Banyak makhluk aneh di dalam ruangan itu. Terpajang dalam lemari kaca. Mata Beno berhenti berkedip. Matanya melotot terkejut.
"Nah ini dia manusia abnormal", tunjuk Dr. Ben pada salah satu makhluk yang terpajang itu.
Mata Beno segera tertuju kesana. Ke arah Dr. Ben menunjuk tadi. Dan benar, itu mirip dengan manusia abnormal yang pernah ia temui di desa itu.
"Kita tidak perlu relawan. Kita bisa gunakan makhluk ini", ucap Dr. Ben sambil menekan-nekan tombol tepat di depan lemari kaca berbentuk silinder itu.
Dan tiba-tiba...
Tempat Makhluk itu berpijak turun ke bawah, dan tentunya dengan makhluk itu. Jadi, tepat di tempat setiap makhluk berdiri, disana ada lubang yang tertutup dan tak terlihat, dan jika di tekan salah satu tombol di depan lemarinya, maka akan si makhluk itu akan turun ke lubang itu.
Beno yang menyaksikan hal itu, heran dan terkejut. " Kemana makhluk itu?", tanya Beno.
"Ayo ikut aku!", ajak Dr. Ben yang sama sekali Beno tak mengerti maksudnya.
Dr. Ben berjalan menuju tempat tadi ia membuat cairan penawar. Diikuti oleh Beno di belakanganya. Di ruangan itu, ada meja sepanjang 3 meter, tempat Dr. Ben meneliti cairan-cairan penawar. Dan di seberangnya, ada lagi ruangan. Entah dari mana jalan masuknya, yang pasti ada pembatas dari kaca tanpa celah dari langit-langit sampai lantai. Dan.... Didalamnya ada manusia abnormal yang tadi masuk ke lubang di dalam lemari kaca.
Ternyata, lubang itu mengarah kemari. Ke ruangan berbatas kaca setebal 1 cm. Jadi, jika para ilmuwan atau peneliti sedang melakukan percobaan, maka supaya aman, kelinci percobaan mereka diletakkan di dalam ruangan kaca ini. Baik diikat di sebuah ranjang atau dibiarkan begitu saja.
Tapi,,, Manusia abnormal yang Dr. Ben bebaskan dibiarkan begitu saja. Karena makhluk itu tak begitu berbahaya.
Manusia abnormal itu terbaring lemas saat baru dikeluarkan lagi dari lemari pajangan setelah beberapa tahun. Manusia itu semacan diawetkan di dalam lemari kaca yang tak biasa. Siapa saja yang masuk ke dalam lemari itu beberapa menit kemudian akan terawetkan. Seperti manusia abnormal dan makhluk-makhluk lainnya di dalam lemari pajangan itu. Saat para makhluk itu dikeluarkan, mereka akan terbaring lemas selama beberapa menit sebelum kemudian akan terbangun dan hidup.
Selagi manusia abnormal itu masih terbaring tak sadar, memang dia tak sadar, Beno dan Dr. Ben masuk ke dalam ruangan berdinding kaca itu lewat satu-satunya pintu tepat di samping ruangan itu. Kemudian, mereka mengangkatnya dan mengikatnya di atas ranjang untuk berjaga-jaga. Setelah itu, mereka keluar kembali dari dinding kaca itu.
Beberapa menit kemudian, manusia itu terbangun. Tatapan matanya lesu. Tak bergairah. Ia hanya sekali menatap ke arah Beno dan Dr. Ben yang sudah ada di depannya di balik dinding kaca tentunya. Manusia itu mencoba menggerakkan tangannya yang diikat ke kursi. Dan mencoba menggertak. Hingga akhirnya ia terjatuh bersama kursi yang didudukinya.
Dr. Ben segera menghampirinya sembari membawa jarum suntik berisi cairan yang ia buat tadi.
Dan... Aarghh....
Mata manusia itu terbelalak seketika, semacam menahan sakit. Lalu ia tak sadarkan diri.
Tiba-tiba Max datang dan menghampiri Beno. " Kenapa ini Beno?", tanyanya saat ia sudah tiba-tiba ada di samping Beno yang sedang menyaksikan Dr. Ben menyuntikkan cairan itu.
