"Jadi, sukses?
"Begitulah... Rangga menerima pernyataan cinta Irina. Dengan begitu, semuanya senang."
Dua sosok yang saling berbicara tidak saling bertatapan. Belakang gedung kelas yang sepi dimanfaatkan oleh kedua sosok itu untuk mendiskusikan apa yang baru saja terjadi. Yah, topik mereka mengenai Irina dan Rangga yang akhirnya resmi berpacaran.
"Semuanya senang ya... Irina berhasil menjadi pacar Rangga, aku yang tidak begitu tertarik dengan Rangga mendapat kedamaian karena tidak lagi terus ditatap oleh dirinya, Rangga... memperoleh Irina sebagai ganti dari diriku rasanya tidak begitu masalah, jadi rangga juga untung. Tapi bagaimana dengan kau sendiri, Tito? Aku tidak yakin peristiwa ini memberikan keuntungan bagimu."
Sosok bersuara feminim, yang sedang jongkok sambil mengelus ibu kucing yang sedang menjilati anak-anaknya yang menyusu menanyai siswa lelaki yang bersandar ditembok, membelakangi mereka diri siswa perempuan ini. Siswa lelaki itu adalah Tito yang tidak lain adalah sahabat Rangga, sementara sosok siswa perempuan yang asik mengelus induk kucing adalah Rika.
Ya... mereka berdua sebenarnya bersekongkol. Mereka punya kepentingan masing-masing yang menginginkan Rangga dan Irina menjadi pasangan kekasih.
"Tentu saja tujuanku tercapai, Rangga dan irina itu sahabatku. Aku tahu Irina menyukai Rangga, dan kau pasti bisa merasakan sendiri tatapan cemburu Irina ketika Rangga memperhatikan dirimu."
"Ah... ya, meskipun aku tidak memperhatikan secara langsung Irina yang ada disebelahku, aku bisa merasakan tatapannya yang rada... gimana yah, pokoknya kayak ada aura panas gitu."
"Wow... nda salah tuh intuisi mu? Kau kedengaran seperti manusia super."
"Berisik..."
Rika menjawab jutek mendengar pernyataan Tito yang kedengaran seperti menggodanya.
"Terus? Kau masih belum menjelaskan apa untungnya bagimu dengan melakukan mak comblang kayak gitu?"
"Kan sudah aku bilangin, karena aku ingin mereka bersama. Rangga juga pada akhirnya tidak keberatan kan menerima Irina, sementara kau sendiri tidak merasa enakan dengan Rangga... kau sendiri yang bilang kalau kau merasa terusik menerima perhatian dari rangga."
"Ya, kau benar... Rangga adalah anak yang baik, tapi aku sama sekali tidak memiliki rasa dengannya, sehingga aku merasa terusik jika mendapat perhatian berlebih dari dirinya, tunggu dulu, kau masih belum menjawab pertanyaanku!"
Rika, berbalik menatap punggung Tito yang terlihat dibalik tembok. Dipelukannya terdapat anak kucing yang diijinkan oleh induknya agar Rika bisa peluk.
"Kan sudah tadi kubilang, karena aku ingin mereka bersama."
"Aku tidak bisa percaya begitu saja. Kepentingan Irina telah terpenuhi begitu Rangga menerima pernyataan cinta Irina, Rangga tidak lagi tertarik denganku karena telah memiliki Irina, Aku tidak terusik lagi karena Rangga tidak lagi memberikanku perhatian... nah kau? sekedar ingin melihat Rangga dan Irina bersama? Aku rasa kau sama sekali tidak mendapatkan keuntungan secara langsung."
"Keras kepala amat sih kamu."
Suara menghela nafas Tito terdengar.
"Terserah kamu, intuisiku mengatakan kalau kau punya agenda lain."
"Gitu yah... tapi mau gimana lagi, gini... kalau seandainya Rangga tidak jadian dengan Irina, maka kau terus diusik oleh Rangga, Irina menjadi jengkel dengan dirimu."
"... jadi gosip itu benar yah."
"Yap... Irina waktu SMP sempat jadi anak badung, ia bahkan pernah jadi salah satu peserta tawuran waktu itu, Irina ada di barisan terdepan bersama akunya saat sekolah SMP kami lalu diserang anak sekolah seberang."
"... kau ini ternyata anak nakal ya?"
"Itu dulu, sekarang tidak, aku sudah tidak tertarik lagi dengan hal tidak berguna seperti itu, Irina juga tidak mau lagi berada di dunia itu. karena khawatir kalau Rangga mendengar kabar mengenai keganasan dirinya waktu itu."
"... wow."
Rika takjub dengan sisi yang tidak terdengar dari anak pemalu seperti Irina itu... dia juga tidak menyangka siswa cerdas seperti Tito ternyata pernah juga menjadi anak nakal.
"sekali lagi, itu semua adalah cerita lalu, yang penting sekarang aku dan Irina sudah tobat, meskipun Irina lebih terdorong karena perasaan cintanya pada Rangga."
"Aku setuju mengenai hal itu, yang penting adalah dirinya yang sekarang, bukan masa lalunya. Terlalu picik jika menilai orang hanya karena masa lalunya."
