Seorang pemuda sedang berjalan-jalan dikota dengan pedang kayu dipahanya. Keringat mengucur deras ditubuhnya. Ia baru saja selesai berlatih. Ia kini sedang berjalan pulang kerumahnya— tidak,rumah kerabatnya. Ia adalah seorang yatim yang kehilangan ayahnya sedari kecil. Kehilangan tulang punggung keluarga membuat ibunya harus menggantikan sosok sang ayah. Ibunya kemudian bekerja sebagai pembantu dirumah kerabatnya. Sebagai upahnya mereka dapat tinggal dirumah kerabatnya dan mendapat uang dengan nilai kecil.
Pemuda tersebut telah sampai dipekarangan rumah, baru saja melangkah melewati batas pekarangan rumah, ia mendapat cercaan dari bibinya.
" Yasha! Sudah kubilang berhenti bermain dengan pedangmu itu, bekerjalah apa kamu tidak kasihan dengan Ibumu yang harus bekerja keras setiap hari sedangkan kamu bermain pedang sepanjang hari. " ucap bibinya.
Yasha hanya berdiam diri mendengar celotehan bibinya menunggunya diam lalu melangkah pergi ke kamarnya dan ibunya, ya setiap hari selalu seperti ini tak pernah ada hari tanpa celotehan bibinya.
Kamar dirinya dan Ibunya terletak di ujung sudut pekarangan rumah, Ibunya dan dirinya menempati satu ruangan yang sama dengan 2 ranjang.
Ketika masuk kamar ia melihat ibunya sedang berbaring beristirahat. Ibunya beristirahat setelah membereskan semua pekerjaan rumah, kadang kalau tidak ada pekerjaan mendadak seperti disuruh ia bisa beristirahat sekitar 15 menitan.
Ketika Yasha membuka pintu kamarnya, Ibunya membuka matanya lalu tersenyun menatap Yasha dan berkata " Bagaimana latihanmu ? Sini kemari. " Yasha mengangguk dan duduk diranjang miliknya.
Ibunya menggerakan badanya kearah Yasha sambil berbaring, tersenyum kembali lalu memegang kedua tangan Yasha.
" Yasha, janganlah berlatih terlalu keras meski itu melatih tubuhmu tapi jika berlebihan akan seperti pedang bermata dua yang akan menyakiti tubuhmu juga. Lihatlah tanganmu telah menjadi kasar seperti ini. " Ucap Ibunya sembari membelai telapak tangan Yasha.
" Baik bu, Maafkan aku tak bisa membantumu " gumam Yasha pelan.
" Tak apa nak, Ibu hanya ingin kamu hidup sehat dan hidup seperti apa yang kamu suka. Ini kesalahan Ibu dan Ayah kamu terlahir dalam kemiskinan seperti ini " Ibunya masih tetap saja tersenyum.
" Tidak bu, Ini bukan salah ibunda dan ayahanda. Ini salah takdir yang begitu jahat pada kita. " Ucap Yasha sembari air mata menetes dimatanya.
" Cukup bergegaslah mandi dan beristirahat, Ibu akan kembali bekerja " Ucap Ibunya sambil berdiri, dan tak lupa sambil mengusap rambut Yasha.
---
Keesokan harinya, Yasha seperti biasa setiap pagi berlatih pedang di hutan di luar benteng kota. Di hutan ia mengayunkan, menusuk dan berlatih segala macam tehnik pedang. Keringat mulai mengucur dari pori-pori tubuhnya. Ia berlatih hingga seluruh tubuhnya kesakitan. Lalu berbaring, ketika berbaring ia mulai berpikir mengapa ia begitu ' tergila-gila dengan pedang ' sampai akhirpun ia tak tahu mengapa. Ia hanya merasa ketika memegang pedang ia merasa aman. Ia pertama kali berlatih dibawah arahan ayahnya yang seorang prajurit.
Tak terasa pagipun berlalu, sang surya sudah berdiri gagah dilangit ia mulai bergegas pulang. Namun sebelum sampai menuju rumah, ada beberapa orang yang mencegatnya. 3 preman garang mencegatnya.
" Hei bocah! Kulihat kamu setiap hari selalu saja membawa pedang. Sok jagoan kau ?! " Tanya salah satu preman yang menjadi ketuanya.
" Tidak, Aku hanya suka saja. " Balas Yasha.
" Hahaha, kau suka ?! Tapi aku tak suka! Hari ini kau tak akan bisa lewat kecuali kau bisa mengalahkan kami " ucap Preman.
