Chereads / Pulau yang Hilang / Chapter 61 - Sugesti Beno

Chapter 61 - Sugesti Beno

'Tapi, Kok dia diem aja?', batinnya. Dia mencoba mengajaknya lagi, " Dre!! Hei!! Ayo!!!".

Sorotan senter masih menyoroti mata Andre dari kejauhan, ia nampak merangkak perlahan ke arah Beno. Tapi cara merangkaknya mengapa berbeda? Nampak kaku dan patah-patah dengan leher yang masih agak bengkok ke arah kiri.

Beno yang mulai merasa ada yang berbeda pada Andre. "Dre? Kamu baik-baik aja kan?",tanya Beno memastikan.

Andre semakin mendekat ke arah Beno. Takut terjadi apa-apa pada dirinya, Beno segera memutar kemudi pintu itu.

"Euuhhh...", suara dari mulut Beno saat kemudi itu sulit diputar olehnya.

"Kenapa susah sangat?", gerutunya sambil mengatur napasnya.

"Euhhh... "

Beno terus berusaha memutar kemudi pembuka pintu kecil itu. Sedangkan Andre masih terus merangkak ke arahnya.

Tatapan Andre kosong. Beno bisa melihatnya meski wajah Andre tak menghadap ke arahnya. Semakin penasaran ia pada sosok Andre, kenapa dia menjadi seperti ini?

"Euuhhh....", segenap tenaga yang tersisa dalam dirinya ia keluarkan. Hingga....

Krrekk.. Srrttt..... Srrrtttt....

Akhirnya kemudi pintu itu longgar dan bisa ia putar.

Tiba-tiba...

Brugh...

Tubuh Andre menimpa tubuh Beno. Hingga posisi Beno telentang ditimpa tubuh Andre. Tangan Andre meraba-raba leher Beno. Perlahan ia sentuh hingga lama kelamaan ia mencekiknya.

Tak mau mati begitu saja di tangan Andre yang berubah, ia meronta-ronta, tangannya memegang erat bahu Andre. Lalu mendorongnya kuat ke atas dan dibantingkan ke samping.

Andre menjadi lemah, terbaring tak berdaya. Beno memanfaatkan momen itu untuk kembali memutar kemudi pintu kecil hingga akhirnya...

Blugh...

Ada seseorang yang mendorong pintu kecil yang hanya seukuran tubuh Beno itu. Ada wajah yang tak asing dari balik pintu itu, Dr. Ben.

"Ayo Beno!! Cepat kemari!", seru Dr. Ben dari balik pintu itu.

Beno segera masuk ke dalam pintu berbentuk bundar itu. Kepalanya dimasukkan terlebih dahulu ke dalam pintu itu, dibantu oleh Dr. Ben dari bagian dalam. Tapi...

Sraapp...

Usaha mereka terhenti, kaki Beno ditahan oleh seseorang di dalam lorong bagian luar pintu. Kedua kakinya digenggam erat oleh Andre. Bukan hanya ditahan, tapi juga kaki Beno ditarik kembali keluar oleh Andre yang sudah berubah menjadi manusia jadi-jadian.

Srettt...

Kekuatan tarikan Andre sangat kuat dan cepat, sehingga Beno tak sempat untuk melawan. Ia kembali masuk ke dalam lorong sempit dengan Andre yang kehilangan kesadaran.

"Andre!! Hei!! Ini aku, Beno", ucap Beno saat Andre kembali menimpa tubuhnya.

Dia menahan bahu Andre agar menjauh dari tubuhnya. Tapi Andre terus meronta hendak menyerang Beno. Meski begitu, Beno masih punya sisa tenaga untuk menahannya dan mendorong tubuh Andre ke samping. Hingga kini posisi Beno menduduki tubuh Andre.

"Dre!!!! Sadar woyy!! Ini aku, Beno!!", geram Beno sambil menepuk-nepuk pipi Andre.

Saat itu, Beno menatap wajah Andre. Tatapannya benar-benar kosong, meski melihat ke arah Beno. Tapi kini ia tak meronta lagi. Andre diam dengan tatapan yang sama. Beno yang menyadari itu, ia segera menjauh dari tubuh Andre.

Beno menatap wajah Dr. Ben yang ada di ambang pintu kecil. Tatapan penuh tanya Beno pada Dr. Ben. Ia heran dengan apa yang terjadi.

Tapi untuk mengantisipasi satu dan lain hal yang tidak diinginkan, Dr. Ben segera meminta Beno membawa Andre masuk ke dalam kamarnya melalui pintu kecil itu.

Beno segera menyeret tubuh Andre yang masih terdiam dari belakang. Lengannya dimasukkan ke dalam bagian ketiak Andre lalu ia tarik mendekati pintu. Dr. Ben sudah siap dari bagian lain pintu, perlahan Dr. Ben tarik kaki Andre yang dimasukkan terlebih dahulu. Hingga akhirnya Andre berhasil masuk ke dalam kamar Dr. Ben. Beno pun masuk setelah Andre berhasil masuk. Pintu kecil itu kembali ia tutup dari dalam.

Dr. Ben meminta Leah mengambilkan kursi dan tali untuk mengikat Andre.

"Leah! Tolong ambilkan kursi itu dan tali didalam lemari saya", pinta Dr. Ben sambil menunjuk kursi di samping pintu masuk lain.

