sakit. Apakah Billy Li benar-benar percaya pada wanita itu? Apakah mereka berdua menertawakanku ketika mereka bersama? Tanyanya dalam hati.
"Yami, kamu tidak seharusnya memprovokasi Nyonya!" kata Steve yang sedang menunggu di mobil luar. Begitu melihat Yami masuk kedalam mobil, ia langsung memperingatkan wanita itu.
"Jika sedikit provokasi seperti ini saja dia sudah tidak tahan, bagaimana mungkin dia pantas menjadi wanita dari Bos kelompok 'Bayangan'?" Yami menjawab dengan sedikit tertawa.
"Yami, apa kamu ini..." Menyukai Bos? Steve hanya bisa melanjutkan kata-katanya dalam hati, lalu ia hanya bisa mencengkeram setir mobilnya semakin kencang.
"Aku apa?" Yami bertanya.
"Tidak ada." kata Steve sambil menyalakan mesin mobil lalu pergi, "Meskipun Nyonya telah menikah dengan Bos, hubungan perasaan mereka masih tidak stabil. Nyonya berasal dari keluarga Tang, jika Nyonya memberi tahu tentangmu kepada kakak keduanya, kamu akan berakhir, lain kali kamu harus lebih terkendali!" katanya untuk memperingatkan Yami.
"Heh! Mulai sekarang Kak Billy tidak takut untuk membiarkan Nyonya tahu, secara alami pasti akan ada jalan untuk menghadapinya. Aku yakin Kak Billy tidak akan membiarkanku terkena masalah." Yami dengan percaya diri mengatakan itu semua, di dalam hatinya, rasa kagumnya kepada Billy Li semakin hari semakin bertambah.
Mata Steve menggelap, ia tidak mengatakan apapun lagi. Ia hanya berharap semoga Shia Tang tidak balas dendam dengan Yami.
Shia Tang menyaksikan mobil Steve pergi dan hendak berjalan menuruni bukit untuk memanggil taksi, tiba-tiba ponselnya berdering di dalam tasnya.
"Shia, apa kamu tidak menelpon nomor yang aku berikan padamu?" Di dalam ponsel itu terdengar suara berat pria yang bernama Kris Tang.
"... Belum, aku masih tidak punya waktu." jawab Shia Tang. Apanya yang tidak punya waktu, sudah beberapa kali aku mengetikkan nomor itu di ponsel. Tapi, dari awal sampai akhir aku tidak berani menekan tombol telepon. aku hanya takut jika sudah terhubung dengan nomor telepon itu, aku malah akan menelan pahitnya rasa kecewa. Batinnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Shia Tang sudah mengalami terlalu banyak kejadian. Dibandingkan dengan yang dulu, ia yang sekarang terlihat lebih transparan. Bahkan saudaranya sendiri telah menipunya, bahkan untuk ayahnya yang acuh tak acuh pada putrinya sendiri. Shia Tang yang sekarang sudah tidak seperti dulu lagi, yang dulu juga memiliki harapan yang besar kepada ayahnya.
"Pantas saja." kata Kris Tang menanggapinya.
"Apa yang terjadi dengan ayahku?" Nada bicara Kris Tang membuat Shia Tang bertanya sambil memegang erat ponselnya.
"Keluarlah, aku akan memberitahumu secara langsung." jawab Kris Tang sekaligus memerintahkan Shia Tang.
"Hmm" kata Shia Tang, lalu menutup telepon dengan wajah serius, masalah ini terlihat mendesak. Ia langsung menyuruh sopir mansion untuk mengantarkannya pergi.
Ketika Shia Tang tiba di rumah teh dekat mansion keluarga Tang, Kris Tang mengatakan kepada Shia Tang dengan sungguh-sungguh, apa yang sebenarnya terjadi dengan keadaan ayahnya sekarang.
"Ada kerusuhan di Afrika Selatan, tepat di tempat ayahmu. Lalu ayahmu… dia menghilang!" katanya menjelaskan pada Shia Tang.
Shia Tang yang mendengar itu, merasa seluruh tubuhnya terasa kosong, ia langsung terkulai lemas di tempat duduknya. "Bagaimana itu bisa terjadi?" tanyanya.
"Jangan khawatir. Pamanmu sudah mengirim seseorang untuk mencari ayahmu, aku pasti akan menemukannya!" kata Kris Tang menenangkan Shia Tang dengan lembut.
"Kakak kedua, aku ingin pergi! Bisakah kamu mengirimku ke sana?" tanya Shia Tang, kemudian meraih tangan Kris Tang untuk memohon. Bagaimanapun pria yang menghilang itu juga ayahnya. Darah lebih kental dari air.
"Paman berkata, kalau kamu harus tetap tinggal. Jika ada informasi aku akan langsung memberitahumu. Ia berkata seperti ini juga untuk kebaikanmu. Jika waktu seperti ini kamu malah pergi ke sana, bukankah itu cari mati namanya?" kata Kris Tang menyarankan...