" Tapi aku tak mau " ucap Yasha.
" Hahahah, karena hari aku sedang baik hati. Akan ku biarkan kau lewat... "
" Tapi kau harus merangkak melewat kedua kaki kami. Hahahah " para premanpun tertawa.
Selain preman, sudah banyak orang yang tertarik oleh keributan ini. Banyak orang yang melihat Yasha dengan iba , ataupun bahagia. Mereka iba karena meskipun Yasha berhasil mengalahkan mereka itu akan membuat masalah lebih rumit karena para preman itu tuan muda salah satu keluarga orang berkuasa.
Dibawah mata orang yang mengamatinya Yasha membulatkan tekad, Ia jongkok dan mulai merangkak dibawah kaki para preman.
Mulai hari ini dibawah tatapan mata orang-orang seluruh harga diri Yasha hancur, ketika berhasil melewati semua preman. Ia langsung berdiri dan berjalan cepat bergegas kerumah.
Bibinya akan mengomeli ketika Yasha masuk pekarangan, namun kali ini Yasha tak perduli ia melewati langsung menuju kamarnya. Terdengar teriakan marah dibelakang.
" Anak kurang ajar! Tak tahu diri! " Hardik bibinya.
Yasha bergegas kesamping Ibunya lalu berkata " Bu, apakah salah yang kulakukan ini ? " Ia hanya berdiam diri menunggu jawaban Ibunya.
Ibunya melihatnya lalu bertanya " Apa yang telah kamu lakukan ? " Lalu melanjutkan perkataanya " Ibu tak tahu apa yang kamu lakukan tetapi selagi perbuatanmu tidak merugikan orang lain hanya untuk keegoisanmu. Kamu tetap melakukan hal yang benar "
" Tapi bagaimana jika aku bahkan berkorban menghancurkan harga diriku. " Tanya Yasha lagi.
" Ibu tanya, apakah kamu memiliki alasan untuk berkorban sebesar itu ? "
" Ya, bu. Aku telah berjanji pada ayahanda untuk menggunakan pedang untuk kebaikan saja. " Jawab Yasha.
" Tapi apakah kamu pikir itu hal yang baik? " Tanya Ibunya lagi.
" Sejujurnya tidak bu karena ini melukaiku, tetapi jika aku melawan mereka aku akan dianggap melakukan tindakan kriminal dimasa damai ini. " Jawabnya lagi.
" Nah, kamu tahu itu jawabanya. Kamu melakukan hal yang benar, Ibu bangga padamu nak " kata Ibunya.
Tak lama sejak kejadian itu kabar Yasha merangkak sudah tersebar dikota, bahkan bibinya pun mendengarnya lalu mencela Yasha.
" Kamu itu latihan pedang terus, lawan preman aja tidak berani. Kamu hanya main-main saja selama ini ".
Tapi sejak itu pelecehan para preman semakin menjadi-jadi, setiap hari Yasha selalu merangkak, kebencian sudah terakumulasi di hatinya.
Hingga suatu hari, Yasha dalam perjalanan pulang. Seperti biasa para preman mencegat kembali dia.
" Woi bocah, hari ini merangkaklah dari sini sampai sampai menuju rumah. "
Yasha hanya bisa menghela nafas dan menuruti perkataan preman, namun preman semakin menjadi-jadi.
" Hei bocah, ku dengar ibumu masih cantik, ku sewa semalam bayar berapa ? " Ucap salah satu Preman.
Yasha yang sedang berada dibawah selangkangan preman, tiba tiba bangkit berdiri membuat momentum yang cukup keras hingga membuat preman tersebut terpental.
" Arghhhhhh " teriak preman kesakitan, preman tersebut terjatuh dan memegang selangkanganya.
Kedua preman lainya terbengong melihat hal ini, lalu langsung menatap tajam Yasha.
Yasha memoloti mereka, dan berteriak marah.
" kau boleh menghancurkan harga diriku, namun kau harus ingat tidak boleh melewati garis kesabaranku. Dengan mencela keluargaku! "
Dua preman lainya langsung bergegas melancarkan pukulan kearah Yasha.
Yasha yang melihat ini tidak tinggal diam, ia mencabut pedang kayu dipahanya lalu menangkis dengan pedang kayu sekuat tenaga ke salah satu tangan musuh. Terdengar suara retakan. Mengantisipasi preman lainya, ia menendang lutut preman tersebut. Preman tersebut kehilangan keseimbangan lalu Yasha tak tinggal diam mengayunkan pedang kayunya ke arah pipi preman. Kali ini beberapa gigi dimuntahkan oleh preman tersebut.
