Sebenarnya, sebelum dibuang di ruang hampa Pangeran Jingga sama jahatnya dengan Pangeran Merah, namun setelah 499 tahun diruang hampa dan terlalu sering meleraikan perkelahian dan perdebatan antar pangeran, ia berubah dengan hati yang sedikit lebih lembut. Hal itulah yang membuat hatinya bergetar untuk berani menolong Ze Ai Zima.
"Dia adalah cicit ku, aku harus menolongnya" sahut Pangeran Jingga seraya menatap Pangeran Merah yang tidak setuju dengan perbuatan baiknya.
Ze Ai Zima segera berdiri dan berlindung dibelakang Pangeran Jingga, ia sudah mendapatkan kepercayaan dirinya kembali setelah memakai jubah kebesaran itu. Ia sadar saat ini ia tidak punya kekuasaan, ia butuh seseorang yang bisa melindunginya, dan ia berharap Pangeran Jingga bisa menjadi perisainya.
Karena Ze Ai Zima berlindung dibelakangnya, Pangeran Jingga pun merasa tersentuh untuk tetap teguh melindunginya. Ia tahu Pangeran Merah tidak menyetujuinya karena tidak ingin kehilangan warna Jingga murni dalam pelanginya nanti, jadi Pangeran Jingga harus menjelaskankannya kepada Pangeran Merah.
"Aku adalah warna tersier, warna level ketiga. Warnaku bisa dihasilkan apabila warna merah dan ungu di gabungkan, bahkan tanpa aku harus berdiri disana"
"Apa bedanya dengan menggabungkan warna tanpa Pangeran Hitam? Kami tidak akan bercahaya" sanggah Pangeran Merah dengan penuh penekanan "Kita membutuhkan warna yang dipancarkan oleh dirimu bersama jubahmu, bukan warna saja tanpa dirimu.
Kamu harus memakai jubah itu!" titahnya
"Apakah kamu bermaksud membiarkan cicit kita tidak berbusana?" tuding Pangeran Jingga.
"Apa masalahnya untuk kita? Dia punya misi sendiri dan kita punya misi sendiri"
Pangeran Ungu merasa tidak nyaman dengan perdebatan kedua saudaranya itu. Ia adalah Pangeran yang mengutamakan keadilan antar sesama Pangeran Pelangi, sehingga ia merasa harus menengahi perdebatan itu.
"Menurut aku Pangeran Jingga ada benarnya, tidak seharusnya kita membiarkan cicit kita tidak berbusana. Tapi Pangeran Merah juga benar, Pangeran Jingga harus memakai jubahnya. Oleh karena itu, kita harus membuat keputusan yang bijak dan adil"
"Apa itu?" tanya Pangeran Biru.
"Masing-masing dari kita harus memotong ujung jubah kita, jubah itu akan kita ikat dan sambungkan satu sama lain untuk dipakai cicit kita ini" jelas Pangeran Ungu
Pangeran Kuning mengangguk setuju "Kalau begitu ayo kita mulai, tunggu apa lagi?"
Pangeran Kuning dan Biru adalah pangeran yang netral dan cenderung ceria. Mereka biasanya tidak mengambil pusing ketika Pangeran lain berdebat. Mereka hanya berpartisipasi ketika ingin saja. Mereka lebih suka menjadi penonton dan berpihak pada apa yang terlihat benar.
"Aku keberatan, jubah kita terbuat dari kain suci yang ajaib. Jika kita merobeknya sama saja kita merusak citra jubah kita sendiri, dan akan merusak pelangi kita" sanggah Pangeran Merah
"Ayolah Pangeran Merah, jubah kita cukup panjang untuk dibagikan kepada cicit kita, jika kamu mau memotong sejengkal saja ujung jubahmu, itu sudah sangat membantunya" rayu Pangeran Jingga seraya menyerahkan potongan ujung jubahnya kepada Pangeran Ungu.
Pangeran Kuning, Biru dan Hijau pun mengikutinya tanpa keberatan. Mereka masing-masing menyerahkan potongan ujung jubah mereka kepada Pangeran Ungu.
"Pangeran Hitam dan Pangeran Merah, tidak apa-apa jika kalian keberatan untuk sekali saja berbuat baik diruang hampa yang penuh hukuman ini, aku menghargai keputusan kalian" kata Pangeran Ungu dengan maksud menyindir. Ia kemudian mengikat 5 kain itu menjadi sebuah kain panjang seperti selendang warna warni. Panjangnya tepat 5 meter dan lebarnya hanya 1 jengkal telapak tangan.
Pangeran Merah membuang muka dengan kesal, ia tidak senang dengan saudara-saudaranya yang malah sibuk mengurus cicit aneh yang muncul tiba-tiba itu.
Pangeran Ungu kemudian kembali berfokus pada Ze Ai Zima yang masih berdiri di belakang Pangeran Jingga.
Ia kemudian membungkuk sopan seraya mengatakan, "Maafkan kami, kamu harus menggantikan jubah jingga yang kamu pakai dengan kain ini"
Pangeran Pelangi mengira Ze Ai Zima akan dengan senang hati menerima pengorbanan kelima pangeran pelangi, namun apa yang Ze Ai Zima lakukan sangat diluar dugaan.