"Matt!! Lihat aku!!" Teriak penjaga itu seraya membuka penutup wajahnya, wajah manisnya, poni tipis menghiasi dahi beningnya, tergantung gulungan rambut di bagian belakang kepalanya, lentik matanya menambah indah ciptaan Tuhan itu.
Sekejap kepala Matt meliuk, menatap kosong ke arah penjaga yang ternyata seorang wanita itu.
"Aku mohon!! Sadarlah!" Pinta penjaga wanita itu dengan wajah memelas. Matt menatapnya. Riang wanita itu sekejap hilang kembali saat Matt kembali bertatapan kosong dan mengalihkan pandangannya kembali ke depan.
Namun, wanita itu belum juga menyerah, harapan dalam hatinya masih menggebu. Ia yakin Matt akan tersadar dan kembali normal, hingga ia pun kembali berkata dengan nada agak tinggi, "Matt!! Sadarlah!! Kembalilah menjadi Normal!!"
Beberapa puluh detik ia menatap ke arah kekosongan pandangan Matt, dan Matt masih saja tak bereaksi. Wanita itu benar-benar hampir kehilangan harapan, Ia pun memutuskan untuk pergi dari ruangan itu.
Namun baru saja kakinya melangkah setengah jalan menuju pintu besi untuk keluar, suara erangan berat seorang pria membuatnya kembali berbalik arah.
"Matt?" Dalihnya.
Matanya berbinar melihat Matt yang sepertinya kembali tersadar, dia menatap penjaga wanita itu dengan tatapan bingung. Belum juga ia melangkah ke arah Matt yang kebingungan, deru helikopter terdengar di telinganya.
"Kenapa mereka kembali?" Heran wanita itu karena biasanya helikopter hanya akan datang saat para abnormal pergi dan pulang bekerja. Dna tentu saja hal itu membuat sang penjaga wanita malah meneruskan berjalan menuju pintu besi dan meninggalkan Matt sekejap.
Melirik sekejap dari lorong kamar Matt ke arah lapang di tengah bangunan. Sebuah helikopter hampir mendarat disana.
Wanita itu berbalik dan pintu besi dikuncinya kembali. Sebuah helikopter mendarat saat ia baru saja keluar dari lorong ruangan kumal itu.
"Kenapa mereka kembali?" Gumamnya pelan sambil menunggu salah seorang diantara mereka melihatnya dan menyapanya. Dan maksudnya nanti, ia akan balik bertanya perihal kedatangan mereka.
Seorang penjaga tampak melirik ke arahnya dan saat itu kesempatan bagi penjaga wanita itu untuk mengetahui tujuan mereka.
"Penjaga! Kami kehilangan seorang abnormal, apa kau melihatnya?" Tanya seorang penjaga dari dalam heli yang baru saja mendarat. Tanpa bertanya pun, penjaga wanita itupun sudah tahu apa yang mereka cari sehingga mereka harus kembali.
'Apa maksud dia Matt?' Tanyanya dalam hati.
"Sepertinya dia sakit, dia ada di kamarnya sekarang!" Teriak penjaga yang baru saja keluar dari lorong kamar Matt saat deru mesin helikopter masih membisingkan telinga.
Dua penjaga pun turun dari helikopter yang kini mesinnya telah mati. Berjalan setengah lari dengan senjata di pundaknya menuju lorong yang baru saja dilalui penjaga wanita.
Penjaga wanita itu malah mematung kini. Menatap mereka menghilang dari pandangannya.
"Astaga! Kenapa aku malah mematung?" Kejutnya pada diri sendiri setelah beberapa menit penjaga itu masuk ke dalam kamar Matt.
Ia pun bergegas menuju kamar Matt mengikuti dua penjaga yang sudah beberapa menit lalu memasukinya.
Pintu kamarnya nampak terbuka meski hanya sedikit. Penjaga wanita itupun mengintip lewat celah tersebut. Mereka nampaknya tengah berbincang seraya sesekali menatap ke arah Matt yang masih nampak kebingungan.
"Hei!! Jawab aku! Apa yang sebenarnya terjadi?!" Tanya Matt polos pada kedua penjaga itu.
'Apa?! Matt benar-benar tersadar?' Tanya penjaga wanita dalam hati yang masih asyik mengintip dari celah dari pintu yang tak tertutup sempurna.
Kedua penjaga di hadapan Matt hanya terdiam menatapnya, sesekali mereka saling menatap tajam satu sama lain.
"Hei!! Apa kalian mendengarku?!" Tanya Matt kesal sembari menggoyangkan tubuh kedua penjaga di hadapannya satu persatu.
'Matt!! Kau benar-benar lupa ucapanku tadi?!' Kesal penjaga wanita yang tak bisa melakukan apapun kini selain mengintip Matt dari celah pintu besi.