' Aduh... Bisa bahaya ini. Kalau Max tau jika kita bukan sedang membuat ramuan agar makhluk itu makin ganas. Bisa celaka aku', khawatir Beno dalam hatinya.
Belum juga Beno menjawab dengan alasannya, tiba-tiba....
Manusia yang telah diberi suntikan tadi terbangun. Matanya melotot merah menyala. Tubuhnya membesar. Ototnya mengekar.
" Awas Dr. Ben!!!", teriak Beno saat manusia itu hendak berlari dan menerkam Dr. Ben dari belakang. Saat itu, Dr. Ben hendak keluar dari ruangan itu lewat pintu di sampingnya.
Mendengar teriakan itu, Dr. Ben segera berlari mendekati pintu, meraih gagangnya, dan dengan sigap menutupnya kembali, kemudian menguncinya rapat dari luar. Pintu itu punya pengunci semacam kemudi. Jadi cara membukanya diputar ke kanan, cara menutupnya diputar ke kiri, dan cara menguncinya dengan cara menarik kemudinya itu.
" Huft,, hampir saja", ucap Dr. Ben di balik pintu itu yang sudah ada Beno disana.
Mereka berjalan kembali ke ruangan dimana Max menunggu di balik dinding kaca.
Terlihat wajah Max tersenyum pada Beno dan juga Dr. Ben. " Aku bangga pada kalian", ucapnya. " Dan kau, hampir saja membunuh dirimu sendiri", sambungnya sambil menatap Dr. Ben.
"Makhluk apa yang kau buat itu?", tanya Max pada Dr. Ben..
Dr. Ben pun menjawabnya, " Makhluk yang kau inginkan".
"Yups!! Itu lebih dari yang ku inginkan", ucap Max diikuti tertawa keras dari mulutnya, lalu berlalu dari ruangan itu.
Sesaat setelah Max pergi, Beno kembali bertanya sambil menatap makhluk menyeramkan di balik dinding penyekat kaca, "Kenapa jadi makhluk itu? ".
" A.. Aku juga gak tahu. Kenapa jadi makhluk mengerikan itu? Perasaan.. Aku masukan bahan yang benar", jawab Dr. Ben.
Saat mereka berbicara seperti itu, ternyata Max belum benar-benar pergi dari sana. Ia masih ada tepat di luar ruangan itu. Dan ia mendengar apa yang mereka bicarakan barusan.
"Karena aku sudah menukar cairan itu. Dan aku tidak bodoh", ucap Max pelan dari balik ruangan itu. Kemudian, dia pergi kembali ke ruangannya. Ia tahu, mereka pasti sedang merencanakan sesuatu.
Ternyata Max tahu apa yang sedang mereka rencanakan. Lho? Kok bisa tahu?
________________________________
Jadi, saat Beno menuju ruangan dimana Dr. Ben berada, Max yang habis sarapan dan hendak menuju ruangannya dengan lift, melihat Beno tengah berjalan menuju ruangan Dr. Ben. Karena hatinya penuh rasa curiga, ia segera membuntuti Beno.
Ia diam di balik pintu masuk ke ruangan Dr. Ben. Ia menguping apa yang sedang mereka bicarakan.
Saat Beno berbicara, " Apa disini gak ada sample manusia abnormal? Atau kalau tidak ada, kamu mungkin bisa gunakan manusia normal, kemudian kamu ubah jadi manusia abnormal lalu coba cairan ini padanya, dan lihat apakah manusia abnormal itu kembali menjadi manusia biasa atau tidak?
Saat Max mendengar kata " kembali menjadi manusia biasa". Ia semakin curiga pada mereka. Dan ia semakin yakin kalau mereka sedang merencanakan sesuatu.
Max memutuskan untuk tetap mengawasi mereka dengan menguping setiap pembicaraan mereka. Hingga akhirnya ia punya ide untuk berusaha mengganggu setiap rencana yang mereka rancang.
Pintu masuk ke ruangan Dr. Ben memang tak tertutup rapat, sehingga selain Max mengupingnya, ia juga bisa mengintip apa yang sedang Beno dan Dr. Ben lakukan.