Dua preman berbaring tak berdaya. Preman yang kesakitan selangkanganya mulai bangkit Ia memoloti kearah Yasha dan berkata
" Kau tak akan KUBIARKAN! Aku, Wiji BERANINYA KAU MELAWANKU. Tunggu pembalasanku " Wiji berkata sembari pergi meninggalkan kedua anak buahnya yang berbaring tak berdaya.
Yasha hanya diam lalu bergegas pulang, para warga mulai berbisik diantara mereka.
Ketika sampai dirumah, Yasha seperti biasa mendengar omelan tantenya yang ia anggap seperti angin lalu. Setelah itu pergi kekamarnya, dikamar kosong tiada siapa-siapa.
Ia berusaha mencari ibunya, namun tak kunjung ia temukan. Sebelum is dapat menemukan ibunya, beberapa orang masuk bersama bibinya.
Bibinya terlihat akan meledak memerahi Yasha,
" Yasha, sudah kubilang jangan gunakan kemampuanmu itu untuk menindas yang lain! Apalagi yang kamu tindas adalah tuan muda Wiji. Kamu parah Yasha, kamu memang anak nakal. " Ketus Bibinya.
Bibinya melanjutkan berkata pada orang yang ia bawa " Maafkan aku penjaga, anak ini memang sangat bermasalah dirumahku saja dia suka marah-marah padaku. Kamu boleh menangkapnya. Ibunya tidak bisa mendidik dia. " Kilahnya pada penjaga.
Yasha mengamati orang yang datang, ada 2 orang yang datang mengenakan seragam penjaga kota. Ada bibinya dan yang lain Wiji, Wiji berdiri paling belakang menampilkan bahasa tubuh congkaknya.
Yasha hanya diam mendengar perkataan bibinya hingga mendengar perkataan membawa ibunya. Ia marah melotot kearah bibinya.
" Kau jalang! kau boleh mendongeng(1) sesuka hatimu tentang diriku tapi jangan membawa-bawa orang tuaku. " Bentak Yasha pada bibinya.
" Tuh lihat saja penjaga, ia tak tahu diri penjaga. Sudah menumpang hidup di rumahku, dia selalu membentak-ku " keluhnya pada penjaga.
" Cukup, Kamu kami tangkap karena penyerangan terhadap suadara Wiji. Simpan alasanmu nanti " tegas salah satu penjaga pada Yasha.
Lalu dua penjaga tersebut menangkap Yasha, mengikat kedua lengan Yasha dengan tali khusus. Mereka langsung membawa Yasha ke penjara tanpa pengadilan ataupun introgasi. Hingga dibawapun Yasha tak sempat bertemu dengan ibunya.
Yasha saat ini mendekam di balik jeruji besi, selain Yasha ada beberapa orang yang juga mendekam di sel yang sama seperti dia.
Mereka melotot menatap pada Yasha. Ada 4 orang disel tersebut. Salah satunya Yasha dan ketiga lainya terlihat sama persis masing-masingnya mereka terlihat kembar,tetapi disamping kembarnya mereka. Orang-orang ini terlihat garang, lebih garang dibanding preman yang ia kalahkan.
Berbagai macam tato menempel ditubuh mereka, kini mereka sedang menatap tajam pada Yasha. Salah satunya yang memiliki bekas luka tebasan X besar didadanya yang terlihat dari celah bajunya berkata.
" Hei anak baru, karena kau anak baru. Kau harus menuruti semua perkataan kami. Perkenalkan kami adalah Feng bersaudara. Aku Fang saudara tertua dari mereka. Yang matanya buta sebelah adalah Fing saudara kedua, dan yang terakhir yang jarinya hilang satu adalah Fung saudara bungsu kami. "
Yasha hanya diam mendengar perkataan mereka, tanpa melirik sekalipun mereka.
" Berani sekali kau tidak mendengar perkataanku, kau boleh saja tidak mendengar perkataanku jikalau kau telah berhasil mengalahkan kami. Namun faktanya kau belum mengalahkan kami. Kau akan menjadi boss kami jika berhasil mengalahkan kami. " Ujar Fang.
Yasha yang dari tadi diam, tiba-tiba menengok dan melotot pada Fang " Baiklah jika itu mau kalian, mari kita bertarung " bentak Yasha.