Nampak seorang penjaga di hadapan Matt mengeluarkan sebuah benda dari dalam sakunya. Mata wanita di celah pintu besi memicing, hendak menatap tajam apa yang sebenarnya penjaga itu keluarkan dari dalam saku celananya.
"Apa itu?! Apa yang akan kalian lakukan padaku?!" Tanya Matt curiga sekaligus takut.
'Apa yang akan mereka lalukan?!' Geram penjaga wanita dalam hati.
"Pegang erat dia!" Pinta seorang penjaga saat ia telah siap dengan benda dalam genggamannya.
Seketika sebuah nebulizer berisi gas berwarna biru langit dipasangkan secara paksa pada saluran pernapasan Matt. Seorang lainnya memegangi Matt dengan erat. Belalak mata seketika tergantikan dengan keterpejaman mata sipit milik Matt. Badannya langsung rubuh menimpa kasur tipis yang didudukinya tadi.
Gubrak..
Tubuh wanita itu ikut terjatuh menabrak pintu besi saat tubuh Matt terjatuh. Sesaat itu, dua orang penjaga mengalihkan pandangan mereka ke arah penjaga wanita itu.
"Apa yang kau lakukan?!" Bentak salah seorang penjaga disana.
"Maaf, Penjaga! Saya benar-benar tidak sengaja," Timpal penjaga wanita itu seraya mengembalikan posisinya menjadi kembali berdiri.
"Apa yang sebenarnya terjadi padanya?!" Tanya salah seorang penjaga lainnya.
"D.. Dia hampir tersadar, Tapi sepertinya dia sudah kembali abnormal, Penjaga, tadi Dokter Ace sudah memeriksanya," Jelas penjaga wanita itu.
"Jangan berbohong pada kami! Kau baru saja dari sini kan?" Interogasi kedua penjaga itu pada seorang penjaga wanita.
"Saya tidak berbohong penjaga, saya hanya di suruh menjaganya saat Kepala pergi," Timpal penjaga wanita dengan penutup wajah, sehingga tidak ada yang tahu kalau dia seorang wanita.
Kedua penjaga itu menyeret penjaga wanita itu ke dalam kamar Matt secara paksa.
"Kau pikir kita bisa dikelabui, Hah?!" Bentaknya seraya melempar penjaga wanita itu ke lantai.
"S.. Saya hanya diminta menjaganya tuan, Dokter Ace pun telah memeriksanya tadi," Dalih wanita itu yang kini sudah setengah ketakutan ada di tempat itu.
"Sedari tadi kau ada di tempat ini kan? Kau benar-benar tak tahu apa yang terjadi padanya, hah?!" Bentak lagi salah seorang penjaga berbadan tegap itu.
Penjaga wanita itu hanya mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya yang terbungkus sarung tangan hitam seraya berkata," Sumpah, penjaga! Saya benar-benar tidak tahu apa-apa, saya hany diminta menjaganya setelah Dokter Ace menyebutkan kalau dia kembali normal,"
'Maafkan aku Matt, aku tak ingin aku dapat masalah karena hal ini,' Lirihnya dalam hati.
"Alasanmu terlalu berbelit Nona..Jo," Sahut penjaga yang kini keduanya ada di hadapan penjaga wanita itu. Mereka bisa tahu kalau penjaga yang baru saja diinterogasinya adalah seorang wanita dari nametag di bajunya.
"Kau sepertinya tidak pandai berbohong, Ya kan?" Ucap penjaga satu lagi seraya menyentuh dagu penjaga wanita setengah ketakutan itu.
Penjaga wanita yang disapa Jo oleh salah seorang dari kedua penjaga jahat tadi mengelak sentuhan di dagunya itu. Ia kemudian menegaskan," Jangan macam-macam denganku!!"
Kedua penjaga yang sepertinya adalah pria itu tertawa meremehkan Penjaga wanita Jo, hingga salah seorang diantara mereka berkata, " Ohh.. Sepertinya dia suka mengancam juga ternyata,"
Kaki penjaga Jo berada tepat di bawah selangkangan kedua pria yang menghadangnya dalam ketersungkuran.
Tiba-tiba..
Bugh..
Serangan kaki tak terduga dilayangkan Jo tepat pada kelamin kedua penjaga pria di hadapannya. Dan tentu saja hal itu membuat mereka merasa kesakitan tiada tara.
Saat itu pula kesempatannya untuk melarikan diri ada di depan mata, seketika dengan cepat ia berlari keluar dari ruangan itu meninggalkan kedua penjaga yang tengah merintih itu.
"Maafkan aku, Matt," Lirih penjaga wanita itu lagi seraya meninggalkan lorong kamar Matt.
Rasa bersalah karena meninggalkan Matt yang telah dicekoki gas itu lagi oleh kedua penjaga tadi, sepertinya mereka tahu kalau Matt telah kembali normal.