Nah, saat Dr. Ben dan Beno masuk ke ruangan berisi makhluk-makhluk ciptaan Max yang menyeramkan, Max berkesempatan untuk masuk ke dalam dan menukar penawar yang sudah disiapkan Dr. Ben dengan cairan lain yang serupa warnanya. Cairan penawar Dr. Ben berwarna biru terang, ditukar oleh Max dengan cairan lain yang sebenarnya Max juga tidak tahu untuk apa cairan itu, namun yang pasti warnanya serupa, tak ada bedanya.
Dan... Tarraaa... Akhirnya saat Dr. Ben menyuntikkan cairan itu pada manusia abnormal, makhluk itu berubah menjadi ganas. Rencana Max berhasil kali ini.
___________________________________
"Bagaimana ini, Dr. Ben?", tanya Beno penuh kecemasan dalam dirinya.
Dr. Ben hanya bisa termenung melihat akibat dari cairan yang ia kira buatannya. "Aku tidak tahu", singkatnya.
Kemudian Dr. Ben berjalan mendekat ke meja dimana ia melakukan eksperimennya dengan cairan dan tabung diam atasnya. Langkahnya kemudian terhenti, Ia menatap semua benda yang ada di atas meja itu. 'Kamu tak berguna Ben!', bisik hatinya.
'Kamu tak berguna!! Kamu tak berguna!! Kamu tak berguna!!', bisikan itu terus terdengar olehnya. Hingga ia dibutakan oleh bisikan itu. Ia mengangkat meja yang ada dihadapannya itu sehingga semua benda yang ada di atasnya berjatuhan, termasuk tabung reaksi yang berserakan dan cairan di dalamnya yang berceceran dimana-mana. Sembari berteriak ia melakukannya, " Aku tak berguna!!!!!".
Beno yang melihat tingkah Dr. Ben, ia segera menghampirinya. " Sabar Dok. Kamu sangat dibutuhkan, kamu berguna!", ucap Beno yang mencoba menenangkan Dr. Ben.
Tak cukup disitu, Dr. Ben menginjak-nginjak dan menendang tabung-tabung reaksi yang sudah berserakan di lantai.
"Hei!! Hei!! Dr. Ben! Lihat aku!", ucap Beno sambil memegang pundak Dr. Ben. Sontak saja Dr. Ben menjadi diam dan menatap tajam mata Beno.
" Aku ini sangat membutuhkanmu, bukan hanya aku saja, tapi warga desa juga. Ingat! Mungkin kali ini kamu gagal. Tapi jangan pernah menyerah! Kita bisa mencobanya lagi! Bukan hanya aku yang membutuhkanmu, tapi juga warga desa yang banyak jumlahnya, ingat itu! Mereka semua berharap padamu", jelas Beno.
Tanpa banyak berdalih, Dr. Ben pergi keluar dari ruangan itu, meninggalkan Beno didalamnya. Sengaja Beno tak mengejarnya, Beno mengerti, mungkin Dr. Ben butuh menyendiri. Mungkin, besok Dr. Ben bisa ia bujuk kembali.
Setelah kejadian itu, tak banyak yang bisa Beno lakukan, ia hanya membereskan barang-barang Dr. Ben yang berserakan. Meja yang tadi dijatuhkan, ia tempatkan seperti semula. Tabung dan gelas reaksi yang masih bisa difungsikan, ia pungut dan ditaruh di atas meja. Berasa sudah semua Beno pungut dan bersihkan, ia pun hendak meninggalkan ruangan itu.
Sejenak sebelum ia meninggalkan ruangan itu, ia menatap ke arah manusia abnormal yang telah berubah jadi makhluk ganas. Miris sekali. Yang tadinya ingin memberi penawar malah jadi tambah ambyar. Setelah itu, ia melangkah menuju pintu untuk keluar dari ruangan itu.
Pintu hendak saja dibuka, tiba-tiba terdengar suara Max berbincang dengan beberapa penjaga sepertinya.
" Tangkap pria bernama Beno itu!!", ucapnya dengan penjaga disampingnya.
Mendengar Max berbicara seperti itu, Beno mengurungkan niatnya untuk keluar, ia memutuskan untuk masuk ke ruangan yang penuh dengan makhluk-makhluk menyeramkan untuk menghindar dari Max dan penjaganya. Tak lupa ia menggeser lemari penghalang pintu masuk ke ruangan gelap itu.