"Setuju... lagi pula dengan akhirnya Rangga dan Irina bersama, aku mendapat keuntungan materil."
Ujar Tito sambil mengibarkan uang merah tiga lembar uang seratus ribuan. Rika yang melihat tiga lembaran uang pecahan tertinggi Indonesia, memasang wajah cemberut.
"Tito... kau memalak Irina?"
"Tidak lah... Irina sendiri yang ngasih sebagai bentuk pemenuhan kontrak membuat dirinya dan Rangga menjadi pasangan kekasih."
"Jadi maksudmu kau ingin agar Rangga dan irina menjadi pasangan kekasih adalah karena uang."
"Kasarnya begitu, tapi jangan salah sangka yah, Irina sendiri yang menawarkan perjanjian itu, makanya aku semangat membantu mereka."
"Entah kenapa pandanganku mengenai dirimu menjadi cukup buruk."
"Tidak masalah toh... lagi pula ini uang halal, Irina sendiri yang bilang kalau uang ini adalah uang hagala yang ia terima saat idul fitri lalu."
"Kalau begitu, bisa aku simpulkan kalau kau bekerja demi memenuhi kontrakmu dengan Irina (alias demi uang)... kan?"
"Bahasa jahatnya sih gitu."
"... hah... aku tidak menyangka siswa tercedas dikelasku bisa selicik ini."
"Dan aku tidak menyangka, teman kelasku yang menyatakan kalau aku adalah rivalnya adalah orang bawel sepertimu."
"Kamu bilang apa?"
"Tiiiidaaa~k." Ujar Tito sambil bersiul canda
"Um, Rika... jadi gimana?"
Rika yang tidak lagi menatap punggung Tito yang bersandar di tembok kembali memasang telinga.
"Ini uang aku apain ya?"
"Kok, malah tanya ke aku?"
"Ya soalnya aku tidak tahu mau diapain ini uang? Baru kali ini aku megang uang banyak yang bisa aku belanjakan dan bukan uang SPP sekolah. Lagi pula, sebagai siswa terpintar nomor dua dikelas, kau mungkin punya saran untuk aku sebagai siswa terpintar di kelas nomor satu."
"Pernyataanmu itu sumpah ngeselin deh... Ya udah, karena kau sendiri yang bilang, belikan aku Makanan kucing--
"Apa? kau mau makan makanan kucing, situ sehat?"
"Otakmu yang koslet! Untuk kucing ini lah!"
"Ahahaha... sorry sorry... jangan marah gitu."
"Sumpah, kau ngeselin banget jadi manusia."
"Ya udah, selain beli makanan kucing nanti, aku juga traktir kau makan, terserah mau dimana."
"Aku pegang kata-katamu Tito. Kita ketemu di KFC untuk makan Chicken bucket, dan kau yang bayar semuanya."
"Sip lah..."
Tito kemudian pergi meninggalkan Rika yang masih bermain dengan kucing. Senyum tersungging dari bibir Rika begitu Tito pergi.
"Alhamdulillah Pus... tidak lama lagi kau akan mendapatkan makanan yang enak, dengan ini kau tidak perlu lagi mengemis makanan sisa di kantin."
Penuh kasih sayang, Rika mengelus kucing yang menutup matanya karena merasa nikmat kepalanya dielus. Anak-anak dari induk kucing yang diberi nama Pus giat meminum susu ibunya, Ibunya pasti membutuhkan banyak gizi demi memberikan susu untuk anaknya.
Rika yang tadinya merasa jengkel, secara tidak sadar berterima kasih kepada Tito. Tapi Rika tidak tahu tujuan sebenarnya Tito.
Memang Tito ingin kedua sahabatnya Rangga dan Irina bersama, dan karena mendapatkan insentif dari Irina. Semua hal yang dilakukan untuk menyatukan Rangga dan Irina adalah hal yang melelahkan. Namun motivasi yang mendorong Tito adalah karena Rangga naksir dengan Rika.
Tito tidak mau persahabatan diantara mereka retak karena menyukai orang yang sama, Irina yang pindah ke sekolah mereka menjadi jalan tengah. Karena tahu Irina juga suka sama Rangga maka tidak susahlah untuk mengatur semuanya.
Semua berjalan sesuai rencana Tito. Mengenai Rika yang merasa tidak nyaman mendapat perhatian dari Rangga merupakan informasi yang telat namun tidak mengganggu jalannya rencana milik Tito. Hanya saja dirinya harus waspada karena ada kemungkinan dirinya melakukan kesalahan dan Rika menjadi tidak suka kepada Tito.
Ya, Tito tidak suka Rangga memiliki perasaan terhadap Rika. Tapi yang jadi masalah adalah, Rika sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap dirinya, karena itu dia mencoba untuk membuat dirinya tampak menarik dimata Rika dengan gaya yang membuat Rika tidak curiga dan Rika bisa akrab dengannya.
Ini adalah langkah awal bagi Tito.
Namun langkah awal itu akan sedikit terganggu begitu Rika menjadi amat kesal karena dirinya harus membantu bayar Tito yang ternyata uangnya tidak cukup setelah makan banyak di KFC, tapi itu cerita lain waktu.