Fang langsung membalas " Bertarung apanya ?! Kau ingin lebih dihukum jika bertarung ? Kita melakukan adu panco tanda kejantanan lelaki! " Sanggah Fang.
Fung yang termuda tiba-tiba memajukan diri, ia menatap Yasha " Aku adalah lawanmu yang pertama! Jika aku mengalahkanmu aku tidak akan disuruh-suruh memijat lagi! Itu sungguh melelahkan kawan. "
Yasha yang dari tadi kesal karena masuk penjara kini bisa melampiaskan amarahnya. Tidak memperhatikan kata mereka tapi menuruti untuk adu panco karena ia merasa setidaknya bisa melampiaskan amarah.
Feng bersaudara memiliki bentuk tubuh kekar dengan dadanya bidang, hampir mirip seperti beruang. Yasha dan Fung sudah dalam posisi siap panco tangan kanan mereka saling mengenggam satu sama lain. Fang memberikan aba-aba.
" 1 "
" 2"
" 3 "
" Mulai "
Yasha dengan mudah mengalahkan Fung, meski yasha dan Fung memiliki perbedaan berat badan yang menguntungkan Fung, namun Yasha sedari kecil selalu berlatih tehnik berpedang hingga meningkatkan ototnya dengan cukup baik. Telapak tanganya yang kasar telah menjadi bukti bahwa ia berlatih dengan keras.
Lawan kedua adalah Fing, sama seperti Fung. Fing juga tidak dapat memberikan perlawanan terhadap kekuatan Yasha. Yasha memang telak lagi.
Namun ketika berhadapan dengan Fang yang menjadi kakak tertua dari Feng bersaudara, Fang memberikan perlawanan yang cukup sengit. Otot Fang bukan main, mungkin hampir sebanding dengan Yasha ditambah berat badanya yang membuatnya lebih untung. Namun tetap saja dihadapan Yasha ia dikalahkan.
Mereka bertiga lalu bergegas berbisik-bisik di ujung ruangan terdengar bisikan mereka ketelinga Yasha.
" Tenaganya bukan main, dia sangat kuat "
" Ya badanya padahal biasa saja tidak gagah seperti kami. "
" Ya dengan kekuatanya mungkin dia benar-benar melakukan kejahatan hingga dijebloskan ke penjara ini "
" Ya benar! Tetapi pria sejati harus mentaati janjinya "
Mereka bertiga lalu berbalik ke arah Yasha dan tiba-tiba.
" Bos "
" Bos "
" Bos "
Feng bersaudara bersujud menobatkan Yasha menjadi boss mereka. Yasha yang telah dinobatkan menjadi boss mereka entah kenapa merasa sedikit bahagia, ada perasaan yang tak dapat dilukiskan dihatinya.
" Jika boss memerintahkan kami ke barat kami tak akan pernah ke timur (2) " tegas mereka bertiga serentak.
Yasha yang sudah melampiaskan amarahnya sudah tidak lagi kesal dan perasaan dihatinya membuatnya sedikit tenang.
" Kenapa kalian bisa masuk penjara ? " Tanya Yasha.
" Sebenarnya kami tidak bersalah. Tetapi kami dijebloskan kepenjara ini " ujar Fang.
" Kami bertiga berasal dari daerah selatan yakni Bunoa lalu— " lanjut Fing
" Lalu kami mengadu nasib menuju Ibukota Janaya namun— " tungkas Fung
" Namun ketika kita baru saja sampai disini di perbatasan Gauri, ada suatu— " tungkas lagi Fang.
" Bisakah kalian berbica satu saja ? Tanpa dipotong ?! " Bentak Yasha.
" Baik boss " Mereka bertiga mengangguk
" Aku saja yang bercerita "
" Aku saja "
" Lebih baik Aku "
Mereka kembali berdebat, hingga akhirnya Yasha membuat keputusan Fung kamu saja yang bercerita.
Fung bahagia dan mengangguk " Jadi, ketika kami tiba disini di Gauri, ada suatu peristiwa samun orang-orang berteriak meminta tolong dan mengejar para penyamun. Totalnya kalau tidak salah 8 orang " ucap Fung
" Tidak,7 orang " bantah Fang
" lewati detail itu " ujar Yasha dingin.
