Chereads / Black Breaker / Chapter 16 - Chapter 16

Chapter 16 - Chapter 16

"Itu baru saja kami amankan."

Pintu aluminum berkaca telah dibuka. Pintunya tidak terkunci sebagaimana ruangan besar lainnya yang biasa dijadikan tempat penyimpanan. Tidak jauh dari pintu masuk, di sebuah meja besar seukuran meja makan di rumah-rumah terkumpulah beberapa barang dari tempat kejadian perkara.

Helga bergidik melihatnya. Sedangkan yang lain merespon dengan sikap yang biasa.

Barang di meja berupa jas kusam berwarna abu yang tertempeli cipratan darah, lalu sekotak kardus berisi narkotika jenis serbuk putih yang mirip gula pasir, sebuah ponsel dan foto-foto hasil jepretan di tempat kejadian perkara.

Darwin kemudian menyuruh seorang petugas teknis bagian ruang barang bukti. "Petugas Pavel. Kami membutuhkan arsip dari kasus pembunuhan kriminal sebelumnya."

"Oi," jawab Pavel singkat.

Dia pergi ke lemari arsip yang jumlahnya sangat banyak. Lemari arsip biasanya menyimpan dokumen seluruh tindakan kriminal yang pernah ditangani oleh kepolisian Dulche, dari yang pertama kali sampai yang terbaru. Selain lemari arsip, terdapat lemari barang yang merupakan tempat penyimpanan barang bukti, sebagian besar barangnya dibungkus oleh kertas pembungkus, sebagian lain yang ukurannya melebihi kapasitas diletakan di peti-peti tanpa penutup. Serta peletakannya dipisahkan berdasarkan tanggal kejadian perkara.

"Anda memang tidak cocok bekerja dilapangan Opsir Helga," ucap Fuad sembari tersenyum kecil. Dia menyadari Helga yang merasa kurang nyaman dengan barang yang diamankan dari tempat kejadian.

"Aku setuju. Poin dia di mataku terus berkurang." Ereul ikut mengomentari.

Bibir Helga nampak berkedut-kedut. Rahangnya hendak memaksa agar mulutnya berbicara membela diri. Tapi pikirannya melarang keras-keras, sebab orang yang berkata adalah seniornya serta Si Opsir Pusat yang rese. Padahal jelas sekali Ereul lebih muda dari dirinya, tetapi sikap yang dia tonjolkan tidak sama dengan Helga. Helga adalah gadis yang selalu menjungjung atasan dan seniornya.

Ereul memegang bahu Helga. "Kau tidak usah khawatir Opsir Helga, aku sama sekali tidak berniat memperburuk kesanku pada dirimu," kata Ereul. "Lagi pula, kau sama sekali tidak berkesan di mataku sejak awal."

"Aku tidak ingin mendengarnya darimu," sergah Helga. Dia memalingkan kepala di saat yang sama, hingga terlihat oleh Ereul telinganya yang merona kemerahan.

Penyidik Tia yang berdiri di samping mereka melihat dengan tatapan setengah hati. Dia memaklumi perangai Helga yang memang terbilang muda di kepolisan Dulche. Tapi Opsir Ereul, seorang polisi dari pusat, yang terkenal dengan ketat dan susahnya syarat untuk menjadi anggota di sana serta selalu dipandang lebih baik dari kepala cabang sekalipun, berperilaku tidak formal dalam bertugas.

Kenapa orang seperti Ereul merupakan anggota kepolisian pusat. Pikir Penyidik Tia.

Bibit kebencian yang tertanam sebelumnya mulai tumbuh di dalam dirinya. Kekaguman, rasa hormat, serta keseganan yang sebelumnya dia tanam dalam menyikapi Opsir Ereul terhapus dan melihat laki-laki itu tidak lebih dari sampah dalam kepolisian pusat. Terlebih lagi sebelumnya Ereul pernah mengajukan untuk memberhentikan polisi yang bukan seorang Breaker, tidakkah itu terlalu memandang sebelah mata.

Tapi, kenapa orang yang cuma seorang opsir diperbolehkan memberi pendapat sekontroversial itu. Penyidik Tia tenggelam dalam kecurigaan.

Dan Penyidik Tia menyorotkan matanya tajam ke arah Ereul. Suhu Kulit di mukanya mulai naik, dan agak kemerahan. Pandangannya menyiratkan kalau Ereul belumlah dewasa dan tidak memiliki sikap yang patut untuk menjadi anggota kepolisian pusat. Penyidik Tia berpikir Ereul harusnya mencontoh dirinya dalam bertugas, selalu bersikap sesuai tata krama berperilaku kepada sesama aparat. Biar bagaiamanapun mereka berada dalam lembaga formal dan harus menjungjung tinggi formalitas.

EKHEM. Di tengah percakapan Penyidik Senior Darwin berdeham. Dia ingin semua orang fokus kembali kepada tujuan mereka berada di sana.

