Chereads / Gwishin Oppa / Chapter 1 - Chapter 1: Olin

Gwishin Oppa

Sintiya_07
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1: Olin

Carolina Kayana Ningrum, cewek mungil berkulit putih yang memiliki wajah cantik wanita Korea. Kecantikan fisiknya inilah yang menyebabkan Olin -panggilan akrabnya- disebut boneka barbie Korea. Tapi sayang, kecantikan dan keimutan yang ia miliki tidak sejalan dengan tingkah lakunya yang terbilang unik dengan ketidak pekaan dan kepercayaan yang tinggi pada gambar absurdnya.

Meski wajahnya terasa Korea, tapi seleranya Jepang. Ya, Olin adalah anime Lovers atau seorang wibu. Kecintaanya pada anime membuat dirinya bercita-cita sebagai mangaka, tapi sayangnya gambarnya buruk sekali, tidak ada kata yang pas buat hasil gambar Olin selain kata 'mengerikan'.

Terbukti dengan gambar yang saat ini sedang ditatap Weni, sahabat Olin. Gambar yang dibuatnya pada saat jam pelajaran sejarah berlangsung tadi.

"Gimana gambar gue? bagus kan?" Olin terlihat percaya diri saat memamerkan karya absurdnya pada Weni.

"Hm, gambar kembang kol nya bagus kok, Ol." kata Weni sok hebat seperti gaya kritikus seni. "kalau lo warnain pasti lebih bagus," lanjut Weni seraya mengembalikan kertas gambar tadi kepada Olin.

Olin terlihat merengut mendengar tanggapan Weni pada gambarnya. Ia kesal karena bukan itu tanggapan yang diinginkan Olin.

"Muka lo kenapa? kok butek gitu?" tanya Weni bingung. Seharusnya Olin seneng dong gambar abstraknya dipuji, bukannya manyun dan ngedumel ngga jelas kayak gitu batin Weni.

"Oy, Olin. Kenapa lo? seharusnya lo seneng dong karya abstrak lo gue puji. Jarang-jarang gue puji karya lo, mengingat gambar lo selalu terlihat mengerikan."

"ini bukan kembang kol," kata Olin menahan kesal.

"Oh, jadi itu gambar apa?"

"Mawar," jawab Olin pendek.

"Mawar? buahaha." Weni tertawa keras mendengar jawaban Olin.

"berhenti tertawa." Teriak Olin makin kesal mendengar tawa Weni.

"hahaha, sorry sorry Ol. Gambar lo kan terkenal dengan ke-absurd an nya jadi wajar dong kalau gue ngga bisa bedakan gambar mawar lo dengan kembang kol." Weni kembali tertawa, sedangkan Olin menahan gondok setengah mati dengan perkataan Weni.

Olin kembali menatap gambarnya dan mengabaikan Weni yang masih tertawa keras. emangnya gambar gue terlihat seperti kembang kol? padahal jelas-jelas yang gue gambar bunga mawar batin Olin bingung melihat hasil gambarnya. Satu lagi hal unik yang dimiliki Olin, ia terlalu percaya diri dengan karyanya yang absurd. sebanyak apapun tanggapan jelek yang diberikan orang lain, Olin akan menanggapinya seperti angin lalu. baginya karyanya adalah karya terbaik sepanjang masa.

"hoy, Ol. uda deh ngga usah ditatap terus gambar kembang kol itu. Mending lu sekarang temenin gue kekantin, gue laper, pengen bakso bang Somat."

"ini mawar bukan kembang kol," kata Olin masih tidak terima gambar mawarnya dikatain kembang kol.

"dih emang gue peduli. mau mawar kek, bunga matahari, kembang kol, daun kang kung sekalipun, ngga ada urusannya dengan gue. Yang penting sekarang gue laper, bentar lagi bel. lo mau ikut gue beli makan ngga?"

"ck, iya deh." Olin pun menyerah menghadapi Weni yang tak mau kalah. Dari pada dia berdebat dengan Weni yang tidak akan menghasilkan apapuun, mending dia mengisi perutnya yang lumayan lapar.

***

"Wen, lu dengerin lagu apa sih?" tanya Olin yang sedari tadi diabaikan Weni.