" Nah sontak saja kami membantu, kami mengejar para penyamun tersebut, namun kami kelelahan dan penyamun malah berhasil kabur " lanjut Fung
" Namun karena kami berada paling depan ketika mengejar penyamun, para warga tidak tahu kami membantu mengejar malah ketika para warga menyusul malah kami yang disangka penyamun. Akhirnya kami dikeroyok lalu dibawa kepenjara ini " ujar Fung.
Yasha hanya terdiam seketika ketika mendengar cerita tersebut, lalu berkata " sungguh sial sekali nasib kalian " Yasha menepuk punggung mereka.
" Ya tak apa bos, kebenaran pasti akan terungkap " ujar mereka sambil berpose khidmat.
" ... "
" Lalu bos sendiri kenapa ? " Tanya mereka
" Aku hanyalah korban dari kesewenangan para penguasa menggunakan kekuasaanya " ungkap Yasha.
Feng bersaudara takjub serentak berkata " Boss keren abis!!! "
Pada hari itu mereka tidak tahu bahwa pertemanan antara Feng bersaudara dengan Yasha menyebabkan dampak besar dimasa depan.
Keesokan harinya, Yasha dikunjungi oleh Ibunya. Ibunya pergi mengunjungi Yasha dan berniat menebusnya. Sebelum itu ia bertemu dahulu dengan Yasha.
" Nak, apa kamu baik-baik saja ? " Tanya Ibunya khawatir.
" Ya bu, Yasha baik-baik saja. Maafkan aku membuat Ibu khawatir. " Ungkap Yasha.
" Ibu yang minta maaf nak, Ibu belum bisa menebusmu kemarin, kini Ibu akan membebaskanmu. " Ujar Ibunya
Yasha kemudian di tebus seharga 20 emas. Yasha yang mendengar ini kaget, 1 emas saja sudah memiliki nilai tinggi apalagi 20. (3)
Yasha memberanikan diri bertanya
" Bu darimana Ibu dapat uang segitu?"
" Itu hasil Ibu bekerja selama ini nak... " Jawabnya Ibunya tersenyum.
" Bu, jangan bohong... 20 emas itu bernilai 2000 tembaga. Sedangkan Ibu bekerja sudah 10 tahun. Gaji Ibu perbulan adalah 5 tembaga jika dikali 120 bulan hasilnya 600 tembaga. Sisanya ibu dapat darimana ?! " Yasha merasa marah karena ia semakin menyusahkan ibunya.
" Tenang nak, Ibu menjual kalung pernikahan Ibu dan Ayah. Kamu jangan murung gitu " Kata Ibunya sambil tersenyum
" Tapi bu, itukan benda berharga Ibu dan ayah— " ujar Yasha
" Sudah nak, yang penting kamu selamat " potong Ibunya.
Beberapa hari berlalu, Yasha sejak keluar Yasha tidak berlatih berpedang lagi. Ia lebih sering berdiam diri di kamar. Hubunganya dengan Bibinya menjadi hancur. Meski masih tinggal disana, kadang Bibinya melantunkan sindiran.
Suatu hari, Ibunya tiba-tiba mengalami jatuh sakit, ia berkata tanganya tiba-tiba tidak bisa digerakan, ketika Yasha sentuh ibunya menjerit kesakitan. Yasha panik, ia membopong Ibunya ke tabib di Gauri.
Namun tabib tak berdaya, tidak tahu penyakit apa namun yang jelas Ibunya mengalami peradangan.
Terlihat di tanganya mulai merah, lalu panas ketika disentuh.
Ibunya yang terbaring coba menahan sakit dan melihat Yasha.
" Nak tak apa, sebenarnya Ibu telah mengalami penyakit ini sudah sejak lama. Namun akhir-akhir ini tidak kambuh, tapi entah mengapa hari ini kambuh " gumam Ibunya
" Nak, mungkin hidup Ibu tak akan lama lagi. Maafkan ibu dan ayah. Hidupmu tak semenyenangkan orang lain,bahkan ibu tidak dapat memberikanmu uang untuk kamu hidup setelah ibu tak ada. Uang kita telah habis. Tapi Ibu Mohon hiduplah dengan baik. " Lanjut Ibunya sambil tersenyum.
" Mungkin kau akan menyalahkan takdir, tapi takdir tidak bisa disalahkan nak. Namun bisa dilawan. Deng...an hi...dup seba...hagia mung...kin ke..tika tak...dir se...dang meng...uji ki...ta. " Ucap Ibunya terakhir kali sembari menghembuskan nafas terakhir kali.