"Semua ini adalah barang milik korban, dan ini data dirinya." Penyidik Darwin menyodorkan selembar kertas mengenai identitas Carlos dari binder yang dibawanya.

Nama : Carlos

Usia : 31 tahun

Jenis Kelamin : Pria

Lahir : Frank, 23 April

Tinggi : 179 cm

Berat : 65 kg

Ereul membacanya sekilas. Kemudian dia bertanya, "Korban ditangkap karena dianggap mengganggu kenyamanan warga Distrik 3?" matanya melirik seakan dia menganggap kalau ini permasalahan yang enteng.

"Betul," jawab Penyidik Darwin. "Kami sebelumnya mencoba menindak tegas. Namun, kami terkejut karena dia seorang Breaker dan dia  menghajar seluruh aparat kala itu. Senjata kami sama sekali tidak berpengaruh padanya."

Khayalak diam sejenak. Terutama Penyidik Tia, dia tertegun tanpa berkedip sama sekali. Air mukanya tidak menampakan kalau ia memikirkan sesuatu yang rumit atau menggembirakan. Ya, Tia adalah salah satu aparat yang ditugaskan dalam penangkapan Carlos. Dan betapa tidak berdayanya mereka menangkap preman itu meskipun belasan aparat dikerahkan.

Memalukan. Ucap Tia dalam hati.

"Apa ada sesuatu yang lain?" tanya Ereul.

"Ini dia," ucap Penyidik Darwin bersemangat. Dia mengeluarkan isi saku dari jas milik Carlos. "Narkoba!"

Narkoba. Helga dan Fuad bingung. Mereka adalah petugas yang mengurus laporan mengenai perintah agar diamankannya Carlos, akan tetapi sejauh yang mereka ingat, di dalam dokumen Carlos tidak ada sangkut pautnya dengan obat terlarang.

Lalu Penyidik Darwin memilah lembaran dokumen di dalam binder biru yang dia tenteng. Isinya lumayan banyak sehingga agak memakan waktu, sampai akhirnya dia menunjukan dokumen lain kepada Ereul.

Ereul pun membaca dengan cermat.

"Itu hasil dari penyelidikan Petugas Tia." Penyidik Darwin mengedikan maya ke arah Penyidik Tia serta alisnya naik sebagian.

Dengan mengesampingkan ketidaksukaannya pada Ereul, Tia menjabarkan. "Itu adalah laporan aktifitas korban 24 jam terakhir. Kami hanya berhasil mendapat keterangan dari pemilik bar, dan juga terdapat laporan kalau korban pernah memalak seseorang di distrik 3."

"Siapa yang dia palak?" tanya Ereul.

"Sayangnya kami belum mendapatkan keterangan yang lebih lanjut dikarenakan bila korban berkeliaran, warga cenderung menjauhinya."

"Kalau begitu di mana kejadian tersebut berlangsung?" Ereul memandang dalam-dalam Penyidik Tia.

Penyidik wanita itu merasa sedikit tidak nyaman. "T-toko roti. Kejadian berlangsung di depan Toko Roti."

"Kalau lokasi telah diketahui kenapa tidak meminta keterangan dari karyawan atau pemilik toko?"

"Siap. Yang bersangkutan menolak dan kurang koperatif."

Ereul tidak langsung merespon. Seakan ia berpikir kalau itu bukan merupakan suatu jawaban. Namun, Penyidik Tia tetap bergeming, serta caranya berdiri menjadi lebih tegap layaknya berada dalam upacara penting.

"Itu alasan yang tidak masuk akal," ucap Ereul. Dan terkesan tidak percaya dengan jawaban dari Penyidik Tia.

Dia boleh benci pada Ereul, akan tetapi opsir yang dihadapan Penyidik Tia masihlah polisi pusat yang dia anggap perlu kehati-hatian dalam bersikap padanya. Salah-salah surat pemberhentian mendadak tersimpan di kotak surat rumahnya.

Pada akhirnya Tia tidak tahu menahu mengenai tugas Ereul yang sesungguhnya. Mungkin kalau Helga sadar akan anggapan Tia, gadis itu pastilah akan tertawa tanpa sungkan.

Di tengah diskusi, Petugas Pavel datang menyambangi. Ia telah selesai memilah dan mengumpulkan dokumen yang dibutuhkan oleh Penyidik Darwin.

Dia berjalan dengan agak bungkuk, rambutnya ikal dan kusam,  mata yang berkantung hitam, serta kulitnya yang agak pucat,  Berbeda sengan polisi pada umumnya dia tidak mengenakan seragam, melainkan hanya berupa kaos coklat yang kusut, Petugas Pavel tak mengiindikasikan kalau dirinya seorang aparat yang gagah dan keren, melainkan mirip seorang karyawan yang sering kerja lembur.

Sadar setiap orang memperhatikan, Pavel lekas mengkonfirmasi. "Maaf. Saya dipanggil mendadak untuk mengatur pengumpulan barang bukti sejak dini hari. Belum sempat dandan." Pavel memungkasinya dengan tertawa kecil.