Leah segera mengambilkan benda yang diminta Dr. Ben. Lalu ia letakkan kursi itu di dekat Dr. Ben. Andre yang saat itu tergeletak, tapi masih terbuka kedua matanya, dipindahkan oleh Beno dan Dr. Ben ke atas kursi. Ia didudukkan di atasnya. Kemudian tubuhnya diikat erat oleh Dr. Ben. Andre duduk terkulai di atas kursi itu. Terlihat seperti kelelahan.

Arash yang sudah siap dengan stetoskopnya, segera memeriksa denyut jantung Andre.

Dugh.. Dugh.. Dugh..

"Denyutnya sangat cepat, tapi napasnya normal", ucap Arash. Setelah itu ia ambil senter dari saku bajunya, dan mengarahkannya pada mata Andre. "Tatapannya kosong", sambung Arash.

Dr. Ben yang asalnya membelakangi Arash dan yang lainnya, ia berbalik setelah mendengar Arash berbicara perihal keadaan Andre. "Dia sudah jadi manusia abnormal", singkat Dr. Ben.

"Apa??", ucap Beno dan Leah bersamaan. Mereka cukup terkejut dengan apa yang diucapkan Dr. Ben.

"Ya, dia jadi manusia abnormal", lagi Dr. Ben.

"Tapi.. Bagaimana?", penasaran Beno.

Dr. Ben hanya mengangkat kedua bahunya, kemudian memalingkan wajahnya dari Beno. Ia berjalan menuju Arash yang duduk memperhatikan di atas ranjang.

Kenapa semuanya malah kacau? Mana pernikahan itu tinggal beberapa jam lagi. Andre malah berubah jadi manusia abnormal. Kenapa?, batin Dr. Ben sembari berjalan ke arah Arash lalu duduk di sampingnya.

Bingung bagaimana dengan rencana mereka untuk selanjutnya, apakah bisa berhasil atau bahkan gagal.

Dr. Ben hanya merebahkan badan di atas ranjang itu dengan posisi kaki masih menapak lantai. Tubuh Andre masih diikat di atas kursi dan masih terlihat lemah. Di sebelah kiri Andre, ada Beno terduduk di lantai dengan punggung membelakangi dinding. Disampingnya ada Leah yang juga duduk dengan posisi sama, membelakangi dinding. Mereka semua memikirkan hal yang sama dengan Dr. Ben. Wajah yang penuh pasrah.

Saat keheningan dirasa, tanpa suara, tanpa ada yang memecah suasana. Tiba-tiba...

Gubrak....

Arghh...

Andre terjatuh ke lantai bersama kursi tempat ia diikat. Tentu saja hal itu membuat penghuni kamar itu melirik ke arahnya dan mengerumuninya. Posisinya meringkuk dengan kursi menempel di tubuhnya.

"Dre?"

Perlahan Beno mendekati Andre, tangan kanannya hendak ia gerakkan untuk menyentuh bahu kiri Andre. Tapi..

Sebelum tangan Beno berhasil menyentuhnya, Kepala Andre berbalik ke arah Beno dengan tatapan tajam di kedua bola matanya.

"Dre? Ini aku Beno, temanmu. Kamu masih ingat kan?"

Andre belum berkutik juga, masih ia tatap tajam Beno. Lantas Beno dan Dr. Ben membantu Andre ke posisi semula. Ia kembali duduk dengan normal di atas kursi tapi masih terikat.

Meski sudah kembali duduk, ia masih menatap tajam Beno. Beno menatapnya balik dengan tajam, alis tebalnya menukik, menambah tajam tatapannya. Tatapan mereka terkunci beberapa detik. Sembari menatapnya tajam, Beno mengucapkan pelan beberapa patah kata, " Dre! Ini aku Beno, kita teman. Kita memilih untuk mematahkan misi-misi adikmu, Max".

Kedua mata mereka masih saling menatap. Beno terus mengatakan hal yang sama berulang kali.

Tiba-tiba,, mata Andre mengerjap, lalu memandang sekelilingnya, matanya menangkap ada Dr. Ben, Arash, Leah dan Beno memandanginya. Ia terheran, apa yang membuat mereka memandanginya seperti itu?.

"Kalian kenapa?", tanya Andre yang seperti sudah kembali ke keadaan semula.

Ia mencoba menggerakkan tubuhnya. Ehh.. Tapi, kok?

"Kenapa aku diikat?"

Dr. Ben, Beno, Arash, dan Leah masih memandangi Andre penuh ketakjuban melihat Andre kembali berubah. Dia berbicara seperti semula.

"Andre? Kamu.. Andre??" ,tanya Beno yang masih terheran bercampur takjub.

"Apa maksudmu? Aku Andre lah", sewot Andre.

Beno memeluk Andre secara tiba-tiba yang membuat Andre terkejut dibuatnya. Setelah Beno melepas pelukan itu, ia segera melepas lilitan tali yang mengitari tubuhnya.

Dr. Ben dan Arash saling memandang tak menduga kalau Andre bisa sembuh secepat itu. Dr. Ben tersenyum pada Arash dan berkata, " Dia sembuh".

"Dia sembuh karena sugesti Beno", pungkas Arash.