"Bagaimana keadaan shiffa bang?" tanya vivi panik.
samar samar shiffa dapat mendengarkan suara panik vivi, ia belum bisa membuka matanya. terakhir yang diketahui dia berada di lapangan sekolah dan seketika gelap.
"kata dokter shiffa cuman kecapekan."
"gue baik gaik aja, mending lo pergi" shiffa tiba tiba berbicara, ia tau bahwa rayyan lah yang sudah menunggu sampai ia sadar.
"Eh, lo udah bangun?"
tidak ada jawaban,
"gue panggil dokter bentar" rayyan berbalik dan berlari kecil
shiffa membuka matanya, rasa pusing yang tadi ia rasakan masih terasa. "Sejak kapan lo di sini?"
vivi diam dengan memasang wajah datar, beberapa detik kemudian air matanya turun deras. vivi berlari dari daun pintu ke ranjang shiffa.
"lo bodoh, kenapa masih lo paksain kalau udah sakit! gue takut kehilangan lo sama mama. papa udah ninggalin kita! sekarang lo mau nyusul?" vivi menangis sambil memeluk shiffa erat.
satu tetes air mata jatuh dari mata shiffa, ia tak kuasa lagi menahan semua masalahnya sendiri. Sekarang topeng yang lama ia pasang sudah hancur.
sedangkan di luar rayyan tidak sengaja mendengar semuanya, bukannya dia menguping pembicaraan kakak adik itu, tetapi saat ia ingin memanggil dokter, dokter itu tidak ada di ruangannya terpaksa ia balik ke kamar shiffa dan mendengarkan pembicaraan mereka.
"udah gue gapapa kok, hapus air mata lu."
vivi menghapus air matanya, ia tersenyum simpul.
"gimana keadaan mama?" tanya shiffa
"mama udah sadar, dia tadi nanyain lo. tapi lo malah kek gini"
shiifa tersenyum lebar mendengar kabar bahwa mamanya sudah sadar, ia langsung terduduk dan berlari sambil mambawa infus yang menancap di tangan kirinya.
"EH LO MAU KEMANA?!" vivi berteriak.
"ke kamarnya mama lah bego!"
"tunggu gue lah, ga tau diri emang jadi kakak!" vivi menyusul shiffa.
sebelum shiffa keluar rayyan sudah bersembunyi di balik tembok. ia tertawa kecil melihat pertengkaran kecil adik kakak itu.
"gue harap lu ingat semua yang pernah lu lupain shif, mungkin hanya mama papa lu yang tau."
*****
Bulan bersinar cerah malam ini. Bintang bertabur menghias langit ibukota, angin menghembus merdu. Rayyan membuka jendela lebar, membiarkan udara masuk ke dalam kamarnya.
ia berbaring terlentang di kasur memandang langit langit bercat putih. wajah shiffa tiba tiba muncul, bibirnya mengembangkan senyum. ia membalas senyum.
sampai kapan lu lupa semuanya shiff, mungkin gue hanya bisa melepas rindu sama langit langit malam yang setia menemani. rayyan melamun.
rayyan langsung duduk di atas ranjang, meraih tasnya. kemudian mengambil buku yang bersampul hitam itu.
dear shiffa,
kau tau? setiap malam aku selalu berdoa agar kau ingat salah satu kenangan indah kita dulu. aku selalu melepas rindu kepada langit malam yang mungkin sedang kau tatap. sampai kapan pun aku alam mencintaimu, untuk hari ini aku sangat khawatir melihat keadaanmu yang mulai melemah. tapi setidaknya aku bisa melihatmu dari jarak dekat walau hanya sebentar.
setelah diary itu selesai, rayyan kembali memasukkan bukunya. buku tersebut penuh dengan ungkapan hatinya sejak lama. tak ada lagi buku kuliah yang seharusnya penuh materi penting.
****
shiffa duduk melamun sambil menatap langit yang berhias bintang walau hanya sedikit. pikiran kembali kedalam kejadian sepuluh tahun lalu, dia mana papanya meninggalkan mama sendiri.
"apa papa sudah makan? atau papa sedang sakit ya sekarang? jika itu benar maka pergilah ke rumah sakit yang sedang merawatku dan mama. sampai kapan papa ninggalin keluarga kita?"
sebening air mata sudah menetes membasahi baju putih yang ia pakai. semakin shiffa mengingat kenangan indahnya semakin deras air mata yang turun.
"kak?" vivi memanggil.
cepat shiffa menghapus jejak air matanya dan kembali memasang muka datar. "apa?"
"mama koma lagi," terdengar sangat pilu saat vivi menyebut kata kata itu.
"lu kesana duluan, gue nyusul." shiffa menahan air matanya yang sejak tadi memberontak keluar.
seusai vivi keluar kamar. shiffa kembali menumpahkan air matanya, mungkin jika ada orang melihatnya menangis orang itu akan ikut merasakannya. hati shiffa terasa di tusuk pisau berkali kali sayangnya tidak berdarah.
"lu harus kuat shiff!"
————————————
bersambung!
selamat membacaa!