"Petugas Pavel memang punya dedikasi yang tinggi," puji Fuad.

"Ketua selalu menganugrahkan dia sebagai petugas terbaik setiap tahun." Helga mendoyong ke arah Ereul. "Aku ragu kamu pernah mendapat penghargaan yang baik-baik, Opsir Ereul."

Saat memuji Pavel, Helga menggoda Ereul dengan alisnya yang naik turun. Dan itu cukup membuat Ereul bermuka keruh, meskipun Ereul memang tidak pernah menampakan kalau dia orang yang selalu terlihat cerah. Ereul bingung bagaimana mungkin Helga yang sejak awal sampai tadi pagi takut-takut kalau dekat dengan dia, sekarang berubah seketika seakan dirinya dan Helga adalah teman lama yang sangat dekat.

"Menyebalkan!" ucap Ereul yang terdengar kecut.

Penyidik Darwin membuka tiap arsip di dalam binder yang mempunyai warna seragam yaitu hijau, dibantu oleh Petugas Pavel. Dia mengorganisir dan membagikan tiap dokumen ke masing-masing aparat.

Semua aparat langsung membaca isi dokumen. Kepala mereka mungkin diam tertunduk tetapi, mata mereka bergerak kiri-kanan, naik turun. Lalu membuka lembaran selanjutnya begitu lembaran sebelumnya selesai diidentifikasi. Sementara Ereul tersenyum kecil dengan ekspresi puas yang ia tunjukan, dirinya mulai paham maksud dari Penyidik Darwin yang sebenarnya.

"Saya menyadari sesuatu saat melihat benda ini." Penyidik Darwin merujuk pada narkoba jenis serbuk yang Tia temukan di dalam saku jas Carlos. "Secara keseluruhan, mereka terlibat dalam penjualan narkotika."

"Jadi ini tidak lebih dari perseruan dalam bisnis obat terlarang?" tanya Helga.

"Sejujurnya saya menduga motif pembunuhan penjahat ini tidak lain hanyalah suruhan dari seseorang. Untuk keuntungan bisnis semata." Darwin sependapat dengan Helga.

"Tapi ini terlalu dini,* ujar Ereul." kita belum mendapat keterangan dari Ketua Harto yang bertemu langsung dengan pemburu itu. Terlebih lagi, kalau memang hendak mematikan bisnis kenapa tidak habisi bandarnya saja. Kalau pengedar dibunuh mereka akan sama-sama rugi."

"Memang benar bandar narkoba akan selalu membutuhkan pengedar. Tapi bagaimana kalau salah satu bandar memang telah bekerja sama dengan seluruh pengedar di Dulche, sehinga dia bisa mengendalikan seluruh peredaran obat. Tanpa khawatir tersaingi." Penyidik Darwin meragukan pendapat Ereul.

"Itu bisa saja terjadi. Tapi.." Ereul berhenti sejenak. "Kita tak akan bisa menyelesaikan secara tuntas tanpa menerima keterangan saksi yang kuat."

Ereul seketika menengok ke arah Penyidik Tia.

"Jadi Penyidik Tia, kenapa tim penyidik menyerah untuk meminta keterangan dari pemilik toko roti?"

Penyidik Tia membisu lama, sampai akhirnya dia mendongkakan kepala dan mulai mengutarakan alasannya. "Saat mengetahui korban memalak seseorang di dekat toko roti, kami bergegas untuk memintai berbagai keterangan dari orang yang melihatnya. Tapi saat kami bertanya pada pemilik dia terus mengabaikan dan berkata kalau dia tidak ingin terlibat."

"Itu tindakan yang sangat berani pada seorang polisi," kata Fuad.

Setelah mendengar alasan penyidik Tia, Helga berpartisipasi untuk menduga." Kentara sekali pemilik toko roti itu tahu akan sesuatu," komentarnya.

"Breaker, ya? Pemilik toko itu," ujar Ereul ingin memastikan.

"Ya." Tia mengangguk. "Sikap percaya diri seperti itu bukanlah tanpa alasan. Karena kami hanya manusia biasa, mau tidak mau kami mengalah, lalu saya merasa saat itu--" Penyidik Tia terdiam dan ragu untuk kembali berkata.

"Kehilangan harga dirimu sebagai seorang polisi. Bukan?" Helga sekonyong-konyong menyergah. "Aku juga pernah mengalaminya."

Penyidik Tia terbalak. Dia lupa kalau di kepolisian Dulche hampir semuanya manusia yang tak mempunyai energi lebih dari normal. Entah mengapa akhir-akhir ini ia selalu agak terbawa perasaan kalau membahas kinerja polisi.

"Jadi, apa nama toko roti itu?" tanya Ereul.

Penyidik Tia tidak langsung menjawab, tapi kentara sekali dia kurang senang dengan pertanyaan Ereul yang mendadak seperti itu.

"Bro'z Bakery. Itu adalah nama tokonya."