Yuu kembali bisa beraktivitas setelah berada dalam kamarnya entah beberapa hari. Selama itu pula otak Yuu seakan mau pecah dengan suara suara tua itu.
Hari ini, Yuu kembali makan pagi dengan semuanya . Semuanya di meja makan . Ibu , ayah dan Yan duduk melingkar dan aku pusat ditengah nya.
Bukannya makan aku merasa seperti ditatap mereka.
"Yuu, bagaimana telur dadar ibu?"
- tanya ibu tersenyum , aku memandang telur dadar itu. Memang sangat manis.
"E--enak kok Bu"
"Yuu, kau jangan membuat masalah lagi , ayah akan mengurungmu nanti"
- seru ayah menikmati telur dadar itu.
Tetapi bukan itu, mereka sedang mengancam ku melihatku untuk melakukan aksi selanjutnya.
Kelihatannya aku sudah diperhatikan sedari aku pingsan kemarin.
Hari ini terasa sangat dingin dan mencekam. Yuu segera pergi ketaman di temani Yan. Katanya ia akan libur selama beberapa hari.
"Kau bunga keluarga ini"
-- ucapan itu membuatku tercekat dan membuatku terbatuk batuk.
Yan segera mengambil gelas minuman dan aku mengambilnya...
krak
tepat saat mau kuminum gelas itu terjatuh seperti dipecahkan oleh seseorang.
Dan pecahan itu membuat luka di tangan ku. Sekilas aku melihatnya berwarna kuning..."
Yan segera memekik dan menutup mataku. Tidak lama terdengar suara suara gaduh hingga tidak terdengar lagi.
"Warna darahku... seperti telur itu.."
-
-
-
"Atau hanya perasaanku....saja"
Aku terbangun tetapi bukan dikamar. Dunia lain. Disini serba hitam tetapi aku bisa melihat dengan cerah. Dan disana duduk seorang kakek bersama adik kecil.
Mereka mereka yang dianggap tidak ada. Bayi kecil itu menatapku dan perlahan tulisan terasa dekat dengan mataku.
"....Kumpulkan darah itu bagaimana pun caranya. Dengan warna seluruh . Itu akan menyelamatkan mu' nanti...."
Tulisan itu menghilang , aku tertegun. Dan perlahan gambaran kakek dan bayi kecil itu menghilang.
Hanya sebuah suara yang masih terdengar , sayup sayup..." Kau hanya kau bunga yang bisa menghentikan darah ini..."
Dan semuanya sepi...."
Aku terbangun kali ini di sofa. Yan ketika melihat ku begitu khawatir dan langsung memeluk diriku.
"Maaf kak Yuu, lupakan saja tadi"
-- seru Yan. tampak jelas dirinya babak belur. Dan ayah hanya mendengus menatapnya.
Yan hanya tertawa dan memeluk tubuhku. Ah kenapa rasanya aku tidak tega mengakhiri semua ini..."
"Seperti biasa aku selalu ditaman. Dan aku secara tidak sengaja selalu dibantu seseorang untuk melukai diriku.
Dan setiap kali melihat mereka, Hatiku menenang. seolah mereka ada di pihakku.
Semua misteri ini masihlah kepingan puzzle yang menunggu untuk di pecahkan...."