Pertanyaan Olin tidak mendapatkan tanggapan dari Weni, ia sedang mendengarkan musik dari earphone nya sehingga tidak bisa mendengar perkataan Olin. Olin kesal, ia pun menarik paksa sebelah earphone Weni. Weni sudah ingin marah tapi diurungkan karena melihat wajah kesal Olin.

"apa?" tanya Weni tanpa rasa bersalah.

"lu dengerin lagu apa? nih makanan lu uda datang dari tadi," kata Olin seraya mendorong semangkuk bakso pesanan Weni.

"Hehehe, lagu LichtBoy terbaru."

"LichtBoy?"

Weni mengangguk menanggapi pertanyaan Olin. Weni menusukkan garpunya pada bakso kecil yang menggugah selera makannya, "iya LichtBoy."

"Apaan tuh? nama band?" tanya Olin sembari memakan bakso miliknya.

"bukan, Boy band  korea," kata Weni.

Olin hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak bertanya lebih lanjut mengenai Licht Boy, karena ia tidak akan pernah mengerti segala hal tentang Kpop-ers, lagipula jika sudah berhubungan dengan K-Pop maka Weni tidak akan bisa dihentikan. Bahkan sampai pulang sekolah nanti, ia pasti akan tetap melanjutkan penjelasannya tentang boyband yang begini begini begitu begitu dan bla bla bla panjang ngga bakalan selesai meski Olin berusaha mengalihkan percakapan.

Perbedaan mencolok antara Olin dan Weni yaitu, Weni sangat menyukai Korea sedangkan Olin sangat menyukai Jepang. Keduanya memiliki mimpi yang sama yaitu menginjakkan kakinya ke negeri yang mereka kagumi tersebut.

"Ol, Wen, gue duduk sini ya?" tanya seseorang cewek manis nan imut yang menghentikan kegiatan Olin memakan baksonya.

Sambil menguyah baksonya Olin menganggukkan kepalanya mempersilahkan cewek tadi duduk dibangku kosong yang tersedia. cewek itu bernama Diandra lestari, salah satu penggemar K-Pop juga seperti Weni. Weni dan Dian –panggilan akrab Diandra- selalu membahas segala hal berbau Korea disetiap ada kesempatan. Kalau mereka berdua duduk bareng, maka Olin akan menjadi orang ketiga yang terabaikan wujudnya. Kesal, ya pasti kesal tapi Olin tidka peduli karena Olin akan melakukan hal yang sama juga jika sudha bertemu dengan sesama wibu.

"Wen, lu uda download drama terbarunya D.E?" tanya DIandra.

Here it is, percakapan dunia Korea sebentar lagi akan dimulai batin Olin.

"Udah dong, gila akting D.E cakep banget. Gue ngga nyangka kalau dia bisa akting seperti itu," kata Weni yang terlihat kagum dengan akting D.E.

"iya, gila bener. uda gitu dia makin terlihat ganteng lagi," sahut Diandra.

Dan percakapan tentang D.E D.E itu pun berlanjut sampai bakso Olin habis. Karena ia tidak paham dengan percakapan Weni dan Diandra, Olin pun membuka smartphone nya dan mulai membaca komik dari aplikasi komik gratis yang ia install.

Saat sedang asyik membaca komik favorite berbahasa inggrisnya, samar-samar Olin mendengar perbincangan Weni-Diandra sudah berubah topik ke Boyband LichtBoy. ia sedikit mendengarkan tentang boyband LichtBoy yang terdiri dari 5 personel yang tampan-tampan (menurut Weni dan Diandra) dan semua nya memiliki ciri khas masing-masing. jangan tanya sama Olin, apa ciri khas yang dimaksud Weni dan Diandra karena Olin tidak bakal ngerti.

Bel yang berbunyi mengakhir percapakan anatara Weni dan Diandra, begitu juga dengan Olin yang sudah menonaktifkan smartphonenya. Ketiganya berlalu menuju kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Diandra yang berbeda kelas dengan Olin dan Weni berpamitan masuk ke kelasnya sambil mengingatkan Weni untuk mengabari dirinya jika ia mendapatkan info terbaru tentang LichtBoy.

"Emang apa hebatnya sih LichtBoy?" gumam Olin yang terdengar samar oleh Weni dengan nada menyindir.

"Apa, Ol?" tanya Weni.

