Xia Wanan bicara dengan nyaring, namun suaranya tidak mengandung penekanan kuat. Hanya saja, auranya membuat orang lain merasa tak berdaya.
Para wartawan di setiap sudut venue menundukkan kepala satu per satu.
Setelah Xia Wanan selesai bicara, suasana di tempat kejadian begitu sunyi. Sangat sunyi hingga suara jarum jatuh ke lantai saja bisa terdengar.
Menit demi menit telah berlalu, tiba-tiba ada yang bicara, tidak tahu siapa, "Maaf."
Kata maaf seperti sebuah lampu radio yang menyalakan suara lainnya. Kemudian terdengar semakin banyak permintaan maaf dari semua orang di dalam venue.
"Maaf, Maaf, Maaf..."
Air mata Qin Shujian terjatuh mendengar permintaan maaf dari mereka.
Selama bertahun-tahun, dialah yang selalu meminta maaf, hingga kata 'maaf' bagi dirinya sudah seperti mantra.
Qin Shujian tidak pernah membayangkan kalau suatu hari akan mendengar permintaan maaf dari orang lain.