"Eh, em, bukan apa-apa," kata Olin cengengesan takut dibantai Weni, soalnya Wen agak sensitif jika sudah berhubungan dengan boyband favoritenya. "udah yuk masuk, bentar lagi pak Danang masuk," ajak Olin cepat agar ia tidak ditanya-tanya Weni lagi.

***

Pelajaran telah berakakhir sejak 3 menit yang lalu, tapi Olin dan Weni belum meninggalkan kelas karena mendapat tugas piket esok hari. Dua orang yang selalu datang 3 menit sebelum jam pelajaran dimulai lebih memilih menyelesaikan tugas piket saat pulang sekolah dari pada besok pagi.

Suasana kelas cukup berisik padahal di dalam ruanan itu hanya ada 6 orang yaitu Weni, Olin, Shinta, Mishel, Rozak dan Zainal. Suasana berisik itu berasal dari nyanyian Weni yang menyetel musik Bombayah milik girlband Korea, Blackpink.

"BOOMBAYAAHHH YA YA YAH BOOMBAYAH" teriak Weni dan Zainal sambil joget ala blackpink.

Sambil menyapu, Weni mengikuti iringan lagu tersebut dan di baking vokal kan oleh Zainal yang termasuk dalam fanboy Korea. Olin yang mendengar nyanyian absurd bin sumbang teman-temannya tampak tidak terpengaruh, mungkin karena sudah terbiasa kali. Ia dengan santai membersihkan jendela kelas dengan dibantu Shinta teman sekelasnya yang pendiam bin pemalu.

"Olin, kamu ngga ikutan nyanyi Korea juga?" Tanya Shinta yang posisinya berada di samping Olin.

"Gue bukan fangirl K-Pop, Shin. Gue anime lovers. Lagu ngga jelas yang dinyanyiin Weni sama Enal –panggilan akrab Zainal- bukan level gue," kata Olin sombong.

Weni yang tadinya asyik berjoget dengan Enal mendadak kesal mendengar perkataan Olin. Ia kesal karena secara tidak langsung Olin telah menghina idol favoritenya.

"Kmvret lu, Ol. Gue sumpahin lu jadi fangirlnya boyband Korea," kata Weni yang diamini oleh Zainal.

"Doa absurd kayak gitu ngga bakal terkabul," cibir Olin yang membuat Weni makin jengkel.

"Sudah deh, ribut mulu. Kerjaan belum kelar nih, buruan selesain. gue mau cepat pulang." Mishel anak paling pintar, rajin dan taat peraturan mulai protes. Perkataan Mishel itu mutlak, barangsiapa yang melanggar maka dapat dipastikan dia akan terancam pada saat ujian sekolah. Bagi Olin yang memiliki otak pas-pasan, kemarahan Mishel adalah petaka baginya yang selalu mengharapkan contekan ujian.

Tak berapa lama kemudian pekerjaan mereka telah selesai. Olin dan Weni yang rumahnya searah, pamit duluan kepada teman-temannya yang masih menunggu jemputan. Saat mereka berada di angkot, Olin sedang menikmati musik dari smartphonenya sedangkan Weni sibuk menelusuri berita-berita terbaru tentang Korea.

"Ya ampun, Min gi Oppa ganteng banget," bisik Weni yang histeris.

Olin penasaran dengan Min Gi Oppa yang dimaksud Weni, Ia pun mengintip sedikit Min gi Oppa nya Weni. kemudian dia berdecak pelan, "ganteng dari mana, cantik iya," kata Olin sambil terkekeh pelan.

"Berisik lu Ol, ganggu gue aja," kata Weni kesal.

"dih, emang siapa sih si min gi, min gi, ini?"

"lu ngga tau Ol?"

"kalau tau, gue ngga nanya. lagian gue juga ngga pernah tahu masalah yang beginian."

"Oke oke, gue kasih tau ya. Min gi Oppa itu... " weni menghentikan kalimatnya sejenak, ditatapnya wajah serus Olin yang terlihat lucu. "calon suami gue," lanjut Weni sembari memperlihatkan cengirannya yang berhasil membuat Olin kesal sekaligus jengkel.

"Nyesal gue nanya," kata Olin kesal seraya bangun dari duduknya dan keluar dari angkot yang sudah berhenti di pinggir jalan. Sedangkan Weni tertawa keras mengikuti Olin yang sudah keluar duluan dari angkot.